11. Hai Rio

22 5 0
                                    

Seorang pemuda masuk ke rumah Xavier dengan senyum lebarnya. Dia bisa melihat keluarga harmonis ini sedang menjatuhkan seseorang, manis sekali.

"Halo Nek," sapanya ramah. Semua orang yang ada di sana menoleh padanya. Ada tatapan tidak suka, malas, sinis, dan tatapan hangat yang hanya diberikan oleh Xavier, Caca dan Juna.

Pemuda itu berfikir, pasti Kava sedang bermain game di sebelah, Kava belum cukup baik mengontrol emosi seperti Juna.

"Rio, kamu lama banget baru sampe."
"Iya, ada kerjaan dikit tadi."
"Ayo sini, yang lain udah lama sampai loh," ucap Xavier antusias.

Rio berjalan mendekat, melihat salah satu stick game yang patah. Rio jadi penasaran, apa yang mereka lakukan sampai Kava matahin tuh stick game. Stick game keras banget loh.

Rio memfokuskan kembali perhatiannya pada keluarga 'angkatnya' yang dengan baik hatinya mengusirnya. Juna dan Caca menawarkan untuk tinggal di rumah mereka, tapi Rio masih tau diri untuk tidak merepotkan pasutri yang sudah banyak membantunya itu.

"Gue pikir lo ga bakal dateng Bang," teriak Rion dari tempatnya. Orion masih fokus bermain game dengan Kava, Dan Remon yang cuma jadi tim hore hore.
"Yahh, maunya sih ga dateng, tapi terlanjur janji sama Om Xavier."

Rio menghampiri Nindi dan memberikan hadiah darinya. Nindi melempar kado itu bersama kado kado lainnya, Xavier menegur putri sulungnya itu.

Rio biasa saja diperlakukan begitu, sudah terlampau biasa sejak dulu. Apalagi kalau kakek ga di rumah, mereka makin menjadi jadi. Rio sudah tahan banting.

"Akhirnya kamu dateng juga, Om udah nunggu kamu dari tadi loh."
"Gimana kabarnya Om? Nenek juga gimana kabarnya? Katanya sakit diabet ya?"
"Kamu doain saya cepet mati?"
"Hm? Saya cuma tanya kabar loh Nek."

Rio tertawa kecil melihat keluarga harmonis ini, mereka sangat kompak, kompak dalam menjatuhkan orang lain. Pantas saja Kava muak dengan keluarganya sendiri.

Masih ingat Rio? Rionando Jeynendra, staff keuangan WSG. Anda tercengang? Hmm saya juga. Rio adalah anak angkat John, semua keluarganya terang terangan menolak Rio, tapi mereka tidak bisa menolak. Hanya Caca dan keluarganya yang menerima Rio. Rio sendiri menghormati kedua orang tua Kava.

"Xavier, kenapa kamu mengundang anak ini?" Sungut nenek Astrid.
"Dia juga keluargaku. Di akte malah dia adik iparku, anakmu Mom."
"Dia hanya benalu!"

Kava sudah bergabung lagi dengan semua orang di ruang tengah. Mulutnya tuh dah gatel pingin nyinyir tuh nenek nenek yang udah antri malaikat maut.

"Benalu? Siapa yang sebenernya benalu ya? Bukannya benalu itu yang numpang doang?" Nyinyir Kava.

Belum sempat ada ada yang membalas, Caca sudah terlebih dahulu nyaut.
"Kami ada keperluan lain, kami pamit dulu. Rio, ayo mampir."
"Tentu, aku cuma mau ngasih kado doang kok. Om Xavier, makasi undangannya, saya pamit."

Juna, Caca, Kava dan Rio pamit dari rumah itu. Rumah peninggalan kakek mereka yang di tempati nenek Astrid dan keturunannya. Caca sih ogah tinggal disana. Tinggal sendiri aja udah dirusuh apalagi tinggal bareng.

Rio 1 mobil dengan Juna and family. Dia ga bawa mobil, emang ga punya mobil karna ga beli. Rio aslinya orang mampu kok, dia juga punya saham di WS Group dan aset lainnya. Tapi dia ga sombong.

"Bang, kemana aja lo? 2 hari ga ke kantor, coba lo bukan abang gue, udah gue pecat lo," sembur Kava setelah mereka memasuki mobil.
"Ada urusan ini."
"Dih, sok sibuk lo."

Rio emang udah akur sama Kava, makanya waktu jam makan siang dulu mereka satu meja Rio pingin ngakak liat muka sok dinginmya Kava.

Sebenarnya Caca sama Kava udah nawarin Rio jadi salah satu kepala cabang WSG, tapi ditolak. Ditawari jadi menejer juga ditolak. Akhirnya, Rio jadi staff keuangan sekaligus mata mata Kava. Info dari Rio tuh ga pernah meleset, mantul kan.

"Sekarang tinggal dimana? Kamu pindah kan?"
"Iya Jun, gue pindah kos."
"Ngapain kos, apartemen lo kurang gede kah?"
"Bukan gitu Kav, staff keuangan pada main, masa diajak ke apart."
"Rio, kenapa ga tinggal sama kami aja?" Tanya Caca.
"Aku masih bisa sendiri kok Kak."

Seterusnya selama perjalanan, Rio terus berbicara dengan Kava. Sesekali Juna akan ikut bergabung. Caca hanya akan jadi pendengar jika para kaum lelaki mulai ngomong ga jelas.

Caca yang introvert di kumpulan para ekstrovert, bisa bayangin sendiri gimana diem dan tenangnya Caca diantara keributan 3 makluk itu. Juna yang biasanya tenang kalem aja bisa jadi miring kalau kumpul semua, ini belum ditambah Rey.

"Rio, emang Kava kalau dikantor kaya gitu?" Tanya Caca ga percaya.
"Iya Kak, sok cool gitu. Belum tau aja karyawan sana kalau bosnya itu amit amit.
"Wah wah wah, minta dipecat ni orang."
"Kalo lo pecat gue, lo yang rugi."
"kalo dipecat Kava tinggal pindah perusahaan gue."
"Iya yo, pindah aja ke perusahaan Juna."
"Ka Caca sama Bang Juna ihh," sewot Kava.

Mereka tertawa bersama. Ini keluarga sesungguhnya bagi Rio. Dia tidak menyesal diadobsi Kakek Kava. Dia juga tidak menyimpan dendam. Caca, Juna dan Kava sudah cukup untunya, sekarang.

Mereka sampai di rumah Juna. Rio tentu menginap, Caca tidak akan memperbolehkan dia pulang, apalagi Rio dah lama ga maen ke rumah Caca.

"Bang, kuy main. Gue udah punya yang baru."
"Mantul, gue mau pesen tadi udah sold out."
"Gue gitu loh."
"Gue up dulu, mau nemenin nyonya."
"HILIH BUCIN," sentak Rio dan Kava bersamaan.

Rio sama Kava main sampe malem. Mereka makan malem bareng. Tentu dengan suasana yang berbeda dengan keluarga sebelah. Rio pernah tinggal disana, dia tau bagaimana keadaan di rumah itu.

Rio membuka ponselnya, beberapa chat dan miscalls dari staff keuangan. Sudah 2 hari dia tidak berangkat kerja tanpa alasan. Rio mengaktifkan ponselnya kok, cuma ga diangkat sama dibales doang.

Singkirkan Mak Lampir

o

RIO
Hai gaes, gue kambek

Mami Reres
Dari mana aja lo
2 hari ngilang kayak mantan ghosting aja.

Hanna emesh
Tau nih, Mas Rio kelamaan jomblo ya gini

Mami Reres
Tapi yo, kok lo bisa 2 hari ngilang tapi mak lampir no comment samsek

Gue juga heran
Mak lampir tuh hobinya roasting kita, kok lo aman jaya

Mami Reres
Gue juga penasaran
Lo apain si mak lampir yo?

Hanna emesh
Jangan jangan Mas Rio jadian sama mak lampir

oRIO
Kalian itu ya nethink mulu sama gue, tuman

Mami Reres
Bitha aja telat ga sampe 5 menit kena semprot
Lo ilang 2 hari aman jaya

oRIO
Namanya juga nasib
Wkwkwkwk

Kurang ajar lo yo

oRIO
Yang sopan sama atasan, tuman

Rio meletakkan ponselnya setelah dirasa cukup mengabari teman temannya. Mak lampir ini walau sinis kerjanya bener dan ok, sayang kalau dipecat. Cuma ya cuma mulutnya aja tuh yang g enak, bikin senep.

Rio mau begadang sambil nge game sama Kava dan Juna. Mereka mau boys time. Caca ok ok aja asal mereka mau beresin.

Kurang bahagia apalagi Rio, dia sudah mengiklaskan masa lalu dan akan melangkah ke depan, dengan kaluarganya.

Tbc

My Ganteng BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang