Jennie dengan senang bercanda dengan anak-anak sampai sosok gadis tinggi menghampirinya.
"Datang untuk bernostalgia?"
Jennie berbalik, wajahnya berubah sedih seketika "Hyomin"
"Aku kesini untuk menjenguk mama, tujuanmu apa kim"
"Mama di kuburkan disini?"
"Ck, jangan sebut dia dengan mulut-mu itu" hyomin menggeram, menahan kesal yang hampir memuncak.
"Dengarkan aku dulu un-"
"Aku bukan unni-mu! jangan membual"
Jennie hampir menangis, melihat sosok yang sangat dia rindukan ini dengan penyesalan.
"Semoga mama melupakanmu" Hyomin berbalik meninggalkan jennie yang mematung.
Andai hyomin mau duduk dan membicarakannya itu akan sangat berguna untuk hubungan mereka berdua.
"Jennie"
"Hm? eh sudah selesai?"
Chaeyoung memperhatikan wajah jennie dengan seksama, merasa sedih tiba-tiba lalu menangis.
"Kenapa menangis hmm?" Jennie mengusap wajah gadisnya dengan sangat lembut.
Chaeyoung tidak menjawab lalu dengan segera menarik kekasihnya menjauh menuju pantai.
Mereka menyusuri pinggir pantai dalam diam, jennie gugup tidak berani membuka obrolan. Dia khawatir latar belakangnya menjauhkan chaeyoung yang baru dia miliki.
"C-chaeyoung"
"Hmm" Suaranya sangat lirih dan lembut
Langkahnya berhenti, melihat itu gadis blonde juga ikut berhenti dan memperhatikan jennie yang menunduk.
"Jen-"
"Masih ingin bersamaku?"
Wajah cantik anak tuan park ini merengut bingung, apa maksudnya?
"A-aku mengerti jika itu membuatmu mundur, keluarga adalah hal besar dan aku tidak benar-benar memilikinya dulu. Aku mungkin tidak cukup baik untukmu, tidak cukup pantas" Suara jennie bergetar
"Aku mencintaimu, hanya saja hal yang baru saja kamu ketahui adalah kelemahanku"
Jennie mematung, memandangi chaeyoung, gadisnya sangat indah jika ditemanin suasana pantai begini. Sekelebat pikiran kehilangan gadisnya membuat dada jennie sesak.
"Itu tidak akan membuatku pergi, ingat?" Tangan lembut bidadari yang menjelma menjadi anak tuan park ini mengelus pipi jennie. Memastikan mata mereka bertemu, "Keluarga? kamu memilikinya sekarang. Kak jisoo, aku" Chaeyoung menempelkan kening mereka, darah berdesir pada sentuhan kecil yang manis.
"Setelah tau semua itu kamu semakin mempesona jen, bersama dengan gadis kuat sepertimu? itu mimpi semua orang termasuk aku"
Wajah sedih jennie berubah bahagia membuat chaeyoung ikut tersenyum.
"Kamu pantas, sama sepertiku yang pantas memilikimu juga"
"Chaeyoung"
"Hmm"
"Aku ingin menciummu, boleh?"
Pipi chaeyoung seperti terbakar, merasakan tangan jennie yang melilit pinggangnya semakin erat. Melihat wajah polos jennie yang sangat dekat membuat degup jantungnya berulah.
"Tidak katakan tidak chaeyoung, aku bisa menger-"
Jennie kehilangan dirinya dalam beberapa detik saat merasakan bibir lembut chaeyoung menekan miliknya.