Chapter 2 ♥

42 3 1
                                    

"Apa yang kau lakukan di sini?" Isla mengerjap saat bertemu kakaknya di Oreon sektor barat. Seperti biasa, Rune sudah menghilang dari rumah saat Isla baru bangun. Jangankan mengobrol, say hallo saja keduanya sudah jarang.

Sangat tidak mungkin Rune akan ikut latihan dengannya di Pentagon. Rune banyak menghabiskan waktu di sektor selatan dimana pusat pengembangan teknolgi berada, tenggelam dalam berbagai riset dan penelitian. Kalau tiba-tiba Isla menemukan Rune di sini, itu pasti karena ada proyek tentang senjata atau sejenisnya.

"Aku menguji senjata yang sedang dalam pengembangan."

Isla mengikuti Rune masuk ke sebuah ruangan. Di sana Rune sedang menguji senjata terbaru Atticus. Mereka menyebutnya Gun. Ini cairan berwarna jingga yang dapat meledak jika ditembakkan. Ini terbuat dari larutan Ezekial yang diekstrak dari batu Brio yang ditambang dari daerah selatan Gil. Agresi Atticus ke klan selatan salah satunya menguasai kekayaan alamnya. Batu Brio ini salah satunya.

Hingga saat ini, belum ada bahan baku yang dapat diubah menjadi peledak. Baru beberapa bulan ini Rune dan timnya dapat menemukan larutan Ezekial yang memiliki kemampuan yang diprediksi mampu menghasilkan ledakan.

Setelah peradaban di bumi hancur, manusia mulai membangun peradaban baru di Gil. Planet Gil mulai dieksplorasi. Meski sudah 150 tahun berlalu, tapi planet ini masih menyimpan banyak misteri. Eksplorasi masih banyak diperlukan untuk mengungkap lapis demi lapis misteri yang tersimpan di dalamnya.

"Huaaa ... Mad!1 Keren sekali!" Mata Isla berbinar melihat deretan cairan jingga dalam tabung-tabung kecil di depannya. Selama menjalani pelatihan setelah lolos seleksi pasukan Soren, Isla hanya berlatih menggunakan senjata standar. Hanya para senior yang boleh menggunakan senjata yang lebih canggih. Dan setiap kabar dari Rune tentang penelitian senjata terbarunya, semakin menyemangati Isla untuk lebih giat berlatih agar dapat masuk sebagai tim utama Soren.

"Kau memang jenius, Rune!" Isla mengacak rambut Rune, gemas.

"Nej!2" Rune menghalau tangan Isla di kepalanya. "Jaga sikapmu! Jangan rusak reputasiku!"

Meski sejak kecil dibesarkan dalam satu atap, Rune dan Isla tumbuh menjadi sosok dengan kepribadian bertolak belakang.

Rune lebih pendiam dan serius. Dia lebih suka menghabiskan waktu menyendiri, membaca dan menulis jurnal. Sedang Isla yang lebih muda setahun darinya adalah sosok ceria dan pandai bergaul. Dia lebih menggemari berbagai aktivitas fisik.

Berkali-kali Isla mengajak kakaknya itu bergaul bersama temannya-temannya selalu berakhir dengan ceramah Rune tentang manfaat belajar dan memanfaatkan waktu dengan baik. Ujung-ujungnya, Isla lebih suka menutup telinga dan segera angkat kaki dari kamar Rune.

"Ayah pasti bangga padamu!" Isla masih bersemangat dan bangga dengan pencapaian Rune. Tapi tidak dengan lelaki itu.

"Mbleah!" Rune memalingkan mukanya lalu tersenyum sinis. "Aku tidak banyak berharap tentang itu. Sepertinya ayah lebih bangga pada anaknya yang pandai bertarung dari pada jenius tapi hidupnya tergantung dengan kursi terbang."

"Eh?!" Seketika Isla menoleh ke Rune. Senyum semangat hilang dari wajahnya.

Rune lumpuh. Saat masih kecil dia pernah demam tinggi hingga tubuhnya melemah. Dokter Warner yang menanganinya saat itu memberikan beberapa obat. Suhu tubuhnya mulai normal dan sehat. Hanya satu yang tidak bisa diperbaiki. Kakinya yang tak bisa lagi digerakkan.

Sejak saat itu Rune harus menggunakan kursi terbang. Dia hanya perlu duduk dan kursi itu akan membawa Rune kemanapun sesuai dengan arahan dari Rune. Rune bisa menyetel beberapa program yang ada di kursi tersebut. Awalnya Rune marasa putus asa dengan kondisi tubuhnya. Namun lambat laun dia mulai menerima dan lebih fokus pada cita-citanya.

THE SIGN [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang