Part 4

84 4 0
                                    

"Sejak?" aku mengulang kata kata rangga.
"......." dia hanya diam, tak menjawab.
"Sejak kapan rangga?" tanyaku tak sabar.
"Sejak .....?"
"Emm..?" tanyaku.
"Sejak 329 tahun lalu, yaitu sejak aku lahir." jelas rangga
Aku terkejut membulatkan mataku dan menganga yg langsung ku tutup dengan tanganku..
"Oh shit, aku membocorkan rahasiaku pada manusia!" bentaknya pada diri sendiri.
"Jadi, kamu...?" aku terdiam tak melanjutkan kataku.
'Jadi dia vampir dan juga hidup a-badi?.. Gak gak, aku pasti sedang mimpi..' aku menggelengkan kepalaku dan menepuk pelan pipiku..
"Iya, aku abadi, dan Kamu tidak sedang bermimpi tiana.!"
"Loh, kok kamu tau apa yang..."
"Aku memang bisa membaca pikiran, itu salah satu kemampuanku.."
Rangga memotong perkataanku.
Aku menganga lebar dan membulatkan mataku.
'Gak ini pasti mimpi, ini pasti gara gara aku menonton film itu, jdi aku memimpikan yang tidak tidak'
'Oh tuhan, bangunkan aku dari mimpi buruk ini' batinku memohon.
"Aaawwwh, sakit tau" rangga mencubit pipiku, hingga merah.
"Bukan mimpikan ?" aku mengangguk dan mengelus pipiku yg memerah akibat di cubit.
"Film apa yg kau bilang itu?" tanya rangga penasaran.
"Emm... Tidak a-ada" jawabku gugup.
"Jangan berbohong" balas rangga dengan seringainya.. Dan dia menatapku tajam. Lalu aku menghela napas berat.
"Baiklah, baiklah, aku menonton film 'twiligh' puas?" jawabku jengkel. Lalu di jawab dengan senyuman.
"Kamu mandi sana, bau tau?.."
Kataku dengan senyuman licikku.
Lalu ia mencium badannya.
"Iya, apakah ada baju disini?" tanyanya dengan tersenyum.
"Iya, ada!" jawabku.
"Oia, baju ini baju siapa ya?" tanyanya lagi,
"Itu baju almarhum ayah aku." ku jawab dengan lesu.
"Kau yakin aku boleh memakainya?" tanyanya lgi dengan ragu.
"Iya!" jawabku dengan senyum khas ku. Lalu kami berdua terdiam tanpa ada yg memulai pembicaraan lagi.

"Kau tinggal sendiri?" tanya rangga memulai pembicaraan.
Lalu aku menoleh melihat mata birunya yang menenangkan.
"Tidak, aku tinggal bersama ibuku.!"
Jawabku dan melihat layar televisi.
"Jadi, dimana ibumu sekarang ?" Tanyanya tak henti henti.
"Ibuku keluar kota, karena ada bisnis, dan ibuku pergi selama 4 minggu!" jawabku panjang lebar.
"Ooh...!"

"Rupanya kau cerewet ya?, aku kira kamu manusia muka datar tanpa ekspresi!" kataku tengan tertawa kecil.
"Makasih udah ngatain aku." balasnya dengan muka jengkel.
"Sama-sama" balasku.
"Yasudah, mandi sana, aku gk tahan dengan baumu yg sudah 2 hari gak mandi" aku menyuruhnya sambil menutup hidung.
"Iya iya,"
Lalu dia pergi keatas untuk mandi.

Setelah beberapa menit kemudian,
"Tiana, kau tidak memberiku baju?" teriak rangga dari Atas tangga, aku langsung melihatnya dan terkejut saat melihatnya telanjang dada, dan cuma menutup bagian punggung sampai lututnya. Mukaku langsung memerah.
"Eh i i-iya, tunggu sebentar" jawabku dengan gugup.
Lalu aku mengambil pakaian ayahku dan ku berikan pada rangga.
Setelah itu aku keluar dari kamarku dan membiarkan rangga memakai bajunya. Gk mungkin kan aku masih dikamar dan menyaksikannya memakai pakaian.

'Aku seperti babunya sekarang' batinku.
~~~~
Aku dan rangga duduk di sofa tamu.
"Kamu tidak pulang?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Em iya, aku boleh pulang sekarang ?"
Tanyanya .
"Ya tentu boleh, emang siapa aku melarang larang kamu?"
Balasku dengan tegas.
"Ternyata kau perhatian juga, aku pikir Kau adalah wanita jutek, yg tak ada belas kasian?"
Tak...
"Aduh sakit" rintih rangga, karna aku menjitaknya.
"Aku tidak seperti itu tau."
Jawabku dengan pipi mengembung.
"Iya iya, maaf.."

Tiana's POV

Itu adalah perbincangan terakhirku dengan rangga, karena ia sudah kembali ke wujud aslinya, yaitu si muka datar. Walaupun kami sudah seperti teman akhir akhir ini, tapi seolah olah kejadian itu tak terjadi.

Aku pergi ketoko buku untuk membeli buku kesukaanku. Setelah selesai aku langsung pulang karena sudah malam dan mulai hujan, di jalanan juga sangat sepi, sewaktu sampai di persimpangan aku melihat seseorang pria sedang menghisap darah seorang wanita seumurku, aku kaget saat dia melihat kearahku dengan mata merah dan mulut yg berlumuran darah. Dia mengejarku.
Aku takut dan langsung berlari sekencang mungkin dan meminta tolong, tapi tidak ada seorangpun yang keluar,
'Ya Tuhan tolong aku, aku mohon,' batiku memohon.
Tiba tiba dia sudah berada di depanku, aku kaget, dan ingin kabur tapi dia mencengkram bahuku dan mulai mengeluarkan taringnya. Dia mendekati leherku aku melawan, tapi percuma cengkramannya sangat kuat, aku pasrah.
'Aku akan mati disini, ma maafin aku' batinku pasrah.
Dan aku merasakan benda tajam menembus kulitku,
"Aaarrghhh" teriakku dan aku merasakan darahku di hisab, lalu pandanganku mulai buram, aku melihat seseorang yg menghantam tubuh vampir itu hingga terseret jauh dari tempatnya berdiri, lalu aku terlepas dari cengkraman vampir itu dan terjatuh yg langsung ditangkap oleh orang yang menolongku, lalu pandangan ku menjadi sangat gelap, dan merasa aku sudah mati sekarang.

Rangga's POV

Aku melihat seorang wanita yg sedang di mangsa oleh seorang vampir haus akan darah, lalu aku melihat wajah wanita itu, dan ternyata itu adalah tiana,
Aku langsung berlari dengan kecepatan vampirku dan menghantam vampir sialan itu dengan kuat, lalu ia terseret jauh dan tiana terlepas dari genggaman vampir itu, dan aku langsung menangkapnya, aku membopongnya dan mengambil buku yg terjatuh dari tangan tiana,
Aku membawanya kerumahnya.
Lalu aku membaringkannya dengan perlahan diatas kasurnya, dia mengerang kesakitan, aku melihat bekas gigitannya, dan mencoban mendudukkannya, aku menyenderkannya diatas dadaku, dan aku menghisap kembali bekas gigitan vampir tadi,
"Aaaaarrrggghhh" rintih tiana,
"Ssssstt, kau aman sekarang, aku akan menghisap sedikit darahmu supaya kau tidak berubah sepertiku" kataku, lalu menghisap lagi darahnya..
Setelah selesai, aku membaringkan tubuh tiana yg tampak lemah dan sangat pucat.
Aku menghilangkan bekas gigitan ku.
Aku melihatnya yg tak nyaman dengan baju itu, lalu aku berniat untuk mengganti pakaiannya dengan baju piyamanya, aku mulai membuka kancing kemejanya satu persatu dan membukanya secara perlahan,
'Oh shit, aku jadi laki laki mesum sekarang'
Aku membuka bajunya, dan badannya cuma tertutup dengan pakaian dalam, aku menelan ludah dengan susah payah,
'Oh my god, perfect body' batinku kagum.
Aku memegang perutnya yg rata.
'Oke,aku jadi mesum sekarang'
Batinku.
Lalu aku memakaikan baju ketubuh mungilnya.
Setelah selesai, aku melihat wajahnya yg terlihat menahan sakit yang luar biasa. Tatapanku jatuh pada bibir merah jambu dan mungil miliknya, aku menyentuhnya perlahan, dan mengecup ringan bibir manisnya.
Dan aku mencium keningnya yg basah dengan keringat dingin.

Tiana's POV

Aku membuka mataku perlahan dan mengerjapkannya beberapa kali mencoba untuk melihat dengan jelas.
Kepalaku masih terasa pusing, dan aku mengingat kejadian semalam, lalu aku menyentuh leherku, dan tak ada luka disana.
Dan aku sadar, aku sudah berada dirumah dengan baju piyamaku,
'Siapa yg membawaku kesini? Dan siapa yg mengganti pakaianku? Apa mama sudah pulang?' batinku bingung dan aku mencoba duduk, aku merasakan nyeri di bagian leherku.
"aawwhh" rintihku kesakitan.
Lalu aku melihat seseorang masuk, aku mengernyit, ternyata rangga.
'Hah,?, apa? Rangga? Sejak kapan dia di rumahku, apa dia yg menolongku?'
Batinku.
"Kau sudah sadar?" tanya rangga.
"Iya, apa mamaku sudah pulang?" tanyaku penasaran.
"Belum" jawabnya singkat.
"Jadi siapa yg mengganti pakaianku...?" tanyaku bingung.
" aku yg mengganti pakaianmu!" jawabnya tanpa ekspresi.
"What?" aku luar biasa terkejut, 'dia yg mengganti pakaianku?' batinku.
"Iya, aku yg menggantinya.!" balasnya membaca pikiranku.
"Do you see me? (Kau melihat tubuhku?) " tanyaku tegas.
"Yes, turns your body is so perfect it? (Ya, ternyata tubuhmu sangat sempurna ya?) "
Jawabnya dengan tersenyum.
"What?, have you done to me? ( kau apakan aku? ) " tanyaku dengan lantang.
"No, i just change your clothes (tidak, aku hanya mengganti pakaianmu )"
Jawabnya dengan santai.
"Basic nasty ( dasar mesum) !" ejekku.
"I dont care" jawabnya datar.

Lalu aku mencoba berjalan menuju ke toilet, tiba tiba leherku terasa sangat sakit dan aku merintih kesakitan lalu aku terduduk dengan memegang leherku yg sangat sakit.
Lalu rangga memegang bahuku.
"Kau tidak apa apa?" tanya rangga khawatir.
" sakit sekali" jawabku dengan menangis.
"Hei, jangan menangis?" rangga mencoba menghiburku.
"Tapi ini sakit sekali rangga" keluhku.
Rangga membantuku berdiri. Dan dia menyuruhku duduk di pinggir kasur,sementara dia mengambil kursi dan duduk,
"Duduk disini" rangga menyuruh tiana duduk di pangkuannya.
"Untuk apa?" tanya ku heran,
"Kau mau cepat sembuh kan?" tawar rangga dan aku langsung menurutinya.
"Ini akan sedikit sakit" kata rangga.
"Kamu mau.... Aaaarrrggghhhh" rintihku saat rangga menancapkan taringnya di leherku yg terasa sakit, aku mencengkram kemeja rangga.
Semakin lama cengkramanku semakin melemah, dan ak menyenderkan tubuhku di dada bidang milik rangga.
Lalu rangga selesai menghisap darahku, aku memburu napasku, rangga mengelap bekas darahku di mulutnya.
Aku seakan tak bertenaga lagi .
Rangga mengangkatku dan membaringkanku di atas kasurku.
Mataku terasa sangat berat dan aku tak merasakan apa-apa lagi.

-------------------------------------------------------------

Terimakasih udah baca sampai sejauh ini,
Maaf ceritanya sedikit mesum, hehe, semoga kalian suka.
Tolong di commet dan di vote ya.
Maaf part 5 aku pisah, kalin bisa nyari lanjutannya di 'my destiny part 5' trimakasih.

My Destiny (Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang