Pertemuan Ketiga

5 1 0
                                    

Pagi itu adalah pagi yang indah. Burung-burung saling berkicauan, seakan terdengar alunan musik pagi. Bau masakkan ibu sudah tercium ke dalam kamar, menandakan sarapan sudah siap untuk disantap. Sinar matahari pun mulai terlihat dari celah-celah jendela kamar. Benar-benar Sabtu pagi yang menenangkan, semua orang menikmatinya kecuali satu gadis ini. Di pagi yang indah ini, Kaela harus sudah berurusan dengan sahabatnya yang cerewet ini. Bukan kicauan burung yang ia dengar, melainkan suara cempreng sahabatnya yang tak henti berbicara.

"Kae! Ayolah, sekali ini aja tolong," pinta Meera.

"Apa sih? Lo nanya mulu, jawaban gue tetep 'nggak' Meer. Haruskah gue teriak persis di depan kuping lo biar lo jelas?!" raut wajah Kaela benar-benar serius, terlihat seperti orang yang sedang menahan amarahnya.

"Oke, kasih gue satu alasan kenapa lo nggak mau ikut kencan buta yang sangat gemilang ini! Selain tentang Kala."

"Gue lagi sibuk skripsian, jangan tambah beban gue ya. Lagian, kenapa nggak lo aja sih?"

"Gue udah jadian tau sama Haidar," keluh Meera. Memajukan bibirnya, cemberut, seperti bebek.

Wajah serius Kaela memudar, mendengar pernyataan Kaela membuatnya kaget tidak percaya. Dalam hatinya ia bertanya selama itu kah dia mengurung diri sampai-sampai Meera dan Haidar sudah jadian?

"Bohong ya lo?" tanya Kaela tidak percaya.

"Dih, nggak percayaan banget sih lo. Nih fotonya," Meera menunjukkan foto dirinya bersama Haidar di hari jadi mereka.

Masih kaget tidak percaya, Kaela bingung bagaimana Meera dan Haidar yang dikenal akan tingkah laku mereka yang mirip tokoh kartun Tom and Jerry berubah menjadi tokoh kartun Kristoff and Anna?

"Maka dari itu, lo aja ya yang ikut. Itu sayang banget ya ampun," ringis Meera mencoba membujuk Kaela.

Raut wajah Kaela berubah serius kembali,"Nggak Meer, gue nggak mau."

"Kalo lo ikut kencan buta ini, sekali aja, gue bantu lo kerjain tuh skripsi biar nggak dapet revisi pas bimbingan depan nanti."

"Ngawur, lo mulai nulis skripsi aja belom," ejek Kaela.

"NGGAK USAH MERENDAHKAN GUE KAYAK GITU YA! Walaupun gue belum mulai, gue udah ada tips and trick lho!"

"Ucapan lo pake pemanis apa sih? Udah nggak percaya gue sama kata-kata lo yang kayak gitu."

"GUE ADA ORANG DALAM! Kalo lo mau ikut kencan buta ini, gue kenalin lo ke orang dalam, alumni kampus kita. Ayo Kae, tolong ya." bujuk Meera tak henti-henti.

Sebenarnya Kaela tidak yakin sahabatnya, Meera, benar-benar mengenal orang dalam tersebut, namun ia tau jika ia menjawab tidak, Meera akan terus menghantuinya, membujuknya, dan meyakinkannya sampai ia setuju untuk ikut. Mimpi buruk. Ia tak mau hal tersebut terjadi, jadi lebih baik ia mengalah dan setuju untuk ikut kencan buta tersebut. Lagi pula hanya sekali ini saja, memangnya akan ada hal besar yang terjadi?

Dengan penuh kepasrahan, Kaela pun setuju untuk ikut kencan buta yang sahabatnya atur, "Ya udah, gue ikut. Tapi lo diem ya, nggak usah bawel lagi."

Raut wajahnya berubah drastis, menjadi seterang sang surya. Ia tersenyum lebar, bersemangat, "Bener ya?? OKE! Gue akan tutup mulut, nggak akan bawel lagi."

"Gue jamin kencan buta kali ini, lo bakal tersenyum bahagia dan waktu lo nggak bakal sia-sia terbuang Kae!" ucap Meera kegirangan.

Kaela hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa kecil melihat kelakuan Meera yang mirip seperti bocah SD, "Emang ya, bocah SD banget lo."

How Can I Love the Heartbreak When You're the One I LoveWhere stories live. Discover now