Bab 5: Luka

66 30 2
                                    

"Goresan luka tak seberapa sakit, kecuali kau yang menyayatnya"
°°°

Rasya berjalan tertatih-tatih mencari jalan keluar dari tempat yang menyedihkan ini. Matahari sudah mulai bersembunyi, hampir petang, dan akhirnya ditelan oleh kegelapan. Rasya merasakan aura pada siang dan malam hari itu sangatlah berbeda.

Sampai Rasya berhenti saat melihat seseorang tengah duduk di atas hamparan rumput membelakangi Rasya.

Mata Rasya seketika memanas saat ingat siapa orang yang ada didepannya itu. Butiran demi butiran meluncur deras melewati pipi Rasya. Rasya berusaha untuk membuka suaranya yang sedari tadi tercekat sempurna.

"K-kak Regan?" suara Rasya bergetar hebat.

Sang empu menoleh ke sumber suara, menampilkan cowok berparas tampan dengan hidung bak prosotan taman bermain. Rasya langsung berlari dan hendak memeluk Regan, tetapi, lagi-lagi ia hany bisa menembus tubuh Kakaknya.

"Kak Regan, Kakak kenapa bisa ada disini?" Rasya menatap bola mata Regan.

Bukannya menjawab, Regan malah menatap Rasya dengan kilatan aneh. Regan tak bersuara sama sekali, ia tetap menyapa kedua bola mata Rasya.

"Kamu mau kan bantuin, Kakak!" ujar Regan singkat dan menusuk.

"Bantu apa, Kak? Rasya akan bantu kok!" Rasya tersenyum tulus.

"Bunuh teman, Kakak yang bernama, Gilang! Kamu belum mati kan, Dek? Pasti, Kamu bisa bunuh, Gilang. Balaskan dendam, Kakak pada dia. Dia yang udah siksa, Kakak setiap hari di sekolah!"

Mendengar perkataan Regan sontak membuat Rasya melotot tajam, Rasya bingung, kenapa Regan menyuruhnya untuk berbuat jahat. Regan yang Rasya kenal tak seperti ini.

"Maksud, Kakak apa? Rasya nggak mau bunuh, Kak Gilang!" tolak Rasya halus dengan menatap wajah Kakaknya.

"Bunuh, Gilang untuk Kakak! Kamu sayang kan sama, Kakak!" Regan semakin meninggikan suaranya.

"Rasya nggak mau, Kak!" Rasya tetap kekeh dengan pendiriannya.

"KAMU BERANI BANTAH, KAKAK!!!" bentak Regan, nyali Rasya semakin menciut karena sedikit demi sedikit tubuh Regan berubah besar dan api mulai mencuat dari tubuhnya.

"Kak maafin, Rasya. Tapi Rasya nggak bisa, Kak hiks!" Rasya hendak berlari mundur tetapi ia membawa tas besar yang membuatnya susah untuk berlari.
Bukannya lari, Rasya malah terduduk karena kebanyakan membawa muatan didalam tasnya. Regan semakin mendekat, mendekat, mendekat, dan akhirnya api itu mulai menyentuh kulit Rasya.

Yang Rasya rasakan saat ini hanyalah perih pada tangannya. Dia hendak meminta tolong, tetapi siapa yang bisa menolongnya. Rasya tetap memejamkan mata merasakan gorengan pada pergelangan tangannya. Kulit Rasya semakin mengelupas akan perbuatan Regan.

Rasya mengernyitkan kening, saat ini dia sudah tak merasakan uap api dan hawa panas menyentuh tangannya. Rasya berniat membuka mata, betapa terkejutnya ia saat melihat dirinya sedang berada didalam sebuah kamar mewah bermotif kuno.

"Loh, Rasya dimana?" gumam Rasya pada dirinya sendiri.

"Kamar, gue!" ketus seseorang yang datang dari sebelah kanan Rasya, ia sedang menutup jendela kamarnya.
Rasya sontak menoleh ke sumber suara, netranya menangkap seorang lelaki memakai baju besi tengah berjalan mendekat. Rasya tak merasa curiga sama sekali, ia malah menatap cowok itu dengan tatapan kesal.

"Hehhh gara-gara, Kamu. Rasya masuk kedalam dunia aneh ini! Tanggung jawab!!" teriak Rasya sembari mendelik tajam.

Cowok didepan Rasya hanya memutar kedua bola matanya malas. Rasya pun terperangah akan kelakuan cowok itu, bisa-bisanya dia tak merasa bersalah sama sekali, setelah mendorong Rasya memasuki labirin planet.

Rasya sudah jengkel akan cowok itu, Rasya mulai berjalan menghadang kaki cowok didepannya lalu menatapnya dengan intens. Sang empu malah melontarkan tatapan tajam dan membuang muka.

"KELUARIN, RASYA DARI SINI!!" Rasya berteriak tepat didepan wajah cowok itu.

Mendengar Rasya meninggikan suaranya, Agro menyapu bola mata Rasya dengan tatapan tajam menusuk. Tangan kiri Agro spontan menarik pergelangan Rasya untuk mendekat, sampai tubuh mungil Rasya menempel pada dada Agro.

"Jangan berani-beraninya, lo bentak, gue!"

Rasya meringis kesakitan saat merasakan pergelangan tangannya yang terbakar tadi dicekal oleh Agro paksa. Raut wajah Agro berubah tertawa, kening Rasya tak henti-hentinya berkerut sedari tadi.

"Lo ingin keluar dari tempat ini kan? Oke, gue akan bantu!" senyum smirk tercetak jelas diatas bibir Agro.

Dengan cepat, Agro memutar tubuh Rasya kasar dengan membaliknya. Agro mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam baju besi yang menempel pada tubuhnya. Bukan lain itu adalah pisau kecil yang mulai memancarkan kilatan kebencian.

Agro tertawa dan menempelkan pisau itu pada leher Rasya. Bagaimana dengan Rasya? Pastinya sekarang dia sedang diambang masalah. Agro semakin menyayat leher Rasya tanpa sadar, matanya hanya dipenuhi bara api.

Rasya sudah meneteskan buliran air mata sedari tadi, isak tangisnya mulai keluar, mendengar isak tangis Rasya, Agro tersadar dan mendorong Rasya dengan kasar untuk menjauhinya.

Agro memilih pergi ke arah jendela, melihat ke bawah sana, banyak arwah-arwah memancarkan sinaran api dari bola matanya. Dimana Rasya? Rasya sedang mengelap darah kental yang mengalir dilehernya.

Rasya sangatlah ketakutan, ia kini duduk menangkup kedua kakinya, mata Rasya mulai sembab, air mata tak berhenti keluar. Dia terus mencari akal agar bisa keluar dari tempat yang menyiksanya.

Semalaman Rasya menitikkan air mata, walaupun kini ia tidur tetapi buliran-buliran itu tetap menetes. Rasya terbaring dengan kening memanas. Ia terbangun lalu mengedarkan pandangan ke sekitar, helaan nafas Rasya keluar lega.

Beberapa detik kemudian Rasya terhenyak karena mendengar suara dari samping kasur. Munculah seseorang memasang raut wajah lesu. Mata Rasya kembali terbelalak setelah melihat Agro tidur dibawah sana. Rasa takut Rasya seketika lenyap setelah melihat raut wajah Agro, wajahnya sangatlah imut setelah bangun tidur.

Tak terasa bibir Rasya terangkat keatas sembari menatap setiap inci wajah Agro. Rasya segera tersadar lalu menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.
Rasya memilih bangkit dan berjalan keluar dengan tertatih-tatih. Hendak memegang gagang pintu, pintu itu tiba-tiba terkunci dengan sendirinya. Kaget? Rasya masih menjadi manusia, pastinya dia terkejut.

"Mau kemana!" teguran Agro bisa terdengar oleh Rasya.

Rasya menghembuskan nafasnya kesal dan membalikkan tubuhnya, berkali-kali Rasya terlonjak kaget akan kelakuan Agro. Kini Agro tengah berdiri didepan Rasya, sangat dekat, bahkan kedua kaki Rasya hanya berjarak beberapa cm.

"Rasya mau keluar," gerutu Rasya dengan menatap Agro malas.

Agro tersenyum kecut dan mulai maju, lebih dekat dengan Rasya. Rasya hendak berjalan mundur tetapi, kakinya sudah menempel pada pintu. Agro semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Rasya. Rasya pun memejamkan mata.

"Keluar sekarang! Kalo, lo ingin. Tapi, jangan salahin, gue kalau, lo bakal habis jadi santapan mereka!"

Milagro [Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang