"Rasa kebencian kini luntur akan keterikatan"
°°°
Seharian Rasya menyender dengan mengobati kedua tangannya. Dia bingung bagaimana Rasya mengobati tangan kanannya sedangkan tangan kirinya sudah ia balut dengan perban. Helaan nafas pasrah meluncur melewati kedua lubang hidung Rasya.
Rasya memutar otak nya kembali dan mengacak tas miliknya, tangannya merogoh beberapa butiran obat, ia taruh diatas pangkuannya. Dia kembali melirik botol air dicelah samping tas. Rasya berniat untuk meminum semua obat untuk menghilangkan rasa nyeri pada luka-lukanya. Hendak obat-obat itu jatuh diatas lidah, obat Rasya malah melayang jatuh ke lantai.
Gerutu? Pastinya Rasya menggerutu, pasalnya ia meraih obat-obat itu dengan susah payah dan kini terlempar begitu saja tanpa ada rasa bersalah. Mata Rasya mengadah keatas menampilkan wajah Agro yang datar dan dingin.
"Kenapa sih, kamu selaluuuuu aja gangguin, Rasya! Apa kurang, kamu buat, Rasya menderita dengan memasukan, Rasya kesini! Rasya capek! Sampai kapan dunia akan terus menghakimi, Rasya hiksss, hikssss!!"
Rasya menundukkan kepalanya dengan kedua punggung tergerak keatas kebawah merasakan isak tangis yang menyelubungi suara sekitar. Agro hanya menatap Rasya seperti tatapan awal. Bukannya menjawab Rasya, Agro justru melenggang pergi. Dia memasuki pintu kayu sebelah pintu kamar mandi.
"ARGHHHHHHH, RASYA LELAH, TUHAN! KENAPA UJIAN TAK BERHENTI MENAMPAR, RASYA, WALAU SUDAH BERKALI-KALI!!" teriak Rasya dan menundukkan kepalanya lebih dalam.
"Tangan!" perintah Agro, belum saja lima menit, Agro sudah kembali berdiri didepan Rasya.
Rasya tak menggubris, ia tetap pada posisinya awal. Agro adalah Agro, orang paling tidak sabaran sedunia. Agro merampas tangan Rasya dengan kasar lalu mengobatinya seperti ia lihat tadi. Sedari tadi ternyata Agro memperhatikan tahapan demi tahapan untuk mengobati luka pada tangan Rasya.
Agro sangat telaten dalam mengobati luka Rasya. Hanya butuh beberapa menit tangan kanan Rasya sudah terbalut perban. Senyum Agro terangkat sekilas, tak sengaja Rasya melihatnya. Dalam hati Rasya berdecak kagum saat melihat senyum Agro.
Agro berhenti tersenyum setelah Rasya berceloteh dalam hatinya. Agro bangkit dan kembali dengan membawa sepiring nasi goreng. Terhenyak? Ya, Rasya melamun sedari tadi memikirkan dunia yang ia tinggalkan saat ini.
"Buka mulut, lo!!" perintah Agro yang tak kalah dingin.
Rasya melihat sendok didepan mulutnya. Keningnya berkerut lalu pikiran-pikiran curiga mulai terlintas diotak Rasya. Ia tetap berfikir apa sebenarnya rencana Agro.
"Ini nasi goreng aman! Kagak ada racunnya!" sergah Agro dengan cepat.
"Lah, nih orang denger apa gimana ya tentang kata hati, Rasya?" gumam Rasya dalam hati.
"Lo bisa nggak sih! Nggak usah banyak nanya!" geram Agro pada manusia menjengkelkan didepannya ini.
Rasya akhirnya diam dan membuka mulut untuk memakan nasi goreng yang sudah disiapkan oleh Agro, lagi-lagi Rasya dibuat curiga.Sebenarnya apa mau Agro, terkadang ia baik, terkadang dia menyebalkan, hmm yang pasti Rasya membencinya.
Setelah sepiring nasi goreng habis dilahap, Rasya baru tersadar kalau kini ia sedang berada di Pluto, lantas dari mana nasi goreng itu berasal.
"Apa jangan-jangan itu kotoran?"
"Apa jangan-jangan yang tadi, Rasya makan itu adalah cacing?"
"Atau bangkai?" ocehan pada pikiran Rasya tetap terpendam didalam sana.
"Iya, itu tadi nasi goreng kotoran cacing!" sambar Agro kesal.
"Bentar-bentar, kamu bisa denger apa yang ada dipikiran, Rasya?" tanya Rasya dengan polosnya.
"Apa? Lo ngatain, gue didalam hati kan!" bukannya menjawab Agro mulai berasumsi.
"Nggak, siapa juga yang mikirin, kamu, nggak ada gunanya! Mending mikir cara keluar dari sini sama, Kak Devan," sewot Rasya.
"Lo lupa kalo, Devan udah nggak ada?" pertanyaan itu sontak membuat Rasya tertampar oleh kenyataan.
Rasya terdiam, memori otaknya masih terasah dengan sempurna, ia ingat saat pertama menatap Devan setelah memasuki dunia ini.
Agro mengalihkan pandangan lalu menyodorkan obat yang sama seperti tadi ditangan Rasya. "Nih minum!"
Bibir Rasya mengerucut. "Caranya gimana?"
Agro menepuk keningnya pelan. "Buka mulut, lo!"
Rasya kembali menurut, ia minum obat dari tangan Agro. Keadaan sekitar seketika menjadi canggung. Rasya pun memecah suasana dengan menghela nafas panjang.
Agro kini duduk disamping Rasya, mereka berdua sama-sama menyender pada tembok. Tangan Agro tak diam, ia mengotak-atik ransel Rasya. Ada beragam barang didalam tasnya. Rasya tak memperdulikannya, ia tetap berfikir cara untuk keluar dari tempat asing ini. Lelah? Otak Rasya sangat lelah sampai tak terasa ia sudah memasuki alam bawah sadar.
Kepala Rasya akhirnya terbentur baju besi Agro, sang empu tersadar lalu meraih kedua lengan Rasya dengan halus. Tiba-tiba ada yang aneh pada hati Agro, baru kali ini ia merasa nyaman apabila dekat dengan seorang wanita.
Agro mengelus baju besinya menggunakan telapak tangan, baju besi itu kini berubah menjadi baju Levis, baju yang terakhir ia pakai waktu kecelakaan, hanya berbeda masalah noda darah, bajunya sekarang bersih tanpa noda sama sekali.
Semalaman Agro terjaga menatap cewek rese yang ada di pelukannya. Agro tak merasa risih sama sekali, tangannya terulur menyisir rambut Rasya pelan, sampai wajah Rasya terlihat sangat tenang saat terlelap. Bibir Agro melengkung keatas membentuk seulas senyum hangat.
Agro memegang dada kirinya saat merasakan denyutan pada jantungnya. Setelah bertahun-tahun desiran itu terjadi kembali, dada Agro semakin sesak mengingat kejadian lalu yang membuatnya tersandung dalam dua kehidupan yang rumit.
"Wajahmu selalu mengingatkan ku pada dia," ujar Agro sembari menatap lekat wajah Rasya.
"Rasa dimana itu menyakitkan dan menyayat."
"Bantu aku untuk keluar dari masalah yang terjadi selama ini."
Agro tetap berbicara dengan sangat hangat, walaupun Rasya tak bisa mendengarkannya. Pulau kapuk sudah menggulung Rasya untuk masuk kedalam sana."Mohon maaf untuk part selanjutnya dihapus untuk kepentingan penerbitan, apabila ingin tahu cerita lengkapnya boleh kunjungi profil ig saya untuk link novel cetaknya,
terimakasih..."
ig: @sinnntw
KAMU SEDANG MEMBACA
Milagro [Terbit✓]
FantasiNote: Apabila dengan membaca karyaku menjadikan kamu jauh dari Tuhan, maka menjauh dan tinggalkanlah :) Gadis beribu luka bernama Rasya. Hinaan serta cercaan menimpa dia karena, kemiskinannya. Rasya jatuh hati pada seniornya bernama Devan. Devan pun...