"Perhatian-perhatian! Untuk nama yang saya panggil? Harap mengadap ke ruang kepala sekolah. Untuk Jung Jaemin Na dan Lee Jeno, harap menuju ke ruang kepala sekolah sekarang juga." Pengumuman yang baru saja di sampaikan dari ruang informasi, sukses membuat Renjun bingung.
Bukan hanya Renjun, Jaemin dan Jeno pun bingung akan pengumuman tiba-tiba ini.
Jaemin yang sedang membaca bukunya pun segera beranjak dari kursinya, menuju ruang kepala sekolah.
Begitu juga dengan Jeno yang sedang berada di kantin. Dan juga Renjun yang diam-diam mengikuti Jaemin menuju ruang kepala sekolah.
For information. Renjun dan Jaemin itu sekelas, berbeda dengan Jeno yang beda kelas. Kelas yang ada di sekolah ini memakai peringkat. Untuk anak yang pintar akan memasuki kelas A, kelas Renjun dan Jaemin. Kalian pikir Jeno akan memasuki kelas paling rendah? Jawabannya salah! Jeno memasuki kelas D dari H. Di mana Jeno berada di tengah-tengah. Jeno tidak sebodoh yang kalian pikirkan.
"Renjun!" Tegur Jeno, ketika ingin masuk ke ruang kepala sekolah, melihat Renjun.
Dengan tergesa, Renjun menghampiri Jeno yang juga menghampiri dirinya. "Kau berbuat apa lagi?" Bisik Renjun, seraya memukul lengan Jeno.
Jeno meringis, memegangi lengannya yang di pukul Renjun. Terasa sangat pedas nan perih. "Aku tidak berbuat apapun." Ujar Jeno dengan penuh kejujuran. Namun Renjun tetap tidak mempercayainya.
"Kalau kau tidak berbuat apapun, kenapa di panggil kepala sekolah?!" Ujar Renjun, yang menyangkal kejujuran dan ketidaktahuan Jeno.
"Sungguh! Aku tidak tau apa--"
"Perhatian-perhatian. Untuk siswa yang bernama Lee Jeno, harap segera ke ruang kepala sekolah!" Pengumuman yang berhasil memotong ucapan Jeno.
"Mau masuk?" Ajak Jeno, sebelum masuk ke ruang kepala sekolah.
"Kau gila?!" Maki Renjun, yang langsung mendorong Jeno masuk ke dalam. Sedangkan Rnjun terus menunggu Jeno dan Jaemin di luar ruangan kepala sekolah.
Begitu masuk ke dalam, Jeno langsung di sambut Jaemin dan sang kepala sekolah. Kepala sekolah menyuruh mereka untuk duduk di samping Jaemin.
"Jadi, kenapa ibu memanggil saya?" Tanya Jeno to the point, yang sudah mengambil duduk sesuai perintah sang kepala sekolah.
"Kemarin kalian berkelahi?" Pertanyaan yang keluar dari sang kepala sekolah.
"Menurut ibu?" Tanya balik Jeno, seraya menunjuk lebam di wajahnya yang kian membaik.
"Mau jadi apa kalian berdua ini? Bagaimana bisa senior memberikan contoh seperti ini?!" Ucap sang kepala sekolah.
"Polisi, kan polisi kerjaannya mukulin orang. Dan sebagai senior yang ingin menjadi seorang polisi, harus memberikan contoh kepada adik kelasnya, agar sang adik ikut masuk ke dalam polisi." Ucapan tak masuk akal yang keluar dari mulut Jeno, sukses membuat Boa yang merupakan kepala sekolah di sini, memijat pangkal hidungnya.
"Saya akan panggil kedua orang tua kalian." Final sang kepala sekolah, karena tidak tahan berhadapan dengan Jeno.
"Tapi bu--" protesan yang ingin keluar dari mulut Jaemin, langsung di potong sang kepala sekolah.
"Tidak ada tapi-tapian." Final sang kepala sekolah, yang sudah sangat tidak bisa di bantah.
"Udah gitu doang bu?" Tanya Jeno.
"Ya. Kalian bisa kembali ke kelas kalian masing-masing." Jawab Boa.
"Jangan bolos Lee Jeno." Peringat Boa, sebelum pergi keluar.
"Si ibu udah buka kartu aja." Ujar Jeno, sebelum pergi keluar.
Tak lama, Jaemin pun juga ikut keluar dari ruangan kepala sekolah, setelah pamit kepada kepala sekolah.
"Jadi gimana?" Tanya Renjun yang panik, begitu Jeno keluar dari ruang kepala sekolah.
"Ya gitu." Balas Jeno seadanya. Merangkul pundak Renjun, dan membawa Renjun pergi dari ruang kepala sekolah.
Renjun yang di bawa pergi, hanya bisa mengikuti kemana Jeno membawa dirinya pergi.
"Jadi gimana Jeno?" Tanya Renjun, ketika mereka sudah sampai di kantin.
Iya! Jeno membawa mereka ke kantin. Di banyaknya tempat yang ada di sekolah ini, Jeno lebih memilih membawa Renjun ke kantin. Mengambil makanan sebelum waktu yang di tentukan.
Dan bagaimana dengan penjaga kantinnya? Tentu saja mengizinkan Jeno. Siapa yang bisa menolak Jeno?!
"Lee Jeno!" Ujar Renjun, dengan nada merengeknya.
"Apa sih sayang?" Tanya Jeno yang sudah duduk di hadapan Renjun.
"Jadi gimana? Kamu ada masalah apa? Terus apa yang di lakuin kepala sekolah?" Tanya Renjun, yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Kau ingatkan kalau kemarin Aku dan Jaemin berkelahi?" Tanya Jeno, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Renjun.
"Jadi karena itu?" Tanya Renjun.
"Iya karena itu. Kepala sekolah memanggil kedua orang tua kita. Dan selesai! Kita di suruh balik setelah mengatakan itu." Balas Jeno.
"Daddy-mu?" Tanya Renjun yang khawatir akan nasib Jeno nantinya.
Renjun yakin kalau Jeno akan mendapatkan pukulan lagi oleh ayahnya. Terlalu banyak luka yang ada di tubuh Jeno. Entah itu pukulan, atau cambukkan yang ada di tubuh belakang Jeno. Ya walaupun Donghae sering mencabuk tubuh belakang Jeno, untuk nama baik Donghae.
Bisa bahaya kalau memukul Jeno di bagian terbuka. Orang-orang akan menaruh curiga, dan akan membuat nama baik keluarga Lee tercoreng.
"Tenang saja. Daddy-ku tidak akan memukul-ku." Ujar Jeno meyakinkan Renjun. Agar Renjun tidak khwatir dan cemas akan dirinya. Ya walaupun dirinya sendiri tidak yakin dengan ucapannya sendiri.
"Jangan coba-coba menyembunyikannya dari-ku ya! Kalau kau memang di pukul oleh Daddy-mu? Segera hubungi aku, atau hampiri diriku, agar aku bisa memberhentikan tingkah Daddy-mu, atau mengobati luka yang di berikan Daddy-mu." Peringat Renjun, menatap Jeno penuh ketulusan.
Jeno menatap manik mata Renjun juga, lalu tersenyum. Mengusak surai rambut Renjun dengan gemas. "Iya-iya. Makasih ya dokter pribadi-ku." Ujar Jeno.
"Yak! Kau--"
"Sstt. Daripada kamu marah-marah? Lebih baik makan makanannya, sebelum ketahuan guru bk yang sebentar lagi akan berpatroli." Ujar Jeno, yang langsung memasukkan makanan ke dalam mulut Renjun yang ingin memprotes.
Renjun langsung mengunyah makanannya. Tapi mimik wajahnya tetap menunjukkan protes kepada Jeno.
"Ren." Panggil Jeno kepada Renjun yang tengah menikmati makanannya.
"Ren." Panggil Jeno sekali lagi, karena tidak mendapatkan balasan dari Renjun.
"Renjun!" Panggil Jeno lagi, di iringi goyangan pada tangan Renjun.
"Apa sih?!" Ketus Renjun, menatap Jeno dengan nyalang.
"Jawab dong kalo di panggil!" Balas Jeno sewot.
"Tadi katany suruh makan aja! Jangan protes macem-macem." Sarkas Renjun, memperingati ucapan yang tadi Jeno katakan.
"Tapi gak gitu konsepnya!" Sewot Jeno, di iringi helaan nafas kasar.
"Ya terus gimana?!" Balas Renjun tak kalah sewot dengan Jeno.
"Nanti malam ada acara? Pergi yuk!" Ajak Jeno.
"Aku bisa menolak?" Tanya Renjun yang langsung di balas gelengan kepala oleh Jeno.
"Terus kenapa nanya?"
"Hanya untuk formalitas saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON - NORENMIN+JUNG FAMS
FanficCERITA INI KHUSUS UNTUK NORENMIN, NOREN, JAEMREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHID...