6 Syawal

10 2 0
                                    

Nek, kek.. Amel mau cerita banyak..
Dari sebelum memasuki bulan Ramadhan Amel sudah ada niat kesini. Sampai akhirnya sekarang dapat menginjakkan kaki disini. Sebelum berangkat cucu bungsu dari anakmu nomer 2 ini, yang belum sempat bertemu di dunia fana ini bertanya mau kemana. Amel jawab mau ke rumah teman SMA dulu. Tak ada hal lain lagi yang dapat Amel lakukan selain berbohong. Jika jawab jujurpun pasti si bungsu akan membangunkan mama bapa helda dari tidur siangnya dan mengadu yang berujung tidak diperbolehi kesini. Dengan beralasan takut kenapa-kenapa di jalan karena sedikit jauh dari rumah makam kalian nek, kek.

Akan tetapi, Allah Maha Baik, walaupun Amel berbohong, Allah tadi menjaga Amel dari berangkat hingga pulang ke rumah.

Udara sepi dari tempat persemayaman kalian, belum selesai membaca Surat Yasin berderaian air mata dengan sendirinya. Air mata yang keluar dari 2 mata ini sedang mengeluarkan rasa lega, satu sisi kebahagiaan satu sisinya duka. Air mata yang keluar dari 2 mata ini sedang merembes perih duka 4 bulan yang dijalani sekarang dan tidak kalah dibanding 8 tahun yang sudah dijalani kemarin.

4 bulan yang dijalani rasa berat tiap jam, hari dilewati.

Tidak dapat berbuat apa-apa karena Amelia stuck. Jadi seperti itu sebab melewati rasa pertimbangan mama bapa Amel.

Sesak dada 8 tahun yang dijalani karena surgaku sering disayat hatinya dalam seminggu sekali itu pasti ada ditemukan setiap setelah berbincang-bincang dengannya.

Satu sisinya lagi rasa lega yang terpancar kebahagiaan karena tanpa disadari gelak tawa senyum tulus terukir seperti halnya saat kami semua masih kecil. Waktu yang terbuang karena mendengarkan bualan yang berujung surgaku memberi nasihat tapi tak digubris hingga beradu mulut dan kalah. Linangan air mata datang yang tak pernah menjadi bentuk rasa iba dari dia terhadap surgaku.

Hidup dengan tidak pernah diberi pilihan dan kelabilan dari mama bapa. Dari usia menginjak bangku kelas 1 SD hingga tak disangka-sangka dapat memasuki jenjang kuliah.

Saat lulus dari SD Amelia tidak mau lanjut pendidikan lagi. Tapi mama mau Amel melanjutkan ke SMP.

Tiap ada yang bertanya bahwa Amel mau lanjut ke sekolah mana, Amel selalu jawab seperti ini "Kata Mamaku, aku mau dimasukkan ke sekolah blablabla". Begitupun waktu lulus MTs. Mau dimasukkan ke sekolah mana, eh malah masuk sekolah mana. Karna waktu itu ada sepupu mama yang menyarankan sekolah tersebut dan mamapun mau. Ya labil.

Sangat menyesal masuk di SMA tersebut, karna tidak ada mata pelajaran Teknologi Informasi. Tidak memikirkan muridnya kah setelah lulusnya. Di era digital ini padahal itu sangat dibutuhkan.

Detik-detik teman-teman di sekolah mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi yaitu memasuki jenjang perkuliahan, aku yang tak pernah ada kemauan mencoba memasuki jenjang itu malah tidak disangka lagi mama mau memasukkan Amel ke bangku perkuliahan. Ya seperti biasa dapat pertanyaan mau lanjut studi atau kerja dan kalau lanjut studi mau yang dimana, ya kusahut lagi dengan penggalangan kata yang tak pernah tertinggal "Kata Mamaku aku mau dilanjutkan studi di blablabla".

Hingga akhirnya ujian yang belum pernah disiapkan menghampiri hingga Amel pun cuti kuliah.

Teringat beberapa bulan yang lalu saat mencari dia di kediaman sepupu mama, mama dapat pertanyaan "Dia ga pernah cerita sama sekali kah?."
Celetuk mama yang terngiang-ngiang hingga saat ini masih menggoreskan hati Amel "Ga pernah, sama Amel juga ga pernah cerita. Diam terus orangnya, dipendam sendiri".

Mau jawab tapi situasi dan kondisi sangat tidak memungkinkan saat itu.

Ralat.
Amel ga pernah cerita❌
Amel ga pernah diberi kesempatan cerita✅

Amelia dari sudah baligh sampai sekarang cerita pada 1 sahabat Amel. Amel bukan seperti itu aslinya. Malah kebalikannya, Amel selalu bercerita walaupun masalah atau hal yang sepele kepada mama dan 1 sahabat Amel.

Cerita yang Amel sampaikan tak pernah didengar oleh mama. Kalaupun ada itu hanya sedikit kata yang keluar dari mulutnya ataupun itu hal lucu hanya sedikit senyum bentuk respon yang sempat diberikan kepada Amel.

Padahal juga saat mau cerita, Amel selalu menunggu disamping mama dan dia kapan dapat diungkapkan cerita Amel di situasi dan kondisinya.

Si Dia sering cerita, sedikit-sedikit cerita. Dan parahnya lagi dia kalo cerita tidak menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Mama lagi wirid seusai sholat yang kebetulan dia datang kerja cerita, mama lagi tidur siang pun juga dibangunkannya. Padahal itu semua bualan dan rangkaian cerita peristiwa yang dikarang.

Jadi, mama dulu hanya tidak menyadari hal sepele yang tidak ditempatkannya pada Amel mengenai "Amel tidak pernah cerita".

Sekarang mau cerita, eh indera pendengaran mama sudah mulai berkurang. Kami kalo mau berbicara dengannya harus sedikit keras nadanya. Kalau ga kita mendekatin ke telinga sebelah kirinya Mama saat kita mau berucap.

Dalam beberapa waktu lagi, entah kain putih mana yang akan lebih dahulu takdir mengenakan ke tubuh Amelia. Kain putih berbentuk dress seperti bidadari bagi setiap wanita kenakannya atau kain putih polos dengan seperangkat alat mengurus mayyit segera terkenakan.

Tentang DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang