yeji tertawa setelah mendengar seruan jeno barusan, "yang lain sok sibukk, hyunjin juga lagi mau rebahan katanya,
"untung lo dateng sumpah noo, kalo nggak nanti gue beneran kayak waktu itu lagi..."
jeno menghela napasnya panjang, "lo gapapa kan? liat tuh, lawan lo punya banyak orang soalnya,"
yeji mengangguk sembari tersenyum hingga kedua matanya tenggelam, "kan ada lo, hehehe."
kali ini jeno menggeleng, "bisa-bisanya kalem banget,"
"siapa yang kalem? gue malah takut kalo hari ini bakal cedera,"
"hus, jangan ngomong gitu. masa lo mau ikut penyisihan doang?" jeno menggelengkan kepala. "nanti geraknya hati-hati ya? serangnya jangan terlalu blak-blakan, santai aja tapi on point."
"iyaa tauu gue juga."
•••
tak disangka, ternyata yeji benar-benar cedera setelah selesai bertanding. gadis itu bisa menyelesaikan pertandingan hingga akhir dan berhasil menang, namun setelah mati-matian berusaha menahan sakitnya.
"orang-orang di sini stres semua," jeno panik melihat keadaan yeji yang tak karuan. "perasaan lo ada yang patah gak?? kalo iya mungkin apa nggak ke rumah sakit―"
jeno berjongkok di sebelah yeji setelahnya, lalu memperhatikan beberapa lebam di kaki gadis itu, "sakit?"
"engga terlalu," yeji menggeleng, membuat jeno mengangkat kepala gadis itu kemudian.
"lo nangis?" tanya jeno, dibalas lagi dengan gelengan yeji. "gak usah sok kuat, lo gak bakal dicap lemah cuma gara-gara cedera."
yeji terkekeh pelan. matanya memang berkaca-kaca, tapi dia tidak benar-benar menangis, "serius, kalo sekarang masih gapapa. gak tau nanti,"
"ck, pulang dah yuk," jeno berdecak kemudian. "lo bisa jalan?"
"kayaknya bisa aja deh tapi gue takut ototnya kenapa-kenapa," balas yeji, lalu dia menyengir setelahnya. "gendong dong."
•••
dengan cedera ditambah dengan periode datang bulannya, ternyata yeji tidak bisa menahan sakit di badannya lebih lama. selama perjalanan ke rumahnya, jeno tamat dengan segala umpatan yang gadis itu lontarkan.
tadi pagi, yeji sengaja membawa mobil karena katanya dia bisa memanfaatkan ac di dalam setelah tanding. tapi, akhirnya dia malah cedera sehingga tidak bisa menyetir.
untungnya, jeno tidak membawa kendaraan―lelaki itu bisa mengambil alih mobil yeji, dan terhitung legal karena dirinya sudah punya sim.
"shit, mau mati aja gue."
hari sudah sore, dan tangis yeji akhirnya keluar setelah sejam. jeno yang menggendongnya hanya bisa menghibur sesekali, sepertinya yeji harus cepat-cepat mengistirahatkan badan di kamarnya.
"bentar jey, dikit lagi. sabar," jeno berhenti sebentar karena jarak garasi rumah yeji dengan pintu lumayan menguras tenaga. "lo berat juga ya."
"gak usah mancing, nanti gue murka―aw! pelan-pelan ihh," yeji meringis saat jeno kembali mengangkatnya.
"hoi, pada ngapain?"
jeno dan yeji kompak menoleh, menemukan sosok hyunjin yang kini berdiri di depan pintu. alis lelaki itu mengkerut, tampak bingung dengan pemandangan di depannya―jeno yang tengah jongkok dan yeji yang babak belur.
"lo apain adek gue anjingg!!"
buk!!
loh? apa hyunjin juga sedang pms? kenapa jeno dipukul?
napas hyunjin memburu setelah dia melepas pukulannya, lalu dengan paksa lelaki itu menarik yeji agar tidak dekat-dekat dengan jeno. matanya terlihat garang, seperti hendak menerkam jeno cepat.
"kalo lo gak suka yeji, gak usah dipukulin gini!" seru hyunjin, membuat jeno semakin bingung. "gak usah sok ga tau!!"
"jin bukan gitu..." yeji mencoba melerai, namun tangannya dihempaskan oleh hyunjin seketika.
"diem, lo masuk aja," hyunjin menatap tajam kembarannya, dan yeji dengan segera menurut dan masuk ke dalam. "bangsat lo, lee jeno,
"kalo lo nginjek kaki di sini lagi, jangan harap bisa balik sama muka ganteng lo itu."
jeno sedikit menahan tawa setelah mendengar kalimat dramatis dari hyunjin barusan. sedetik kemudian, hyunjin berbalik lalu membanting pintu keras hingga jeno terkesiap.
tuh kan, jeno malah terkena salah paham.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.