"Senang bekerja sama dengan anda,""Terima kasih," Membungkuk hormat setelah berjabat tangan. Tiga laki-laki keluar meninggalkan sang pemilik ruangan.
Terhitung baru 3 menit klien keluar. Riuh suara sosok gadis berambut blonde dengan poni tebal memenuhi ruangan.
"Bagaimana hasilnya?"
Hanya dibalas datar membuat si blonde mengerut kesal. Orang penasaran kok tidak di gubris, malah diam dan asik sendiri, menyebalkan memang.
"Yak! jennie, aku bertanya padamu.."
"Kita dapat proyek itu," Gadis bernama jennie ini tersenyum lalu meneguk minuman sekedar untuk membasahi tenggorokan.
"Benarkah?"
"Bertanya sekali lagi aku akan mengacak poni kebanggaanmu itu"
Lisa terbelalak, menganga lebar. Ini adalah berita terhebat yang dia dengar satu minggu terakhir.
Yah.. bagaimana tidak, seminggu belakangan dia hanya melihat berita tentang pembukaan restoran ayam dimana-mana. Membuat boss nya ini sangat sibuk menemani kakaknya untuk mencoba setiap restoran baru. Padahal kan rasa ayam ya sama sajaTring
Jisoo is calling you..
"Hallo"
"Jangan bilang ada restoran ayam baru lagi," Lisa menyender di sofa sambil memainkan kamera yang dibiarkan menyala diatas meja. Sesekali melirik jennie yang sedang mengobrol dengan sang kakak.
"Baiklah, aku jemput"
"Bye"
Jennie meraih mantel dan kunci mobil. Bergegas pergi menepati janji pada kakaknya yang telah menunggu.
"Aku pergi dengan kak jisoo, kamu mau tetap disini atau ikut"
"Aku ingin pulang, boleh?"
"Tidak, ini jam kerja"
"Ayolah jen, aku lisa-mu yang paling manis"
"Aku boss mu, bye."
Jennie pov.
Sudah satu minggu aku sibuk antar jemput kak jisoo untuk ke restoran ayam. Aku ini adiknya atau hanya supir pribadi. Dia selalu membujuk dengan wajah manis dan suara manja yang menggelikan, aku tidak bisa menolak.
"Dia akan membunuhku jika telat"
Dalam 25 menit aku sampai di depan kantornya. Dia sudah berdiri dengan asap mengepul diatas kepala, aku cukup siap untuk apa yang akan aku terima.
"Lama sekali sih, aku capek menunggumu jen!"
"Ini sudah secepat yang aku bisa"
"Dasar menyebalkan!"
Author pov.
Jennie tersenyum lebar, berusaha membujuk jisoo sebisa mungkin. Dia tidak ingin hidup susah jika jisoo mengambek repot dunia akhirat
"Berhenti tersenyum polos-polos bodoh seperti itu, kamu menyebalkan"
Jennie sudah biasa jika harus memasangkan seatbelt pada kakaknya ini, jika sedang mengambek berkedip saja jisoo malas.
"Aku menyayangimu kak"
"Semua orang juga pasti akan menyayangi kakaknya jika secantik diriku"
Suara tawa jennie memenuhi mobil, dia suka jisoo yang sangat percaya diri.
"Dirumah nanti kamu mati kim!"
Ini jennie kim, bekerja di perusahan desain interiornya sendiri. Besar dengan kakak cantiknya yang manja kim jisoo. Dia menyayangi kakanya sebesar rasa sayang pada dirinya sendiri, jisoo itu malaikat.
Dia sanggup kemanapun jika bersama sang kakak, bahkan jika disuruh mengelilingi mall 5 lantai hanya untuk menemani jisoo yang plinplan dalam memilih restoran.
"Aku minta maaf"
"..."
"Adikmu ini bukan pengangguran, menjadi boss juga berat"
Jisoo tidak merespon,
"Aku harus bertemu klien, mengurus ini itu, belum lagi harus menghadapi lisa yang mood-nya berubah-ubah"
Jisoo pasti akan tertawa jika sang adik sudah mengomel seperti sekarang, menggemaskan jauh dari citranya yang karismatik.
"Iya aku tau, astaga kim berhenti mengeluh.."
Keduanya menghabiskan waktu di perjalanan dengan bicara hal random. Menyanyi bahkan berteriak.
Jennie mencintai jisoo, dia suka kakanya tertawa, dia suka jisoo memukul dirinya karena lelucon yang dia buat. Jennie ingin sang kakak selalu bahagia karena dia sudah banyak bahagia karena jisoo.
"Permisi, tuan park sudah kembali dari meeting nona"
"Baiklah, terima kasih"
Pintu ruangan terbuka, nampak sosok pria paruh baya sedang duduk sambil menyesap kopi.
"Ayah"
Tuan park menyambut dengan senyum
"Apa meeting-nya lancar?"
"Lancar, ayah bertemu perusahaan yang sangat cocok"
"Benarkah? perusahaan mana?"
"Kamu akan mengetahuinya sendiri nanti. Di kelola oleh anak muda, pasti akan sangat cocok dengan konsep yang kita inginkan"
Si gadis hanya mengangguk. Ikut yakin terhadap pilihan sang ayah.
Tuan park duduk didepan sang anak, mengobrol banyak hal mulai dari pekerjaan dan lainnya.
"Mereka akan menghubungi kita untuk meeting pertama,"
"Kapan?"
"Tunggu saja"
Tbc
hii
-L