"Beneran gak mau mampir dulu?" Tanya Renjun, menatap Jeno dengan tatapan ragu.
"Iya sayang. Aku mau langsung pulang aja." Jawab Jeno, seraya mengusak surai rambut Renjun dengan gemas.
Renjun memberengut begitu mendengar kata sayang yang terlontar dari mulut Jeno, serta ulah Jeno yang membuat rambut Renjun berantakan. Kalau masalah panggilan, sepertinya Renjun sudah terbiasa. Jeno memang sering memanggil Renjun sayang, walaupun mereka tidak ada hubungan yang lebih dari teman.
"Beneran mau pulang? Emangnya gak sakit? Gak mau ke rumah sakit dulu buat periksa luka kamu?" Tanya Renjun yang masih khawatir akan luka cambuk yang ada di tubuh bagian belakang Jeno.
Jeno menganggukkan kepalanya. "Beneran sayang. Kalau aku sakit, gak mungkin aku ajak kamu main keluar. Jadi, gak perlu bawa aku ke rumah sakit ya. Untuk apa bawa ke rumah sakit, kalau dokter pribadiku aja ada di hadapan aku." Ujar Jeno, yang membuat Renjun mendecak kesal.
"Aku serius tau." Peringat Renjun yang memang tidak bisa di ajak bercanda, kalau mengenai luka Jeno.
"Iya Renjuniee sayang. Aku juga serius. Aku gak perlu di bawa ke rumah sakit. Aku bakalan ikutin sesuai perintah kamu. Kamu lihat sendiri bukan? Kalau tadi aku catet semua ucapan kamu di memo." Peringat Jeno, yang langsung di angguki kepala lemah oleh Renjun.
"Yaudah kalo gitu! Jangan lupa kabarin aku kalo udah sampe rumah!" Peringat Renjun, yang percaya pada Jeno.
Ucapan Renjun membuat Jeno tersenyum senang. "Kalo gitu aku balik dulu ya. Kalau ada apa-apa telepon aku." Ujar Jeno.
Renjun pun langsung masuk ke dalam rumahnya, setelah mendengar balasan dari Jeno. Begitu juga dengan Jeno yang langsung pergi dari perkarangan rumah Renjun, setelah memastikan Renjun telah Masuk ke dalam rumahnya.
Renjun terus berjalan sampai masuk ke dalam kamarnya. Sama halnya dengan Jeno yang menjalankan motornya dengan kecepatan yang berada di atas rata-rata. Karena jalanan yang sangat sepi, membuat peluang Jeno semakin besar.
*ckitt.* suara decitan ban motor yang bersentuhan langsung dengan aspal, begitu Jeno menginjak pedal rem, karena melihat adanya kecelakaan mobil. Dimana mobil menabrak tiang listrik.
Tanpa tunggu lama, Jeno menyentandarkan motornya, dan segera menghampiri mobil itu.
"Ada orang." Gumam Jeno, yang langsung membawa orang yang ada di dalam mobil keluar.
Jeno langsung menaruh orang itu di jok depan motornya. Dengan satu tangan, Jeno mulai menjalankan motornya pergi ke rumah sakit.
---
"Bagaimana keadaan aunty, dokter?" Tanya Jeno, menatap sang dokter yang baru saja keluar, dengan tatapan cemas.
"Pasien sudah sadarkan diri. Untuk penjelasan lebih rincinya, nanti saya jelaskan di ruangan saya, setelah hasil lab keluar." Jelas sang Dokter.
"Sang pasien juga sudah menunggu anda di dalam. Dia ingin berterima kasih kepada anda. Untuk hal lainnya, anda bisa tanyakan kepada suster yang sedang menangani pasien." Sambung Dokter, sebelum pergi meninggalkan Jeno.
Jeno langsung mengucapkan terima kasih kepada sang dokter. Dia juga langsung masuk ke dalam ruangan, karena sangat penasaran akan pasien yang ia tolong.
Iya! Jeno belum sempat melihat wajah sang pasien yang ia tolong, karena keadaan malam yang sangat gelap. Bukan hanya itu! Setelah sampai rumah sakit pun Jeno langsung menggendong orang itu masuk.
Jeno berteriak, dan langsung menaruh orang yang ia bawa ke atas ranjang rumah sakit, begitu suster dan dokter datang. Suster dan dokter langsung membawa sang pasien ke ugd. Sedangkan Jeno mengurus administrasi rumah sakit.
Sampai di dalam, Jeno dapat melihat wajah pasien yang ia tolong dari samping. Karena sang pasien yang tengah menatap lurus kedepan.
Tapi setelah sadar ada orang yang masuk ke dalam ruangannya. Sang pasien pun menoleh. Melihat Jeno yang sedang berjalan menuju ke arahnya.
"Anda kenapa?" Tanya perempuan itu, begitu melihat Jeno yang berhenti dari jalannya, begitu melihat dia.
Seakan sadar dengan lamunannya. Jeno pun menggeleng, dan langsung memamerkan senyumannya. "Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut saja. Aku kira orang yang aku tolong itu seorang aunty. Tapi ternyata dia lebih muda dari seorang aunty." Jelas Jeno, yang meneruskan jalannya yang sempat terhenti.
Perkataan Jeno mendapatkan kekehan kecil dari perempuan itu. "Kamu bisa aja! Aku ini sudah tua tau. Aku sudah mempunyai anak seumuran dengan dirimu. Nama aku Jung Taeyong. Siapa nama-mu heum?" Tanya Taeyong yang sedang menatap Jeno, yang tengah berada di sampingnya.
"Ah Aunty Tae. Nama-ku Jeno Lee." Jawab Jeno, yang juga memperkenalkan dirinya.
"Apakah Aunty baik-baik saja? Tidak merasakan pusing atau gejala lainnya kan?" Tanya Jeno, menatap Taeyong dengan pwnuh khawatir.
"Kau ini persis seperti dokter tadi. Dia langsung menanyai-ku seperti itu. Apakah kamu berniat menjadi dokter? Btw, aku sudah tidak apa-apa. Tidak merasakan gejala apapun. Kamu tenang saja, aku akan langsung memberi tau dokter, kalau merasakan hal aneh." Jelas Taeyong, menatap Jeno dengan tatapan penuh kelembutan.
"Kata dokter. Aku juga sudah boleh pulang, setelah hasil lab-ku sudah keluar, dan setelah aku di nyatakan baik-baik saja. Serta impusan aku sudah habis." Sambung Taeyong, agar Jeno tidak khawatir mengenai kondisinya.
Mendengar penjelasan Taeyong, membuat Jeno bisa bernafas dengan lega. "Syukurlah. Aku sangat senang mendengarnya Aunty. Apakah Aunty ingin memanggil polisi untuk mengurus kasus ini? Kalau Aunty ingin, aku bisa panggilkan sekarang." Tawar Jeno, yang langsung di gelengi kepala oleh Taeyong.
"Terima kasih atas semua bantuan serta tawaran-mu. Tapi aku tidak membutuhkan polisi. Ini hasil dari kecelakaan, bukan hal lain. Aku hanay ingin meminjam ponsel-mu, untuk menelepon suami dan anakku. Aku yakin dia pasti sedang mencariku dengan perasaan khawatir dan gelisah. Itu juga kalau kau mengizinkannya." Ujar Taeyong, dengan senyuman manisnya, serta boba eye's andalannya.
Tingkah Taeyong yang sangat menggemaskan seperti anak kucing ini. Sukses membuat Jeno mengambil ponselnya yang ada di saku. Lalu memberikan ponsel itu kepada Taeyong.
Tanpa tunggu lama, Taeyong mulai menelepon suaminya. Jeno dengan senang tiasa berada di samping Taeyong.
"Terima kasih." Ujar Taeyong, seraya memberikan kembali ponsel milik Jeno.
"Sama-sama Aunty." Jawab Jeno dengan eye smile andalannya, yang membuat Taeyong terdiam. Sedangkan Jeno terheran akan Taeyong yang tiba-tiba terdiam.
"Aunty kenapa?" Tanya Jeno, yang berusaha menyadarkan Taeyong.
"Hah? Heum... tidak apa-apa. Senyuman-mu sangat indah. Ah ralat! Benar-benar indah. Mengingatkan-ku pada seseorang." Jelas Taeyong dengan senyuman sekilasnya.
"Oh iya! Suami dan anakku akan datang kemari! Aku ingin memperkenalkan-mu pada mereka. Agar mereka tau malaikat penyelamat-ku." Seru Taeyong dengan sangat antusias.
Berbeda dengan respon Jeno yang menghela nafasnya berat. Membuat Taeyong mengerutkan dahinya. "Kenapa? Kamu tidak suka ya?" Tanya Taeyong penasaran.
"Aunty maaf. Bukannya aku tidak mau. Tapi aku sudah sangat terlambat untuk pulang ke rumah. Papa-ku pasti sedang mencari. Aku tidak ingin Papa-ku khawatir." Ujar Jeno dengan penuh penyesalan.
"Yah... yaudah deh kalau gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON - NORENMIN+JUNG FAMS
أدب الهواةCERITA INI KHUSUS UNTUK NORENMIN, NOREN, JAEMREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHID...