5. Are You Sure?

187 7 0
                                    

"Kamu yakin gak mau nginep?" Tanya Renjun, menatap Jeno dengan tatapan ragu.

"Iya. Kamu gak usah khawatir ya. Daddy-ku tadi udah puas pukulin aku-nya. Jadi dia gak mungkin pukulin aku lagi." Jelas Jeno, dengan memamerkan senyuman andalannya; Eye Smile.

Decakan kasar keluar dari mulut Renjun, begitu mendengar penuturan Jeno yang terlihat seperti bukan masalah besar. Sudah sering Jeno di pukulin oleh Daddy-nya, tapi Jeno tidak kapok untuk membuat masalah, atau melaporkan Daddy-nya ke komnas perlindungan anak. Karena senakal apapun anak, jangan pernah memakai kekerasan.

Kekerasan bukan salah satu cara agar anaknya jera. Lagipula kenakalan seorang anak, bukan 100% murni keasalahan sang anak. Terkadang, anak yang nakal itu hanya untuk pelampiasan karena orang tuanya. Kenakalan anak pun terkadang menurun dari orang tuanya.

Ingatlah pepatah buah yang jatuh, tidak jauh dari pohonnya. Serta hadist yang menyatakan kalau apa yang di lakukan orang tua, 2x lebih dari anaknya nanti.

Jadi kalau misalkan kamu nakal, maka anak-mu akan 2 kali lebih nakal dari dirimu. Kalau kamu baik dan nurut, maka anak-mu 2 kali lebih baik dan nurut. Ibarat sistem karma dunia saja.

"Sudah sana masuk. Aku akan pergi setelah dirimu masuk." Titah Jeno, kepada Renjun yang terus diam seraya menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Renjun tetap diam, setelah akhirnya menghela nafasnya kasar. "Ya sudah aku masuk duluan ya. Kalau udah sampai? Jangan lupa chat aku! Jangan kemana-mana lagi, dan langsung pulang. Kalau apa-apa juga jangan lupa hubungi aku. Ingat, kamu tidak sendirian Jeno." Peringat Renjun, menatap Jeno penuh dengan ketulusan.

Jeno tersenyum, dan mengangguk patuh kepada Renjun. "Iya sayang. Udah sana masuk." Titah Jeno yang langsung menbalikkan Renjun, dan mendorong Renjun ke dalam.

Renjun mencebik kesal, dan langsung masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan Jeno sendirian. Sedangkan Jeno pun segera menyalakan motornya, dan menjalankan motornya pergi, setelah memastikan Renjun sudah masuk ke dalam rumahnya.

"Habis darimana aja sayang?" Tanya Winwin yang ingin kembali ke kamarnya dari dapur, namun bertemu dengan Renjun yang baru saja pulang.

"Habis jalan sama Jeno terus jalan sama Jaemin Bu. Injunkan udah massage Ibu." Jelas Renjun, memperingati ibunya lagi.

"Ibu tau. Tapi kenapa malam sekali nak? Kalau Ayah kamu liat kamu baru pulang, dia pasti marah." Ujar Winwin.

"Maafin Injun ya Bu." Ujar Renjun, yang langsung menundukkan kepalanya.

"Iya sayang. Udah sana cepat ke kamar terus istirahat. Tadi Ibu bilang ke Ayah, kalau kamu udah tidur di kamar. Lagipula besok kamu masih sekolah kan? Pelajaran tambahan?" Titah Winwin, yang langsung di laksanakan oleh Renjun.

"Ya udah kalau gitu Injun ke kamar ya. Selamat malam Ibu." Pamit Renjun, yang langsung jalan ke atas, di mana kamarnya berada.

Sampai di kamar, Renjun langsung menggantungkan tasnya ke hanger gantung yang ada di balik pintu. Menaruh ponselnya di atas nakas, lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnha.

15 menit menghabiskan waktu di dalam kamar mandi, dan melakukan skin care routinnya, Renjun pun keluar dari kamarnya.

Merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Lalu memainkan ponsel yang ada di nakasnya di mana dirinya sedang mencharger ponsel itu.

"Ah Jaemin. Aku sampai lupa kalau aku pergi lebih dulu." Gumam Renjun, begitu melihat notifikasi dari Jaemin yang begitu banyak.

Renjun terkekeh begitu melihat chat Jaemin, yang terlihat sangat khawatir dengan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun terkekeh begitu melihat chat Jaemin, yang terlihat sangat khawatir dengan dirinya.

Langsung saja ia membalas pesan Jaemin. Ia tidak tega membuat Jaemin khawatir dengan dirinya.

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


---

Jika di sana Renjun tengah bertukar pesan dengan Jaemin. Berbeda dengan Jeno yang saat ini tengah meringis kesakitan.

Bagaimana tidak kesakitan, kalau saat ini dirinya sedang di hukum cambuk, oleh Daddy-nya sendiri; Lee Donghae.

Kenapa tidak melawan? Jawabannya adalah tidak bisa. Jeno tidak bisa melawan karena dirinya di ikat. Selain itu Donghae juga menyewa beberapa bodyguard untuk mencekal dirinya yang hendak melawan.

"Sudah aku katakan bukan? Kau boleh berbuat nakal, tapi jangan sampai mencemarkan nama baik keluarga Lee!" Peringat Donghae, yang tidak memberhentikan cambukkannya di tubuh belakang Jeno.

"Seharusnya kau bersyukur, karena diriku masih mempertahankan dirimu sebagai anakku!" Sambung Donghae, di iringi decakan kasar.

"Kenapa tidak mengusir diriku saja?" Ujar Jeno yang sudah sangat geram dengan Daddy-nya.

"Akh ingin, tapi aku tidak bisa. Tifanny mengirimkan wasiat sebelum dia mati. Dia menyuruhku untuk menjaga dan membiarkan-mu tinggal di sini. Padahal kau salah satu alasan dirinya mati." Balas Donghae, yang mengingat wasiat Tiffany yang merupakan istrinya, kepada dirinya sebelum meninggal.

"Yak! Yang membuat Mommy meninggal itu bukan aku! Melainkan kau! Karena kau yang berselingkuh di belakang Mommy, membuat Mommy meninggal!" Ralat Jeno, yang saat ini rahangnya sudah mengeras, begitu mendengar tuduhan yang Donghae ucapkan.

Ia tidak mungkin melupakan kejadian di mana Tiffany yang tewas tertabrak. Karena sehabis memergoki Donghae, yang tengah berselingkuh dengan sekertarisnya sendiri.

Dan apa yang Donghae lakukan saat ini? Dia malah menuduh Jeno yang telah membunuhnya, daripada merasa bersalah atas apa yang ia lakukan.

"Tentu saja karena dirimu! Kalau saja kau tidak meminta Mommy-mu untuk membeli ice cream? Mommy tidak akan datang ke kedai ice cream itu!" Balas Donghae yang langsung mendapat decakan kasar dari Jeno.

"Yak! Kau--sshh." Ringisan keluar dari mulut Jeno, begitu cambukan mendarat lahi di tubuhnya.

"Sekali lagi kamu membuat onar? Saya pastikan bukan hanya cambukan ini sebagai hukuman-mu. Tapi juga dengan orang terdekat-mu. Jadi, jaga sikap dan jangan berbuat onar yang membuat malu keluarga Lee. Status kau di keluarga ini adalah anak angkat, jadi tau diri lah." Ujar Donghae yang langsung keluar dari ruang hukumannya.

Tinggallah Jeno seorang diri di dalam ruangan itu. Perlahan, Jeno mulai berdiri, begitu melihat Donghae yang sudah lebih dulu keluar.

Berjalan menelusuri koridor yang ada di rumah ini. Sampai akhirnya ia tiba di kamar miliknya.

Jeno langsung saja pergi ke kamar mandi, untuk membasuh darah yang keluar dari punggu belakangnya akibat cambukan itu.

Emangnya tidak perih? Pertanyaan retorik yang Jeno tidak ingin jawab. Alasan Jeno mandi, agar darah itu juga turun mengikuti air yang mengalir. Ia tidak mau sprei ranjangnya terkena noda darah.

Setelah selesai, Jeno langsung keluar, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya.

"Aku lupa memberi kabar kepada Renjun!" Gumam Jeno, yang langsung mengambil ponselnya.

Membuka aplikasi massage, dan mulai mengetikan sesuatu di sana untuk Renjun.

REASON - NORENMIN+JUNG FAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang