Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan real-life tokohHanya fiksi belaka
.
.
.
.
.
.
.
Warning(!)
BL/Boy Love area
Typo(s)
.
.
.
.
.
.
.
Kim Junkyu
Kanemoto Yoshinori
"T-tunggu sebentar. Tolong, kenapa harus dipamerkan ke Junkyu?"
Mana yang paling bingung ketika dua adiknya muncul mendadak tanpa mengabari lewat pesan pendek misalnya, girang mimik mereka sampai agak mustahil melihat Asahi lebih enerjik daripada disuruh berdiam diri di dalam kamar seorang diri. Atau disodorkan setelan yang seharusnya tidak digunakan pria—kecuali kamu adalah seorang cosplayer—kemudian diperintahkan pergi menemui sang kekasih?
Kalau jawaban Yoshinori adalah dua opsi tersebut tidak patut saling diadu karena sama-sama membuat alisnya mengkerut dalam. Yakin seratus persen wajahnya sudah mirip anjing yang melihat majikannya berebut menaruh wortel sebagai jebakan tikus, ah!—perumpamaan yang payah.
"Tunjukan saja." Ujar Mashiho. Tidak sabaran seperti kembang api di tahun baru yang cepat-cepat ingin meledak di langit. Mendorong punggung Yoshinori untuk melangkah keluar dari kamar.
Asahi di sana tidak kuasa melipat bibir ke dalam guna menahan kikikan aneh—yang harus diselidiki penyebabnya—sampai Yoshinori harus menaruh curiga. Riuh sekali kedua adiknya. Beruntung atau tidak pada kenyataan dorm tengah sepi manusia, tersisa Junkyu—seperti biasa—bersemedi untuk memperoleh pencerahan filosofi kehidupan.
"Eh—sungguhan? Dengan pakaian seperti ini?"
"Iya kenapa memangnya?—"
"Junkyu-hyung, sibuk?" Itu Asahi yang memotong Mashiho. Sudah terbuka saja pintu kamar Junkyu yang secara praktis mampu membungkam suara Yoshinori maupun Mashiho.
Dari dalam ruangan yang penerangannya remang-remang seakan dalam waktu beberapa detik ke depan diputus aliran listriknya. Menongol lah kepala si Kim Junkyu—seakan sisir rambut hilang entah kemana—menampilkan wajah datar dengan ponsel lebar pada genggaman tangan. "Tidak juga. Kenapa?"
Bukannya menjawab, Yoshinori didorong penuh cinta oleh Mashiho masuk ke dalam kamar sedangkan oknum yang lain terburu-buru menutup pintu sampai berdebum.
Bayangkan bagaimana canggungnya—padahal mereka—sepasang kekasih dikejutkan oleh kelakuan aneh adik mereka. Merah tomat perlahan merayap sampai memenuhi telinga Yoshinori, sungguhan jadi tomat karena rambutnya pula merah. Junkyu menjatuhkan rahang bersamaan dengan hitungan detik yang terus berganti.
"Kemari."
Akhirnya Junkyu mengeluarkan suara. Tapi, sumpah Yoshinori gugup setengah mampus dengan suara kekasihnya mendadak lebih berat.
Di hadapannya, Junkyu tidak bisa menahan tangannya merasakan tekstur fabrik lembayung gelap polos yang memampang manis di tubuh kekasihnya. Apapun yang berjudul manis, cantik, dan menggemaskan pasti Junkyu suka. Jakunnya berfluktuasi namun, tatapannya masih datar mengobservasi keseluruhan dari ujung rambut Yoshinori sampai dua tungkai putih yang baru di cukur bulunya.
"Junkyu?" Siapa yang tahan oleh kesunyian yang mencengkik sampai lupa cara bernapas? Dengan seragam perempuan sekolah menengah melekat, membalut tubuh. Belum lagi ditatap oleh mata tanpa ekspresi, jujur membuat Yoshinori gelisah.
Tidak tahu bagian mana yang membuat si pria berbahu lebar itu menahan napas; suara tertahan yang dihasilkan oleh Yoshinori akibat terkejut atau sempurnanya si kekasih duduk di atas pahanya.
Bohong sama sekali tidak memberikan keuntungan bagi Junkyu, maka ia jujur berpendapat bahwa Yoshinori menawan sekali dibawah lampu tidur. Dua bola matanya berulang kali meneliti tiap detail tampilan jantung hatinya dan yang dapat ia tangkap adalah detail teramat atraktif. Jujur kedua, Yoshinori begitu... Menggoda?
Sudah berapa kali jakun Junkyu berfluktuasi? Tenggorokannya sekering padang pasir pada musim kemarau.
Kemeja berlengan pendek model balon, dikancing rapi sampai leher dihias pita kupu-kupu senada rok bergelombang yang pas mengikat pinggang Yoshinori. Oh, mungkin ini pula gunanya laki-laki memiliki pinggang ramping, cocok bagi tangan Junkyu menguasai bagian menarik dari pacarnya. Panjang roknya tidak sampai memperlihatkan banyak permukaan paha Yoshinori—hanya lima senti dari lutut—tapi, tetap kalau dipangkunya fabrik itu tertarik ke atas.
"Ini... Aneh ya, Junkyu? Kenapa kamu tidak bersuara?"
"Hm? Tidak bisa dideskripsikan."
"Iya, berarti ini aneh 'kan? Mereka tiba-tiba datang, terus aku tidak tahu kenapa harus dipamerkan ke kamu."
"Aku suka, kok."
Khas Yoshinori memiringkan kepala kalau bingung.
"Iya, aku suka. Menggemaskan, menawan, menggoda. Sempurna."
"H-he? M-menggoda?" Seperti rambutnya, wajah Yoshinori kembali dihadiri rona merah.
Junkyu dengan tampannya melempar senyuman lebar. "Tidur bersamaku ya?"
Kasihan Yoshinori yang malang menjadi korban kejailan dua adiknya juga laparnya sang kekasih. Ingatkan Junkyu untuk berterimakasih kepada Asahi dan Mashiho yang di luar sana tengah cekikikan pada hasil foto Yoshinori yang sebelumnya pemuda Hamada itu potret.
—END—
Imajinasi liar paling random tengah malem
Pimpernal belum bisa aku lanjut, ngomong-ngomong sksksk
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Untuk Kamu || KyuYoshi
FanfictionOne/two shot collection of KyuYoshi Top!kyu Bott!yosh