Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan real-life tokoh
Hanya fiksi belaka
.
.
.
.
.
.
.
Warning(!)
Mpreg, Boy(s)love, slight nsfw
Typo(s)
.
.
.
.
.
.
.
Kim Junkyu
Kanemoto YoshinoriTidak.
Maksudnya, hari ini bukan akhir pekan. Yoshinori harus pergi ke sekolah besok dan Junkyu juga pasti sibuk dengan jadwal-jadwal seminar. Wajah sang mentari sudah lama tenggelam di lalap garis cakrawala, bintang-bintang berhamburan seperti meses di langit. Lampu kamar telah dimatikan sendari satu jam yang lalu tapi, Junkyu yang selesai bermain dengan ponselnya malah menyalakan lampu nakas, memeluk perutnya dari belakang sampai membuat Yoshinori tersentak dan mengerjapkan matanya.Dia paham luar dalam arti bahasa tubuh yang Junkyu berikan kepadanya. Gelengan dan penolakan halus dilontarkannya kendati pria di belakangnya seakan tidak mengerti bahasa manusia. Kecupan ringan menggelitik bahu Yoshinori yang baju tidurnya sudah ditarik ke belakang oleh yang lain. Hal itu menyebabkan jengit napas tak teralakkan mantul ke sana kemari diantara dinding kamar mereka.
"J-junkyu!" Saat deretan gigi depan gemas dengan kulitnya, bersamaan bulu kuduk Yoshinori sukses bangkit dan dari mulutnya lolos jeritan tertahan.
Yoshinori tidak tahu bagaimana, tapi tubuhnya langsung melengkung; meringkuk seperti janin di perut ibunya. Jemarinya nol besar dalam melarikan diri dekapan erat tangan tebal dan berotot milik seorang Kim Junkyu. Sedetik sebelum mulutnya menyemburkan silabel histeris, Yoshinori membawa telapak tangannya guna membungkam belah bibirnya.
"Ne, Yoshinori... Kenapa tidak hari ini saja? Akhir pekan masih lama." Ujar Junkyu. Nadanya manja dan sedikit memaksa. Ujung hidungnya dibawa menelusuri tiap kulit halus yang bisa dijamahnya seolah-olah tengah mondar-mandir di tanah berharta karun.
Bola mata Yoshinori praktis membulat, bibirnya terbuka tanpa suara tatkala lidah tebal Junkyu menyentuh kulit punggunggnya. Pria itu tahu Yoshinori bakal marah nanti makanya tanda-tanda merah keunguan yang menjadi mahakaryanya di sematkan pada kulit yang bisa tertutup kemeja dan kerah jas. "Yoshi, boleh ya," permintaan Junkyu terasa berat di telinga Yoshinori yang sudah memerah.
"Masih hari kerja, Junkyu. B-berhent-hiii!" Bagai diliari listrik kejut, Yoshinori mendongakkan kepala dan punggungnya membusur sempurna. Sentuhan nakal yang Junkyu berikan pada satu titik di dadanya tanpa gagal mendapatkan nilai seratus.
Junkyu tidak lagi mengeluarkan suaranya tapi Yoshinori tahu dari napas yang dirasakan kulit lehernya bahwasanya, pria itu bersungguh-sungguh dengan keinginannya. Tanpa atau dengan persetujuan dirinya, Yoshinori yakin Junkyu pun menghiraukan perkataannya. Bahkan sekarang telapak tangan besar, kasar, dan hangat Junkyu mulai turun mengelus pelan perutnya yang rata.
"Jun-ugh! Anak-anak nanti—"
"Mereka tidur seperti sapi."
"Tapi—"
Lalu, Junkyu menghentikan kalimat yang nanti digunakan Yoshinori sebagai alasan dengan bibir tebalnya. Mereka kembali seperti di waktu-waktu remaja, Junkyu tidak memiliki niat untuk melepaskan sang kasih sementara Yoshinori kembali hanyut dalam permainan yang ditawarkan oleh pria berbahu lebar itu.
Semuanya rasanya berhenti hanya untuk mereka sibuk menyalurkan rindu dan kasih. Yoshinori tidak menghitung tepatnya mereka berdua bisa mengobrol panjang lebar seperti dimana dulu mereka menghabiskan sepanjang waktu. Pekerjaan menuntutnya tertatih-tatih memenuhi tugas menjadi guru pengajar dan kadang banyaknya masalah yang disebabkan oleh murid-murid menjadi tanggung jawabnya sebagai wali kelas pula. Di sisi lain, Junkyu sibuk dengan dunia perkuliahan; mengemban ilmu di jenjang yang lebih tinggi lagi juga seringnya dipanggil untuk mengisi seminar-seminar. Hal-hal itu sedikit mengacaukan rencana rumah mereka bahkan anak-anak terpaksa Yoshinori titip kepada rekan atau ibunya atau tak jarang ikut dengannya ke sekolah dan berada di Daycare selama dirinya mengajar.
"MAMA!!!"
Hanya sampai di sana saja mereka setelah mendengar teriakan dari luar pintu. Tak menunggu lama Yoshinori langsung menaruh kakinya di atas karpet beludru di bawah ranjang mereka. Terburu mengancingkan kembali piyama yang diobrak-abrik oleh Junkyu. Suara kenop pintu diputar menghentikan langkahnya seketika lutut Yoshinori membentur lantai tanpa perintah. "Ke-kenapa? Ada apa Haru, Doyoung?"
"Ha-haru," yang paling kecil berusaha menghentikan tangisnya dan berbicara namun, semuanya seakan tertelan oleh isaknya sendiri.
Yoshinori mengalihkan tatapannya pada anaknya yang lebih tua. "Haru mengompol. Aku bilang, kami bisa bereskan hal ini tapi dia malah menangis." Kata Doyoung sambil meringis.
"O-oh. Oke, kita bereskan ini bersama ya? Ayo balik ke kamar."
Junkyu di belakang sana memanyunkan bibir sebelum mendesah pasrah dilempari senyum permintaan maaf dari Yoshinori yang mulai sibuk dengan dua bocah darah daging mereka. Ditinggal sendirian diantara sunyi yang terus mendengung entah dari mana membuat Junkyu berpikir betapa menyedihkan dirinya. Apa memang keberuntungannya sedang tidak baik hari ini? Dia harus segera mengurus dirinya sendiri di bilik kecil.
—END—
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Untuk Kamu || KyuYoshi
FanfictionOne/two shot collection of KyuYoshi Top!kyu Bott!yosh