6

2.8K 361 18
                                    

Pagi ini Oniel kembali menjemput Shani di rumahnya untuk berangkat bersama. Kali ini tidak perlu sepagi kemarin, jadi lebih santai.

Oniel mengambil helm dan memasang senyum manisnya ketika melihat Shani keluar dari dalam rumah. Tanpa basa basi ia langsung memakaikannya di kepala Shani. Gadis di depannya itu hanya menurutmenurut dan ikut tersenyum.

Shani naik ke motor Oniel, menyamankan duduknya. "Udah?" Tanya Oniel. Shani mengangguk sebagai jawaban.

Saat Oniel hendak menarik tuas gas untuk maju, tiba tiba tangan Shani melingkar di perutnya, dengan kepala yang bersandar di bahunya. Oniel tersentak karena terkejut.

Shani mengangkat kepalanya saat merasakan sentakan dari tubuh Oniel, "Kamu kenapa, Niel?"

"J-jangan meluk."

"Jangan meluk?"

"Geli, Kak."

Bukannya menurut, Shani justru mengeratkan pelukannya, "Udah jalan aja."

Oniel menghela nafas, mau tidak mau pasrah dan menjalankan motornya. Walau dengan sedikit tidak konsen karena merasakan geli. Oniel memang pada dasarnya tidak suka skinship atau semacamnya.

Di lampu merah, ketika motornya berhenti, tangan Oniel bergerak ke tangan Shani. Menurunkannya perlahan, melepas pelukan itu.

Awalnya Shani menahan tangannya, seolah menolak. Tapi Oniel berkata, "Geli, Kak. Aku jadi gak konsen. Nanti kalo kita jatoh gimana?"

Shani menurut. Ia lalu memperhatikan wajah Oniel dari kaca spion. Wajah Oniel terlihat memerah. Entah karena memang merasakan geli atau gugup atau mungkin yang lain. Tapi yang pasti, itu terlihat lucu di mata Shani.

Sampai di parkiran sekolah. Shani langsung turun begitu motor Oniel berhenti. Ia membuka helmnya, kemudian merapikan rambut yang sedikit berantakan. Oniel melakukan hal yang sama.

Masih sama seperti kemarin, keduanya berjalan beriringan, saling menggenggam tangan. Sampai berpisah di depan kelas Oniel.

Ketika Oniel hendak masuk ke kelasnya, Shani menahan tangannya, "Kenapa?" Tanya Oniel.

Shani memutar tasnya menjadi ke depan, lalu merogoh, dan mengeluarkan sesuatu. Sekotak susu coklat. Ia mengulurkannya pada Oniel.

Oniel menerimanya, "Ini buat aku?"

Shani mengangguk, "Iya. Kamu bilang kan kalo sarapan pasti sakit perut, nah coba minum susu aja. Seenggaknya perut kamu gak kosong."

Oniel hanya mangut mangut, memperhatikan susu coklat di tangannya, lalu tersenyum tipis. Ia kembali menatap Shani, "Makasih ya, sayang."

Shani tersenyum senang mendengar itu, "Sama sama. Yaudah aku ke kelas ya, itu susunya jangan lupa diminum."

Oniel mengangguk. Kemudian Shani berbalik, meninggalkan Oniel yang masih berdiri di depan kelas sampai punggung Shani menghilang ketika berbelok di koridor.

"Mikisih yi, siying."

Oniel jelas kaget mendengar suara ledekan itu. Ia berbalik dan menemukan Flora berdiri tak jauh di belakangnya. Entah sudah sejak kapan ia disana, tapi ia yakin Flora mendengar percakapannya dengan Shani tadi.

"Bucin beud, masih pagi juga." Kata Flora lalu masuk ke dalam kelas, meninggalkan Oniel yang menatapnya dengan sebal.

Mata Oniel kembali mengarah ke susu coklat di tangannya, menatapnya beberapa detik, lalu menghela nafas, "Kenapa harus susu coklat? Padahal gue kan sukanya susu vanilla." Gumamnya pelan, hampir tidak ada suara.

Oniel mengangkat bahunya, tidak mau ambil pusing juga sebenarnya. Ia lalu berjalan masuk ke dalam kelas, menuju ke bangkunya. Teman temannya sudah disana.

IntervalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang