"Ya kamu salah kalo tetap ngejar wanita yang dulu kamu incar, dia sudah nikah."Sita salah satu dokter yang juga bertugas di rumah sakit itu memberika pendapatnya pada Didit, mereka seusia dan Didit merasa nyaman curhat pada Sita. Siang itu mereka baru saja selesai makan di salah satu m rumah makan yang tak jauh dari rumah sakit.
"Dia nggak bahagia dengan suaminya, sebel aku lihat suaminya yang kayak gak ada rasa khawatirnya lihat istrinya sakit."
"Bukan urusan kamu lagi, wanita itu bahagia ato nggak, kamu mau dicap pebinor?"
"Gak peduli aku kalo penderitaan itu dialami oleh Nisa, coba aja kamu bayangin wanita yang dulunya cerdas, ceria, penuh semangat lah sekarang terlihat lelah, kuyu dan kayak nggak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya."
Sita tertawa mendengar ucapan Didit.
"Kamu hiperbola."
"Nggaaak, beneran, karena kamu nggak kenal Nisa, aku gini karena kenal dia sejak kecil, dia sepupu aku."
"Iyaaa aku tahu, kamu sudah bilang."
"Kamu nggak pernah ketemu sih, nih aku lihatin ya foto dia saat masih berkuliah."
Didit mencari foto Nisa di galeri ponselnya dan memperlihatkannya pada Sita.
"Cantikkan? Lihat sorot matanya yang penuh semangat, tertawa lepas gitu eh sekarang bikin aku kaget beneran, deuh secepat itu laki-laki itu mengubah Nisaku."
"Eleeeh Nisaku."
"Dia milikku, sebelum dicuri sama laki-laki lemah itu."
"Laki-laki lemah?"
"Gimana gak lemah namanya kalo dia nggak bisa bikin istrinya bahagia, hanya laki-laki nggak peka yang nggak tahu apa yang dirasakan oleh wanitanya, dan itu sebuah kelemahan."
"Aku pikir dia lemah sahwat." Sita tertawa dengan keras.
"Kali aja iya, sudah enam bulan gak bisa bikin Nisaku hamil, meski kalo masalah kayak gitu belum tentu dia yang lemah sih bisa aja gangguan di salah satunya."
"Udah ... udaaah curhatnya ayo kita balik lagi ke rumah sakit, gak ada habisnya kalo kamu curhat si dia."
"Tar pulang bareng siapa?"
"Gampanglah."
"Bareng aku aja, mobilmu masih di bengkel kan?"
.
.
."Kak kok nggak cepat siap-siap ke kantor?"
Nisa melihat Hikam yang belum juga berganti baju.
"Nggak papa Dik, aku kok pingin sekali-sekali memandikan Abyan."
Hikam melihat bagaimana Nisa memandikan dan mulai mengeringkan tubuh Abyan. Lalu membaluri tubuh bayi laki-laki montok itu dengan minyak telon agar hangat, mulai memberikan bedak, memakaikan baju lalu menyisir rambut lebat Abyan dan memberikan Abyan pada Hikam.
"Minta tolong gendong dulu ya Kak, mau meletakkan handuk Abyan ke belakang."
Setelah kembali lagi, Nisa meraih Abyan dari tangan Hikam.
"Kalo pingin kapan-kapan aja pas Kakak sedang tidak ngantor, sana ganti baju aja dulu Kak."
Hikam hanya mengangguk dan berbalik menuju kamarnya. Saat Hikam menghilang dari hadapannya, Nisa baru sadar jika kemarin ada teman Hikam yang datang ke rumahnya dan menitipkan sesuatu padanya.
Nisa menuju ruang makan sambil meraih bingkisan dalam goodybag dan meletakkan di salah satu sisi meja makan. Lalu meraih botol susu yang sudah disiapkan pembantunya, memberikan pada Abyan yang terlihat lahap. Nisa duduk sambil menatap bayi laki-laki yang ada dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dik Nisa, I Love You (Sudah Terbit)
RomansaCover by @Hendzsadewa Menjadi ibu sambung bagi keponakannya sendiri tak pernah terpikirkan oleh Annisa. kecelakaan yang menimpa kakak dan iparnya hingga mengakibatkan kakaknya meninggal membuat ia menerima permintaan orang tuanya untuk menikah denga...