4². Perkembangan

1 1 0
                                    

2 hari kemudian, aku dibawa lagi ke rumah tukang urut dengan naik pikap, di belakang pikap ada Kakakku Jeno dan mamaku, didepan ada Bapakku yang nyetir dan di samping sidin Kakakku yang cowok. Kami datang jam 7, nunggu antrian, jam setengah 12 kami kena giliran. Aku dikasih obat dalam bungkusan plastik kacang, 60 kapsul. Kalo abis, disuruh nebus lagi. Punggung kaki kananku yang bengkak itu diolesin campuran parutan pala dan kencur juga.

14 hari kemudian aku di datangin teman Bapakku yang bisa urut orang patah tulang juga, Amang(sebutan untuk laki- laki yang umurnya seumuran dengan ayah kita) siapa namanya itu lupa nanya aku. Selama diurut tuh ya gigi atas dengan gigi bawah ku itu bergesekan saking aku nahannya haha.

Setelah 21 hari rasanya itu, malam itu aku di urut teman Bapakku Amang Ucup. Sumpah sakit banget aku diurut Amang itu, sampai teriak sekeras-kerasnya aku dulu itu. Tetangga- tetangga di gang rumahku pada dengar dan berdatangan ke rumahku, kira mereka ada yang lagi kesurupan haha.

Ada juga rekomendasi dari tetangga obat Asam mefenamat dan Ampicilin terus diminum 2 kali sehari dan kucoba. Setelah itu juga, kami dapat rekomendasi dari tetangga ada juga tukang urut di Jl. Antang Kalang IV, dan aku lanjut diurut ke tempat situ, selama 2 bulan, setiap 3 hari atau lebih, aku dibawa ke tukang urut situ, kebetulan tukang urut nya itu perawat. Hitung- hitung 10 kali dah aku di urut disitu, terus disuruh pakai tongkat, dan aku mulai mencoba.

Makan  pakai lauk ikan gabus dalam sebulan dan tanpa micin. Dan minum jus wortel dari hari ketiga tuh. Rekomendasi dari tetangga- tetangga aku dan kucoba, mamaku yang bikinin.



Tentang DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang