The R

144 14 2
                                    

Bertahun-tahun menjalani hidup dengan identitas baru nyatanya tidak menyenangkan seperti apa yang dibayangkan banyak orang.

Semakin lama dengan identitas baru maka banyak ingatan yang perlahan mulai datang, mulai alasan mengapa mempunyai kehidupan baru sampai akhirnya banyak ingatan mengecewakan yang dia lihat.

Ketika umurnya baru menginjak 5 tahun adalah puncaknya. Di usir dari panti asuhan, adiknya dibawa pergi oleh orang dewasa yang katanya akan menjadi orangtua saudara kembarnya.

Menembus hujan dan kelaparan sampai akhirnya jatuh pingsan lalu terpaksa menjadi mengemis meminta makanan. Apa yang bisa dilakukan oleh anak berumur 5 tahun?

Dia hanya ingin menemukan saudara kembarnya. Dia ingin bersama kembali dengan saudara kembarnya. Hingga saat itu dia bertemu dengan Jeno yang memberinya air mineral di tengah teriknya panas matahari.

Dan akhirnya dia diadopsi oleh orang yang sekarang menjadi orangtua angkatnya. Bersekolah dan menemukan adiknya.

Dia kira adiknya bahagia dengan kehidupan barunya. Nyatanya kehidupan adiknya tak berbeda jauh dengannya, walaupun adiknya mempunyai atap untuk berteduh.

Ingatan-ingatan itu seketika membuatnya merasa gagal menjadi seorang kakak. Dan orang yang menjadi tokoh utama dalam ingatan itu adalah Jaemin.

Tangannya menggenggam tangan kalung berinisial J, kalung milik adiknya yang kini juga menjalani kehidupan baru sama sepertinya.

Hanya bedanya adiknya itu selalu dituntut untuk menjadi yang pertama, sedangkan dirinya menuntut dirimu menjadi garda terdepan.

Maka dari itu saat formulir 100 keinginan yang biasa diisi setahun sekali, Renjun lagi-lagi menulis semua akan baik-baik saja. Mengesampingkan semua kejadian buruk tentang dia yang harus melawan traumanya sendiri, demi Jaemin. Demi adiknya.

Orang-orang menganggap Jaemin gila karena delusinasi yang biasa dia alami. Awalnya Renjun dan orangtua angkat mereka menganggap hal ini tidak terlalu parah apalagi setelah Jaemin didiagnosa bisa sembuh dengan terapi.

Tapi sepertinya trauma yang dibuat oleh orangtua angkat Jaemin yang pertama kali memisahkan si kembar itu membuat Jaemin berungkali berdelusi Renjun hilang dan meninggalkannya. Hal ini malah diperparah dengan kedatangan Haechan.

Dari dulu memang Haechan selalu berusaha untuk merebut apa yang menjadi miliknya, kembarannya.
Tidak, dia tidak membenci Haechan. Hanya saja keberadaan Haechan yang selalu menjadikan Jaemin berpikir bahwa kakaknya adalah Haechan dan bukan dirinya itu membuatnya merasa kecewa. Kecewa dengan keterdiamannya, berharap Jaemin akan sadar dengan sendirinya.

Jeno?

Teman Renjun yang nyatanya tidak pernah mengenal Renjun. Ah itu karena Renjun yang terlalu menutup diri, bukan salah Jeno kalau dia tidak tahu tentang kondisi saudara kembar Renjun.

Yang Jeno tahu hanyalah alasan kenapa Renjun mencoba terjun ke sungai karena traumanya.

Renjun itu.......

"Nana, tolong ingat hyung."

Hanya berharap semuanya baik-baik saja.....

Agar Renjun bisa berjuang melawan dirinya sendiri.

"Nana-nya hyung kenapa tidurnya lama?"

Renjun menggenggam tangan Jaemin, sudah 3 jam lamanya Renjun duduk di ranjang rawat Jaemin.

Lagi.

Entah sudah berapa kali Jaemin mencoba mengiris nadinya.

Dan lagi-lagi Renjun menemukkan tubuh adiknya yang tertidur di lantai dengan darah yang mengalir dan lagi-lagi Renjun harus duduk di samping adik kembarnya yang tertidur entah memimpikkan apa.

"Renjun."

Haechan, tanpa menoleh Renjun sudah tahu siapa yang memanggilnya.

"Orang yang terakhir di daftar panggilannya itu Lo."

"Maaf..."

Renjun tersenyum pedih, "Buat apa?"

Suasana mendadak hening, Haechan benar-benar bingung dengan apa yang harus dia jawab. Dia saat itu hanya merasa harus menelfon Jaemin. Dia hanya ingin mereka bertiga kembali bersama seperti saat di panti asuhan dulu.

"Aku cuma..."

"Gue engga peduli mau Lo deketin Jaemin dengan ngaku sebagai gue, tapi tolong bisa engga kalo Lo jangan bikin gue lagi-lagi di posisi ini?" Potong Renjun.

Renjun bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Haechan yang masih berdiri di dekat pintu masuk ruang inap.

Haechan berdiri kaku, dia siap jika Renjun ingin memukulnya seperti terakhir kali. Tapi dia terkejut saat melihat Renjun menjatuhkan lututnya ke lantai.

"Ren.."

"Gue mohon, jangan ingetin Jaemin tentang gue. Tolong buat Jaemin lupa tentang gue, tolong buat Jaemin..... buat adek gue engga ngelakuin hal kaya gini kalo inget gue. Please....."

Dan untuk pertama kalinya Haechan melihat Renjun memohon seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang