Sebelum kalian baca cerita ini?
Aku mau kasih tau kalau cerita ini hanya sampai 10 Chapter. Selebihnya akan di pindahkan ke versi PDF.Dan untuk kalian yang mau baca PDF-nya secara langsung?
Kalian bisa pesan melalui :
- Instagram : gsnctarea_ (Dm Insta)
- Whastapp : 085777297491 (Only Chat)Dengan Format Pembelian :
Judul PDF :
Alamat Email :
Bukti Transaksi :Pembayaran melalui :
- BCA : 5750675559 An. Khairani Azzahra
- Cimb Niaga : 705278454300 An. Khairani Azzahra
- Nobu : 10511259415 An. Khairani Azzahra
- Shopee Pay : 081513926010
- Dana : 081513926010
- Ovo : 081513926010
- Gopay : 081513926010⚠️ Khusus pembayaran melalui Shopee Pay, Dana, Ovo & Gopay +3.000 u/biaya admin
Warning! Pdf akan dikirim apabila Bukti Transfer sudah dikirim!
Harga PDF : Rp. 65.000
Halaman PDF : 184 halaman.
****bugh* *bugh* *bugh* suara pukulan yang terus di layangkan oleh seorang pria kepada teman laki-lakinya, membuat suasana kampus hening.
Tidak ada berani yang memisahkan mereka. Tidak ada yang berani menghentikan kegiatan seorang Lee Jeno. Pria yang sedang memukuli temannya yang bernama Jung Jaemin.
Siapa yang tidak mengenal Lee Jeno? Anak dari seorang donatur terbesar sekolah, membuat Jeno dengan bebas melakukan apa yang ia inginkan. Termasuk kegiatannya saat ini.
"Gue udah bilang buat bawa itu makanan dalam waktu 5 menit. Tapi kenapa telat?! Menit ke 6, itu makanan baru sampe ke gue! Lo tuli?!" Teriak Jeno, seraya menatap Jaemin penuh amarah.
Jaemin hanya bisa terbatuk. Dirinya sudah tidak bisa untuk menjawab semua perkataan Jeno.
Bagaimana mau bisa menjawab, kalau Jeno terus memukulinya secara membabi buta. Seakan Jaemin adalah penjahat yang pantas untuk di pukuli.
Kenapa tidak melawan? Jaemin tidak mempunyai power apapun untuk melawan Jeno. Melawan Jeno harus memerlukan pemikiran yang matang! Tidak bisa hanya main pukul saja.
Jaemin juga tidak tau kenapa Jeno memukuli dirinya. Kenapa Jeno menjadikan dirinya sebagai target pembullyan olehnya. Karena pada awalnya Jaemin itu tidak pernah di bully atau berurusan dengan Jeno.
Jaemin juga tipikal orang yang jarang keluar kelas, dan kalau ke kantin itu seperlunya doang. Ke kantin, pesan makanan, makan, lalu balik lagi ke kelas. Udah kegiatan Jaemin hanya itu saja. Tapi entah kenapa Jeno malah menjadikan dia targer bullyingnya.
Kejadian itu sangat tiba-tiba! Di mana kala itu Jaemin tengah membaca buku dengan hikmat di dalam kelasnya. Namun tiba-tiba ketenangannya di ganggu oleh kedatangan Jeno.
Jeno yang masuk ke kelas sambil berteriak nama Jaemin. Bertanya kepada teman Jaemin untuk memberi tau mana yang namanya Jaemin.
Setelah tau Jaemin yang mana, Jeno langsung menarik paksa tubuh Jaemin. Membawanya ke kantin, dan memberikan tantangan kepada Jaemin.
Tantangan untuk membalikan makanan dengan batas waktu. Kalau tidak kembali sesuai waktu yang di tentukan? Maka Jaemin akan di berikan hukuman.
Selain itu, Jeno suka sekali memukulnya tanpa alasan yang jelas, suka mengerjainya, dan masih banyak lagi hal yang di lakukan Jeno.
Dan ya! Hal itu masih terjadi sampai saat ini. Di mana dirinya sudah duduk di bangku kelas 12, dan sebentar lagi lulus dari sekolah ini.
"Jeno, udah." Perkataan seorang wanita, serta pelukan yang ia lakukan, sukses membuat pukulan Jeno terhenti.
Jaemin langsung bernafas lega, begitu melihat Nakamoto Renjun yang sudah ada di sini.
Memang di sekolah ini tidak ada yang bisa menghentikan Jeno. Tapi kecuali dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini.
Wanita itu bernama Nakamoto Renjun. Wanita yang telah bersahabat dengan Jeno sejak kecil, berhasil mengontrol sedikit amarah Jeno.
"Ren--"
"Udah Jen. Kamu mau membuat anak orang mati?" Ujar Renjun, seraya menatap wajah Jaemin yang sudah babak belur itu dengan iba.
Jaemin hanya bisa tersenyum, seraya mengais nafas yang banyak-banyak, akibat serangan Jeno.
Setelah memastikan deru nafas Jeno audah kembali normal, barulah Renjun melepaskan pelukkannya, dan membawa Jeno pergi dari sini.
"Maaf." Satu kata yang tidak terucap, tapi terbentuk melalui gerakan bibir Renjun kepada Jaemin, begitu pergi membawa Jeno.
Tepat setelah Jeno keluar dari area kantin, suasana kantin pun bisa kembali normal.
Jaemin yang memang tidak mempunyai siapapun, hanya bisa berbaring di lantai kantin. Mengumpulkan ulang energinya, sampai ia sanggup untuk berdiri.
---
Sebelum bel masuk untuk memulai pelajaran, Jaemin sudah duduk di kursi miliknya, dengan tangan yang sedang memegang buku, yang sedang ia baca.
Namun, begitu dirinya hendak membuka halaman berikutnya. Tangannya di pegang oleh seseorang, dan di tarik keluar.
Jaemin yang bingung akan tindakan tiba-tiba ini, hanya bisa mengikuti kemana orang itu pergi.
Sampai akhirnya mereka sampai di unit kesehatan sekolah. Orang itu mendudukkan Jaemin di tepi ranjang uks. Sementara dia sudah sigap mengambil peralatan p3k, dan membersihkan luka dan lebam yang ada di wajah Jaemin.
"Maafkan Jeno ya. Aku tidak tau kenapa Jeno memukuli dirimu, dan menargetkan kamu." Ujar orang itu, yang sedang membersihkan luka Jaemin.
Jaemin meringis merasakan air dingin yang menyentuh permukaan kulit wajahnya. "Kalau kau yang sahabatnya tidak tau, bagaimana dengan diriku yang bukan siapa-siapanya." Ujar Jaemin yang terputus karena ringisan.
"Makasih ya Renjun." Sambung Jaemin, kepada wanita yang sedang membersihkan luka yang ada di wajahnya.
"Kenapa tidak melawan? Kau punya hak untuk melawan Jeno." Ujar Renjun yang sedang telaten memberikan obat merah kepada luka Jaemin yang telah di bersihkan.
"Kau tau sendiri bagaimana status Jeno, Renjun. Aku memang punya hak. Tapi uang yang Jeno punya, mempunyai kekuatan di depan hukum Njun." Ujar Jaemin.
Renjun yang suka tidak sampai dengan ucapan Jaemin, langsung menautkan kedua alisnya penuh heran. "Apa hubungannya?" Tanya Renjun, yang tidak mengerti dengan ucapan Jaemin.
"Kau tau istilah yang kaya, ialah yang akan menang di hadapan hukum nanti. Hukum akan membela dia yang mempunyai banyak uang. Bukan yang benar." Jelas Jaemin.
"Lalu, apa hubungannya dengan Jeno?" Tanya Renjun lagi, yang masih belum mengerti apa yang di ucapkan Jaemin.
"Kalau aku melawan Jeno. Jeno yang tidak terima, akan berbuat sesuatu kepada diriku. Entah aku yang di keluarkan dari sekolah, karena orang tua Jeno yang merupakan donatur terbesar di sekolah ini. Atau malah Jeno yang membawa masalah ini ke jalur hukum. Kau tau hukum di Indonesia selalu memihak kepada mereka yang mempunyai uang." Jelas Jaemin secara panjang lebar, dan lebih terperinci, agar Renjun mengerti apa yang dia maksud.
Renjun terdiam. Apa yang di ucapkan Jaemin ini benar adanya. "Tapi kau akan terus begini, kalau kau tidak ada perlawanan Jaemin." Ujar Renjun.
Jaemin menghela nafasnya kasar, begitu mendengar ucapan Renjun. "Tidak apa-apa. Selagi ada kau yang membersihkan luka-ku? Aku akan tahan ini semua. Lagipula, bukankah sebentar lagi kita lulus dari sini? Aku hanya perlu menahan ini sedikit lagi." Ujar Jaemin, di sertai senyuman hangatnya.
Renjun mendecak kesal, begitu melihat senyuman Jaemin. Ia paling lemah begitu melihat tatapan teduh Jaemin, dan juga senyuman hangat Jaemin. Kalau Jaemin sudah mengeluarkan keduanya? Renjun tidak bisa berkata apapun. Ia hanya bisa menuruti semua ucapan Jaemin.
"Cha. Karena kau sudah membersihkan luka-ku. Bagaimana kalau nanti kita jalan bersama? Sudah lama kita tidak pergi bersama bukan? Aku yang akan mentraktir dirimu." Ajak Jaemin, dengan kedua alis yang di naik-turunkan.
Renjun yang mendengar ajakan itu pun langsung tersenyum, dan menganggukkan kepalanya. "Call!"
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON - NORENMIN+JUNG FAMS
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK NORENMIN, NOREN, JAEMREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHID...