Suara ketukan bolpoin terdengar jelas, apalagi dengan situasi kelas yang masih sunyi karena jam istirahat. Teman sekelas Jaemin itu tipikal yang kalau jam istirahat akan di luar kelas, kata mereka selagi bisa keluar kelas barang semenit kenapa engga?
Maka begitulah akhirnya hanya ada Jaemin di dalam kelas. Sebenarnya dia lapar, cacing di perutnya juga sudah mengeluh seperti suara nyanyian tapi pikiran Jaemin melarang dia pergi mengisi perutnya.
Dia masih memikirkan apa yang tadi malam dia temukan. Lee Haechan itu anak pamannya yang telah lama hilang lalu panti asuhan yang menampung Haechan itu panti asuhan yang sama dengannya tinggal dulu.
Tapi semakin dalam dia menggali ingatannya dia tidak mengingat ada anak bernama Haechan saat dia tinggal di panti asuhan itu. Hampir semua anak di panti asuhan itu dia kenal, tapi memang benar. Tidak ada yang bernama Lee Haechan.
"Lagi mikirin apa?"
Jaemin mendongak, "Oh, Hai!"
Renjun mengerutkan keningnya bingung, ada apa dengan anak ini?
"Engga kantin?"
"Lagi males gue." Jawab Jaemin sekenanya.
"Tumben, biasanya gercep kalo udah bel. Ada masalah?" Tanya Renjun begitu duduk di bangku sebelah Jaemin.
Agak ragu untuk memulai cerita, tapi entah kenapa sejauh ini hanya Renjun yang bisa membuatnya bercerita bahkan terkadang tanpa dimintapun dia akan bercerita pada Renjun. Semua yang Jaemin rasakan sepertinya hanya Renjun yang tau. Seperti bagaimana dia begitu menyukai pelangi, memakan permen strawberry, hingga selfharm-nya.
"Cuma mikirin jumpa panti lusa, panti yang kalian datengin itu tempat yang biasa gue datengin waktu kecil. Lo tau kan kalo gue suka banget main ke panti waktu kecil?" Ungkap Jaemin.
Renjun tertawa kecil, ingin menyanggah tapi terlalu malas.
"Ada anak kelas sebelah namanya Haechan, gue jelas inget kalo Haechan itu bukan anak panti tempat gue sering main. Tapi kemarin Jeno bilang kalo Haechan tinggal panti itu. Makanya gue mau nanya ibu panti kapan Haechan dateng ke panti."
"Oh gue nangkep maksud Lo. Mau ikut ke panti kan?"
Jaemin mengangguk cepat begitu Renjun menangkap maksudnya.
"Gue tanya nih, orangtua Lo emang engga masalah kalo Lo pergi main ke panti? Bukannya gue keberatan tapi kan Lo mesti langsung balik rumah kalo engga ada les."
"Makanya bantuin gue, kalian bisa kan bikin surat perwakilan non anggota."
"Harus banget ya Lo ke panti itu?"
"Iya. Harus."
Renjun menatap mata Jaemin yang kini juga menatapnya. Sejenak dia memutar bola matanya malas sambil menghel nafas lelah. Setelah ini hidupnya akan rumit.
"Oke, gue bantu. Surat perwakilan Lo minta ke Jeno."
Jaemin tersenyum lebar mendengarnya, "Thanks!"
"Ya udah gue mau balik kelas. Gue tadi nitip roti ke Jeno buat Lo, dimakan langsung jangan sampe telat makan."
"Lah Lo engga kantin?" Jaemin kira Renjun tadi habis dari kantin sebelum ke kelasnya.
"Males kantin, engga ada yang bisa diliat. Dahlah gue cabut."
Renjun melangkahkan kakinya keluar kelas Jaemin, dia berjalan sambil tersenyum riang. Dia tau maksud kengototan Jaemin yang ingin ikut jumpa panti. Dia tahu segalanya, tapi memilih diam. Langkahnya terhenti begitu melihat orang yang menggantikan posisinya berdiri di depan kelasnya dengan kepala yang menunduk. Orang itu terkejut begitu melihat Renjun yang menatapnya dengan senyum khasnya.
"Kak Ren, Hae-"
"Jangan disini ya? Nanti aja di rumah."

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Фанфик"Kak, kalau suatu saat satu diantara kita diadopsi duluan...." "Engga ada kata kalau buat yang satu itu, satu diadopsi berarti diadopsi semua." -NCT DREAM FANFIC -*CW : FAMILY ISUE*