Ch VI

46 23 14
                                    

Kejadian berlangsung terlalu cepat, Dera tidak percaya bahwa ia benar-benar memiliki kesempatan seperti ini. Tentu saja saat Zihan bertanya apakah ia ingin ikut atau tidak dengan tegas ia menjawab bahwa ia akan ikut. Tanpa membuang waktu, langsung saja pintu rumah ia kunci.

"Kau akan pergi ke pesta menggunakan baju ini?"

"Baju ini, tidak bagus ya?"

Zihan menggeleng beberapa kali. "Bagus. Hanya saja tidak sesuai dengan tema pesta."

"Tema pesta?"

"Masquerade party. Seperti pesta topeng jadi kita harus menggunakan topeng gitu."

Gadis itu mengangguk seraya mengingat kembali kenapa Ibu dan saudara tirinya tadi membawa topeng, ia kira hanya sebagai hiasan karena mereka ingin menarik perhatian. "Ah, sepertinya aku harus membeli."

Menyaksikan Dera yang memainkan jemari serta mengigit bibirnya, Zihan mengetuk bahu gadis di depannya tiga kali agar ia melihat cowok itu. "Ayo ikut aku."

"Mm, kemana?"

"Beli topeng," jawabnya singkat mempersilakan Dera untuk berjalan lebih dulu.

Dengan sembunyi gadis itu tersenyum lebar tapi singkat agar tidak ketahuan Zihan yang sedang melangkah di sebelahnya. Sebenarnya, ia juga sedikit berpikir tentang keuangan yang dimilikinya untuk membeli baju baru. Entah baju yang seperti apa yang dimaksud oleh undangan itu. Semoga uang tabungannya cukup.

Tak jauh semenjak melangkahkan kaki, ada sebuah mobil putih terparkir dengan anggun di samping jalan. Hampir saja Dera melewatinya kalau saja Zihan tidak membukakan pintu untuknya. Tentu Dera terkejut, tapi dengan cepat ia kembali membalikkan wajahnya seperti semula.

Cowok itu mempersilakan Dera untuk menduduki kursi mobil tersebut dengan nyaman selagi ia menyetir. Dera ingin merasa nyaman dan tenang tapi suasana yang ada di dalam mobil membuat gadis itu selalu gugup. Tidak membayangkan bila ia bisa duduk di satu mobil bersama salah satu anggota The XYZ, walaupun ia juga tidak penasaran seperti apa rasanya.

Ia mencoba mengalihkan kegugupannya dengan memandangi jalanan yang terang dengan lampu toko-toko berjejer rapi. Ada juga pasukan bintang berserakan di langit gelap bersama bulan seperti sedang memantau jagat raya.

"Ayo turun."

Tidak ia sangka kini mobil itu telah terparkir rapi di depan sebuah toko. Dera mengangguk dan menurunkan kakinya secara berurutan menginjak tanah yang telah dilapisi keramik. Sekarang Zihan yang lebih dulu berjalan menuntun langkah kaki Dera menuju sebuah tempat. The Masqy, sebuah nama besar yang terpampang di atas bangunan sebelum Dera memasuki bangunan itu.

Beberapa mannequin berdiri dan duduk menggunakan sebuah gaun yang sangat indah. Sepatu yang dipamerkan dalam etalase juga bukanlah sepatu yang sering ia lihat di toko-toko biasa. Seperti sepatu yang berkualitas tinggi. Gadis itu hanya duduk diam menunggu entah apa yang sedang dilakukan Zihan sembari kembali mengedarkan pandangannya.

Setelah beberapa menit, Zihan datang dengan senyuman yang tak pernah pupus dari wajahnya menyuruh Dera mengikuti pegawai yang ada di belakangnya. Tanpa berpikir panjang, tentu ia langsung mengikuti.

Di sana, gadis itu dibawa ke dalam sebuah ruangan kemudian dipasangkan sebuah pakaian biru berpadu dengan warna merah muda. Beberapa kali ia memutarkan tubuhnya pada sebuah cermin besar di sana. Sangat indah. Hanya itu yang dipikirkan gadis itu. Tidak hanya sampai di sana, beberapa dari mereka juga sedikit merias wajah Dera dan merangkai rambutnya dengan manis. Cukup digerai dan dipasangkan aksesoris rambut agar berkilau.

"Apa ini tidak terlalu berlebihan?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Dera, petugas di sana hanya tersenyum kemudian memuji. Dan terakhir sebelum gadis itu keluar dari sana, seorang petugas datang membawa sebuah sepatu yang tidak terlalu tinggi dan terlihat berwarna biru bening.

"Ah, apa ini sepatu kaca?"

Masih dengan ramah salah seorang petugas menjawab, "bukan. Tapi cukup mirip."

Gadis itu tak banyak mengelak lagi, ia menuruti apa yang disuruh. Anehnya, sepatu itu sangat pas di kaki Dera. Padahal kakinya tidak pernah mendapatkan ukuran yang sangat pas seperti ini. Setelah selesai, mereka mengajak Dera keluar dari ruangan menuju Zihan yang sedang terduduk di sofa tadi.

Entah apa yang ada dipikiran cowok itu, Dera hanya berjalan dengan kikuk menghampiri Zihan. Cowok itu masih memperhatikan Dera dengan teliti secara keseluruhan. Tentu membuat gadis itu merasakan hawa panas pada pipinya.

"Zi, ayo keluar."

Cowok itu mengangguk dan berterima kasih pada petugas yang ada di sana. Zihan juga menyodorkan topeng putih berlapis berlian kecil di sekelilingnya. Dera hanya menerima tanpa bertanya walaupun ia ingin sekali bertanya, tapi ia tahu bahwa ini semua hanya kostum sewa.

"Sekarang kita ke pesta itu. Jangan lupa pakai topengnya ya," ucap Zihan secara otomatis diikuti oleh Dera. Dari samping Zihan telah menggunakan topeng putih miliknya. Walaupun menggunakan topeng seperti itu, Dera yakin masih mengenalinya.

Ternyata tidak lama, mereka sampai di sebuah rumah besar yang terlihat ramai akan manusia di dalamnya. Zihan mempersilakan untuk Dera yang pergi lebih dulu. Karena sebenarnya cowok itu tidak ingin pergi ke pesta ini dan berencana untuk kabur. Namun, ia malah bertemu dengan Dera saat menemukan undangan yang terbuang.

Setelah memberikan undangan kepada penjaga, Dera memasuki rumah itu. Luas dalam rumah ini ternyata lebih luas dari yang terlihat di luarnya. Banyak orang-orang yang berkostum seperti dirinya, di sekeliling ruangan dipenuhi dengan berbagai macam makanan. Tentu target utama gadis itu adalah makanan yang menggoda di sana. Sambil terus memperhatikan orang-orang agar ia tidak bertemu dengan Ibu dan saudara tirinya.

Matanya sudah berbinar-binar melihat makanan manis yang sudah lama tidak ia makan. Pergi ke pesta seperti ini ternyata bukan sesuatu yang salah. Setidaknya ia bisa makan banyak terlepas dari ramainya suasana.

Tapi, belum juga Dera memakan makanannya dengan benar, seorang laki-laki dengan gerombolan perempuan yang mengejarnya menghampiri gadis itu. Dera sudah bersiap-siap untuk kabur tetapi lebih dulu ditahan oleh cowok bertopeng hitam dan emas itu.

"Maaf, gadis-gadis. Sayangnya aku akan berdansa dengan wanita ini. Maaf karena kalian terlambat," katanya kepada gadis-gadis itu. Terlihat jelas beberapa dari mereka kecewa walaupun wajahnya tertutup topeng, dan ia juga melihat Tera ada dibarisan gadis-gadis itu. Setelah mereka bubar, Dera menginjak kaki cowok yang ada di sampingnya.

"Aw! Apa yang kau lakukan?!"

"Harusnya aku yang bilang gitu. Aku gak mau dansa-dansa dan sebagainya." Karena gadis itu tidak pernah berdansa sehingga ia tidak tahu bagaimana caranya.

"Kenapa? Sekali ini saja, oke."

Dera menghela napas dalam-dalam. "Kenapa harus aku sih?" Ini sungguh merepotkan.

"Karena yang berdiri di sini kan kamu. Ikuti aku, gitu aja."

Karena merasa bahwa orang ini akan memaksa membuat Dera terpaksa harus mengikuti cowok ini. Satu kali saja seperti ini mungkin bisa jadi pengalaman yang bagus bagi Dera. Gadis itu juga sedang menggunakan topeng, jadi kalau ia menjadi pusat perhatian atau sedang melakukan kesalahan. Tidak akan ada yang mengenalinya.

"Oke, cukup satu kali."

Cowok itu mengangguk antusias dan membawa gadis itu menuju ke arah tengah. Orang ini mengingatkan Dera pada satu sosok di kelasnya yang menjadi rival ketua kelas.

Tidak lama, musik dengan alunan tenang terdengar. Beberapa orang menepi ke arah pinggir dan beberapa orang juga berpasangan ikut berdansa. Dimulai dengan cowok itu yang membungkukkan badan, gadis itu melihat sekelilingnya dan mengikutinya. Baru saja satu langkah dimulai, gadis itu menginjak kakinya untuk kedua kalinya.

"Maaf!"

🌸

Halo teman-teman :)
Jangan lupa tetap semangat ya.

Thx 🌷
1135

Masquerella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang