6

2 0 0
                                    

Daniel POV
.
.
.
.

"Kamu mau pesan apa sayang?" Tanyaku sesampai di kantin

"Sayang-sayang palalu peyang" jawab Nindya dengan galak

"Kok kamu jawab gitu si?" Tanyaku

"Ya lagian kakak aneh banget, udh ah aku mau beli mie pedes"

"Kamu diem sini dulu ya, biar kakak aja yg pesenin. Mau pake nasi engga?" Kebiasaan Nindya adalah makan 2 porsi mie ditambah 2 telor ceplok plus seporsi nasi dan mie nya harus berkawan dengan cabai.

"pake dong, pedes banget ya" pintanya

"Cabe mahal sayang, jangan pedes pedes" jawabku beralibi agar Nindya tidak makan pedas terus-menerus

"Alah alasan, minggir-minggir biar aku yang pesen sendiri"

"Iya-iya biar kakak yang pesenin"

Setelah memesan pesanan Nindya, yaitu mie pedas dengan telor ceplok dan satu porsi nasi serta minuman matcha favoritnya aku langsung kembali ke tempat duduk kami.

Kulihat Nindya merebahkan kepalanya diatas meja sambil menutup mata, aku hanya tersenyum kemudian mengelus puncak kepalanya beberapa kali.

"Kenapa wanita ini random sekali tuhan? Disaat seperti ini dia terlihat seperti wanita yang sangat anggun dan sangat kalem, namun disisi lain ketika dia terbangun mengapa kepolosan itu berubah menjadi tatapan sinis, galak dan sangat sulit didekati" batinku

Tak lama Nindya terbangun karna usapan tanganku dikepalanya

"Eh kok ga di bangunin si?" Tanyanya

"Kakak baru sampe kok, tunggu sebentar ya makanannya masih dibuatin sama buk kantin"

"Iya" jawabnya polos

"Oiya, tadi kamu ngobrol apa sama intan dan Wulan?" Tanyaku

"Engga ada apa-apa kok, cuma masalah sepele aja gak penting juga hehe" jawabnya

"Beneran?" Hanya dijawab dengan anggukan kepala saja

"Kakak gasuka kalo kamu bohong ya" lanjutku

"Apaan si, ga ada boong boong" jawabnya

Kemudian makanan yang telah kupesan datang, dan Nindya dengan senang hati menerima pesanan itu terutama es matchaa favoritnya itu. Entahlah kenapa banyak sekali orang menyukai matcha, padahal matcha itu menurutku rasanya seperti rumput.

"Pelan-pelan aja maem nya, biar ga keselek"

"Iyaaaa"

Bahagianya aku bisa bertemu kembali dengan Nindya, terima kasih Tuhan telah mengembalikan perempuan yang sangat aku sayang ini. Perempuan yang selama ini aku cari secara diam-dia.

"gimana kabar bunda nin?" tanyaku

"bunda? bundanya aku?" kujawab dengan anggukan saja

"ngapain ikut-ikut panggil bunda?" tanyanya galak

"kan bundamu juga bundanya kakak sayang" jawabku

"kamu sakit kak, sana berobat dulu. aneh banget dari tadi"

"aneh gimana?" tanyaku bingung

"ya aneh aja"

"nindya.... nindya...." kulihat dari kejauhan ada rahma, teman satu angkatan nindya. dia berjalan ke arah tempat duduk kami

"eh kenapa ma?" tanya nindya sambil melanjutkan makannya

"emm eh ada kak daniel" kulihat dia tersenyum sungkan kepadaku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Of Different ReligionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang