Chapter 10 ♥

24 0 0
                                    

"Eileen! Eileen!" Emery mengguncang tubuh Isla. Gadis itu berteriak dalam tidurnya, seperti ketakutan. Sekali lagi Emery mencoba membangunkan Isla hingga akhirnya dia membuka mata. 

Isla bangun dengan mata terbelalak dan napas tercekat.

"Kau mimpi buruk? Aku kebetulan lewat dan mendengarmu berteriak."

Isla tak menjawab. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kau baik-baik saja?" Untuk kesekian kalinya Emery bertanya.

Isla masih tidak menjawab. Dia hanya menggeleng lalu memeluk Emery erat. Tubuhnya berguncang. Isaknya tak terbendung lagi.

Emery membiarkan Isla memeluknya sambil mengusap kepalanya lembut. "Itu hanya mimpi."

"Tapi mimpi itu sangat nyata bagiku." Isla menceritakan semua mimpinya dan itu membuatnya sedikit lega.

"Mungkin kau  lelah kemarin siang. Kau ingin aku menemanimu?" tanya Emery, memastikan.

Isla menggeleng. Emery lalu bangkit meninggalkan Isla setelah memastikan dia tenang dan membiarkannya melanjutkan tidur.

"Kau tadi memanggilku Eileen?" Tanya Isla sebelum Emery keluar kamar.

"Tidak. Mungkin kau salah dengar," jawab Emery tanpa berbalik ke Isla. 

Emery menutup pintu. Dia tidak langsung beranjak dari depan kamar Isla. Perempuan itu berdiam diri sebentar lalu berbisik, "Eileen."

"Sudah merasa lebih baik?" Pertanyaan pertama Emery keesokan paginya saat bertemu Isla. Dia memastikan gadis itu sudah tidak ketakutan lagi.

Si kembar yang kebetulan bersamanya penasaran dengan yang terjadi.

"Semalam aku mimpi buruk," jelas Isla.

Semalam Isla tidak dapat melanjutkan tidur. Dia melakukan meditasi seperti yang diajarkan dokter Warner selama ini. Meski awalnya Isla kesusahan lepas dari terapi dokter Warner, tapi dengan posisinya sekarang yang jauh darinya, membuat Isla harus berusaha sendiri mengatasi ketakutan akan mimpi buruknya.

"Hati-hati, mimpi buruk kadang bisa jadi kenyataan. Atau sebaliknya, kita pernah mengalami hal menyeramkan hingga terbawa mimpi. Semacam trauma. Apa kau pernah mengalaminya?" kata Kayla.

"Entahlah. Mimpi itu begitu nyata seolah aku ada disana menyaksikan semua ..." jelas Isla sebelum kalimatnya dipotong oleh Lyla.

"Kau jangan menakutinya!" Lyla ngomel ke Kayla, lalu menoleh ke Isla. "Jangan dengarkan Kayla! Dia memang usil!" katanya lagi, mencoba menenangkan. "Mimpi hanyalah mimpi."

"Sudah! Jangan pikirkan lagi! Ikutlah bersama mereka! Akan ada panen besar hari ini. Bersenang-senanglah!" saran Emery. Isla mengiyakan lalu mereka berjalan menuju ladang luas.

Daerah Seanon terbagi dalam beberapa area. Setelah melewat gerbang utama akan ada padang rumput dengan rumput tinggi menjulang. Isla yakin kalau dirinya berada di sana, tidak akan terlihat dari samping. Harus dari posisi yang lebih tinggi. Itu pun hanya terlihat kepala saja.

Lalu ada Fuse yang menyambung dengan pemukiman. Dan yang terakhir, ladang luas tempat penduduk Seanon menanam kebutuhan pangan mereka. Meski beberapa diantara mereka juga memiliki kebun sendiri di belakang rumah masing-masing. Seperti milik keluarga igor.

"Perhatikan!" Lyla menunjuk ke atas. "Doom sedang bekerja. Cuaca sengaja dibuat agak berawan. Biar tidak terlalu panas. Kita akan ke ladang dan panen raya." Gadis itu antusias.

Tidak seperti yang dibayangkan Isla. Ternyata yang melakukan panen bukanlah mereka. Melainkan peralatan yang sudah diprogram untuk membantu pertanian. 

THE SIGN [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang