6. bertanya

7 3 0
                                    

Hapyyy reading 💗

Di kamar bernuansa putih di tambah warna biru langit itu terpampang seorang remaja laki-laki tengah terduduk di kursi belajarnya. Dengan menggenggam sebuah buku mini dengan tangan satunya lagi menggenggam pena.

"Sebenarnya, aku itu punya papah sama mamah gak sih?" Gumamnya. " Aku iri sama Revan yang punya orangtuanya yang lengkap! Sedangkan aku? Bahkan tidak pernah melihat wajah cantik mamah!" Lirihnya lagi.

"Sebenarnya keluarga aku ini kenapa sih? Kenapa seperti ada yang di rahasiakan, dan kenapa waktu itu aku di culik oleh suruhan papah? Dan kenapa kak Velyn sama kakek sangat marah? Bukankah itu bagus! Biar aku bisa ketemu papah?" Bingung Valen. Yap remaja laki-laki itu adalah Valen.

"Valen pengen ketemu mamah sama papah!", Lirihnya. Valen menunduk dengan memeluk buku Diary nya. Yang ia selalu tulis jika waktu luang. Dan ia tumpahkan semua kesedihannya dengan menulis di buku itu. Tapi semua itu tidak menghakimi semua perasaannya.

Valen terisak, ia ingin melihat mamah sama papahnya. Sedari lahir ia tidak pernah bertemu. " Tolong sekali saja, lihatkan wajah cantik mamah, aku ingin melihatnya. Dan aku juga ingin melihat wajah tampan papah! Valen cape pura-pura bahagia terus tanpa kalian. Tapi tidak bisa di pungkiri aku juga bahagia bisa mempunyai Kakak yang hebat dan kakek yang menyayangiku!" Isaknya.

Valen sebenarnya terluka, ia menyembunyikan lukanya dengan menulis di buku itu. Bahkan ia merahasiakan teman sekelasnya yang selalu mengejeknya anak haram karena tidak pernah melihat Valen rapat bersama orangtuanya waktu itu.

Ceklek....

Valen buru-buru menghapus jejak air matanya, ia menoleh dan mendapatkan kakak tersayangnya yang tengah tersenyum hangat kepadanya. Walaupun sikap Velyn itu dingin tapi jika sudah berhadapan dengan Valen ia sedikit luruh.

"Kenapa belum tidur hmmm? Ini sudah larut sekali? Apakah Lo gak cape baru pulang dari balapan?" Tanya Velyn duduk di pinggir kasur valen.

"Emmm, Valen gak ngantuk lagian ini mau pagi udah jam 4, nanggung banget. Jadi Valen gadang aja biarkan besok Valen tidur hhe." Cengir Valen tapi tak luput Velyn curiga dengan cengiran itu terlihat dari matanya yang merah dan hidungnya yang ikutan merah. Apakah Valen menangis?

"Lo nangis?" Tanya Velyn.

"Engga! Valen gak nangis ko!" Elaknya.

"Mata sama hidung Lo merah! Jangan bohongin gue!" Tekan Velyn.

Ini yang Valen takutkan Velyn terlalu tajam dalam hal apapun. Valen takut ia harus berbicara apa? Apkah ia harus jujur terhadap Velyn tentang dirinya yang kangen orangtuanya? Tapi Valen terlalu takut karena Velyn sangat tidak suka jika Valen sedih karena itu. Entah apa yang membuat Velyn tidak suka jika membahas kedua orangtuanya.

"Valen kelilipan!" Bohong Valen.

"Sini mata Lo." Ucap Velyn.

"Mau apa kak?" Tanya Valen.

"Mau lihat mata Lo!" Jawab Velyn.

Valen pun mendekati Velyn dan duduk di teras dengan mata yang ia berikan ke arah Velyn. Dengan posisi Velyn duduk Dan Valen di bawah.

"Sakit?" Tanya Velyn.

"Udah engga! Cuman kelilipan debu kayaknya." Bohong Valen.

My Litte Off The Devil (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang