9. Undangan

33 5 0
                                    

Kava sampai di rumah saat sudah malam. Tidak terlalu malam, hanya awal malam. Di rumah kakak dan kakak iparnya terlihat biasa saja.

Kava seolah baru datang dan tidak tau apa apa memeluk kakaknya setibanya di rumah.

"Ey yo, Ka Caca."
"Mandi, kamu bau."
"Ganteng gini dibilang bau," sewotnya.

Kava mencuci tangannya di wastafel dan duduk di sebelah Juna. Mereka akan makan malam, pas sekali Kava belum makan sejak siang. Pulang mau makan malah jadi liat drama.

"Bang, series barunya udah keluar."
"Kapan? Abang ga tau."
"Bang Juna ngebucin mulu sih, makanya ga tau."

Juna yang denger cengengesan aja, sadar diri dia kalau hobinya ngebucin si nyonya. Kalau ga bucin ga bakal dinikahi kali.

"Makan, jangan game mulu."
"Penghilang stress Kak."
"Iya Ca, daripada ke club mending kita nge game," tambah Juna.
Kava dan Juna tos setelahnya. Emang cocok jadi sodara mereka.
"Kalian ke club siap siap aku sunat lagi."
"Ampun nyonya," jawab Kava dan Juna bareng.

Mereka makan malam seperti tidak terjadi apapun. Kava memang melihat mata kakaknya sembab, jika ditanya kakaknya pasti punya banyak alasan.

Mungkin kalau Kava ga ngeliat sendiri kakaknya nangis, Kava bakal percaya alesan mata kakaknya sembab. Sepinter itu kakaknya nutupin dirinya, tapi Kava ga bakal bisa kayak gitu. Hal ini yang buat Kava ngerasa gagal ngejaga kakaknya.

"Ka Caca maraton drakor lagi?"
Castella dan Juna auto nengok Kava. Mereka tatap tatapan bentar.
"Iya, filmnya bagus," jawab Castella.
"Gimana ceritanya. Jangan keseringan kak, nanti matanya mines."
"Berarti kamu jangan nge game lagi Kav, nanti matanya mines," saut Juna.

Kava mikir bentar, "ya ga gitu konsepnya Bang."
Kava cemberut, Castella sama Juna malah ketawa. Kava masoh childish kayak gini, gimana Castella rela buat ngelepas adiknya gitu aja.

Setelah makan malam, Kava baru mandi, pake air anget pasti, holang kaya gitu loh. Setelah mandi, seger Kava turun ke bawah. Kakaknya lagi nonton sinetron sendirian, mungkin suaminya lagi ngurus kerjaan.

"Sendirian aja Kak."
"Ga sendiri, kan ada kamu."
Kava natap kakaknya datar ples males, ya iyalah Kava tau kakaknya sendirian.
Kava duduk gitu aja di samping kakaknya. Dia mah g level nonton sinetron, mainnya ig. Ig an tapi scroll ga jelas.

Kava duduk nyender kursi, leyeh leyeh ga inget kalo ada kerjaan. Tapi easy bro, kan ada babunya alis si Rey. Kurang ajar emang. Tak patut ditiru.

"Kamu ga ada kerjaan apa."
"Udah di hendel Rey Kak."
"Jangan terlalu bergantung sama Rey, kalian punya tanggung jawab masing masing."

Kava tiduran di paha kakaknya, tangan kanan kakaknya yang nganggur di tempelin di kepalanya. Kode minta di elus.

Kava kangen uwu uwuan sama kakaknya. Ya iyalah, kakaknya uwu uwuan sendiri sama suaminya. Kava yang jomblo nonton doang. Kava kan jadi iri, tingkat iri dia ter upgrade.

"Kak," panggil Kava pelan.
"Hmmmm."
"Jangan maksain diri sendiri."
"Kava sayang Kak Caca," lanjutnya.

Mata Castella memang fokus pada tv, tapi telinga dan pikirannya fokus dengan apa yang diucapkan Kava. Castella wanita cerdas, dia akan langsung paham dengan situasi.

"Kamu liat semua?"
"Ga semua, cuma sampe Bang Juna minta maaf."
Tangan Castella terus mengusap kepala Kava, mendengarkan keluhan adiknya. Castella juga ga pingin egois sebenarnya, tapi sudah 5 tahun menikah tapi belum diberi keturunan membuat Castella sedikit down. Ditambah cibiran orang orang dan keluarganya sendiri.

Kava memegang tangan kakaknya lembut,"apapun yang terjadi, Kava ada dipihak Kak Caca."

"Hayo, kalian ngapain," Juna tiba tiba datang dari belakang. Caca sama Kava auto kaget pastinya.
"Ngapain sama istri orang, sana cari istri sendiri."
"Ck, dasar prik," cibir Kava.
"Bodo, istri istri siapa?"
"Kakak kakak siapa?" Balas Kava.

Juna kemudian duduk di sebelah kiri Caca. Caca yang ada di tengah ga mau ikut campur, nonton ikatan batin aja. Pusing kadang Caca ngandepin 2 makluk ini. Kadang akur ngalahin sodara kandung, kadang kayak tom and jerry.

"Ca, tadi Tante Rina nelfon."
"Ngapain nelfon kamu? Biasanya juga ngehubungi aku atau ga Kava."
Juna menaikkan bahunya tidak tau. Dia di telfon ya diangkat, sodara sendiri juga. Tapi emang ya Tante Rina itu, kayak pingin banget Caca sama Juna pisah, mana pernah terang terangan ngenalin anak temennya lagi. Aklaqless emang.

"Mau slamatan katanya, anaknya udah hamil."
"Harus kita kesana?" Tanya Kava.
"Kalau kamu ga mau gausah gapapa yang," tambah Juna.
"Kita diundang ya dateng, mereka juga kerabat kita. Tante Rina kan saudaranya Ayah."

Wajah Kava sudah suram. Pertemuan keluarga kayak gini cuma bikin tensi Kava tinggi. Males ketemu keluarga besarnya yang aklaqless banget.

Jadi, sebenarnya kakek Caca dan Kava itu punya 2 istri. Istri pertama itu ibunya ayahnya Caca dan Kava, anak tunggal. Setelah nenek mereka meninggal karena sakit jantung, kakek mereka menikah lagi dengan nenek Astrid.

Astrid ini memiliki 3 anak. Pertama Albani Rasyid Watson, istrinya bernama Elsava Dias Watson dia memiliki 2 anak. Laki laki bernama Rico Baits Watson yang sudah menikahi Shafa serta memiliki 2 anak, dan Syifa Watson yang belum menikah karena masih kuliah s2.
Anak keduanya Rina Anaya Watson, suaminya Xavier McKinney. Memiliki 2 anak,1 anak perempuan yang sudah menikah dan laki laki yang baru masuk kuliah. Namanya Nindi Xavier Putri dan Orion Xavier Putra, tidak ada nama Watson karena nama keluarga diturunkan oleh anak laki laki.
Anak ke 3 Anastasya Merry Watson, suaminya bernama Jackson Marion. Mereka memiliki 2 anak laki laki. Alnovarado farasya yang sudah menikah, istrinya bernama Rayla dan memiliki 1 anak masih sd serta Agus Ricardo yang baru kuliah.

Kakek Kava juga mengadopsi anak angkat, hanya Caca yang tau alasannya. Dia diusir oleh nenek Astrid setelah kakek kava meninggal. Ok, mungkin ada yang penasaran sama nama kakeknya Kava, namanya Jonh James Watson. Termasuk 100 orang terkaya di dunia.

Kava tidak suka dengan nenek tirinya dan keturunanya. Mereka iri karena warisan kakek diserahkan pada ayahnya dan sekarang dikelola Kava dan kakaknya. Mereka selalu berusaha merebut semua harta, dasarnya orang serakah. Mereka juga selalu menyudutkan kakaknya. Kecuali Xavier dan Orion, mereka orang baik yang terjebak diantara orang busuk.

"Ngapain dateng segala, palingan kita diundang ke sana cuma buat ngejelekin Kak Caca."
"Kava, gimanapun mereka tetap keluarga kita."
"Bagi aku, keluargaku cuma Kak Caca sama Bang Juna."
Setelah mengatakan itu, Kava pergi ke kamarnya. Dia mencoba menetralkan emosinya.

Kava ga suka kalau mereka selalu mengganggu kakaknya. Kava sadar, mereka baik di depan Kava hanya untuk cari muka, karena semua aset keluarganya sekarang ada ditangannya.

Di bawah, Juna menenangkan Caca. Juna juga malas jika berurusan dengan nenek tiri Caca.
"Yakin mau kesana?"
Caca mengangguk sebagai jawaban, "kita bisa pergi ke Paris, kebetulan aku juga ada proyek di sana."
"Juna, kita dateng buat memghargai Om Xavier, dia udah baik sama kita."
Juna menghela nafas sejenak, "Ok kalau itu mau kamu."
"Thanks."
"Everything for you."

Tbc

My Ganteng BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang