Joshua Oliver, Pemuda berumur 16 tahun yang memiliki lika-liku hidup yang tidak beraturan. Dirinya yang terpaksa mandiri sebelum usia dewasa membuatkannya bisa berlindung di balik topeng tak kasat mata yang sejak lama diciptakan oleh orang sekitarny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini, seperti biasa Jeje sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, dengan tas selempang lusuh yang di pakainya. Kini dirinya memilih mendekati kaca yang ada di kamarnya itu
"Kapan Jeje bisa bahagia ya? Pengen kayak mereka gimana sih? Kenapa mereka ga sayang Jeje? Jeje salah apasih? Kenapa mereka ga bilang salah Jeje apa? Jeje cape gini terus, Jeje pastikan lebaran tahun ini, kita bakal sama-sama. Jeje bakal disayang bunda, ayah dan abang-abang." Gumam Jeje sambil tersenyum pahit di depan kaca sambil melihat tampilan melalui kaca tersebut
"Semangat Je, lo harus kuat. Yakin lebaran ini pasti mereka bakal sayang lo lagi." Kata Jeje lalu memilih pergi keluar kamar saat melihat jam sudah menunjukkan 6:20.
Disaat dirinya berada di dapur, bukan untuk makan ya kan puasa😌 tapi seperti biasa Jeje bakal pamitan sama ketua maid yang sudah mengurus dirinya dari dulu, Bi Inem.
"Bi, Jeje berangkat dulu ya." Kata Jeje sambil menyalimi tangan Bi Inem
"Hati-hati di jalan ya tuan muda, kalau ada apa-apa telefon bibi ga pun pak Selamat." Kata Bi Inem yang hanya di beri anggukan oleh Jeje
"Iya bi, bibi juga kerjanya semangat ya." Kata Jeje dan diberi anggukan semangat dari BI Inem, seusai menyalimi Bi Inem, Jeje memilih untuk berangkat sesegera mungkin. Namun, saat dirinya melalui ruang makan, Jeje melihat seorang dari salah satu abangnya yang sedang makan dan minum di meja ruang makan.
"Apa lo, sana ganggu pemandangan tau!!" Kata abangnya itu, panggil saja dia Angkasa.
"Gaada bang, semangat hari ini." Jawab Jeje sambil tersenyum manis setelah itu memilih berlalu pergi
Sementara Angkasa, dia hanya melihat Jeje tanpa suka sambil menyuapi makanannya ke dalam mulut. Dia ga puasa? Katanya sih sakit, sakit parah ga tau ah
"Kalau saja ga karna lo, adek gue ga akan mati. Lo bukan adek gue sialan!! Gimana bisa gue sayang sama anak pembunuh adek gue!! Gue benci lo selamanya Je, kapan sih lo mati?" Gumam Angkasa meminum susu digelasnnya setelah itu memilih untuk berjalan ke kamar kedua orang tuanya
"Hmm anak bunda udah selesai makan?" Tanya Cia lalu menghampiri anaknya
"Udah bun, ga selera lagi pas liat wajah menjijikkan tu anak. Kenapa sih dia ga mati aja?!! Kenapa harus adek aku bunda hiksss, dia pembunuh bunda!! Dia misahin aku sama adek!!" Tangis Angkasa memeluk Cia
"Udah jangan nangis ntar yang ada anak bunda ini sakit lagi. Nanti bunda hukum dia ya, sekarang Kasa ke sekolah. Biar ayah yang anterin kamu okey." Kata Cia ke anaknya itu
"Hurmm, hukum dia sampai ga keluar kamar lagi bunda. Kalau bisa kita bikin aja dia sampai mati!! Biar dia rasain gimana rasanya jadi adek!!" Kata Angkasa
"Anak ayah udah siap? Ayo ke sekolah ayah anterin sekaligus langsung ke kantor. Untuk si sial itu nanti ayah hukum dia ya karna udah bikin anak kesayangan ayah ini nangis!!" Bujuk ayah dari Angkasa
****
Disisi lain, lebih tepatnya di mansion mewah yang berada di London. Seorang pria sedang menikmati puntung rokoknya sambil melihat data-data yang dikirimkan bawahannya padanya
"Ternyata kau masih saja bodoh dalam soal menilai. Jangan salahkan saya jika..."
