Part 5

90 4 0
                                    

Tiana's POV

Aku membuka mataku perlahan, aku melihat rangga yg tertidur di atas sofa. Aku mencoba untuk duduk, tapi rasanya aku tidak mempunyai tenaga sedikitpun.
Aku merasakan nyeri di bagian leherku, dan aku mengingat semua yg dilakukan rangga padaku, dia menghisap darahku.
'Kenapa aku selemah ini ?, aku merasa sangat pusing dan tak bertenaga!'
Batinku,
Aku menangis, rasanya aku tidak berguna lagi, dan rangga berani beraninya menghisap darahku.

Rangga's POV

Aku terbangun dari tidurku, dan melihat tiana sudah sadar, dan aku mendekatinya.
Sewaktu aku mendekatinya, aku melihat dia sedang terisak.
"Hei, kau kenapa ?" aku mencoba menghiburnya, dan membantunya duduk.
"Jangan sentuh aku!" bentaknya tak jelas.
"Kau ini kenapa sih ?" tanyaku bingung.
Dia masih menangis terisak sambil memegang lehernya.
"Masih sakit?" tanyaku khawatir.
"Tidak usah sok perhatian, ini semua karna kau!" bentaknya lagi sambil terisak.
Aku semakin bingung dengan apa yg di katakan, aku mengernyitkan alisku.
"Kau menghisap darahku, aku benci denganmu, pergi kamu dari sini?" bentaknya dan mengusirku.
Aku terpaku, dan tertawa..
"Hahahahaha, apa apaan kau ini?, siapa yg menghisap darahmu?" tanyaku dengan tertawa terbahak.
Dia terdiam dan melihatku tajam.
Aku langsung diam.
"Hei, dengarkan aku dulu, aku...."
"Kamu menghisap darahku karena kamu hauskan?" potongnya dengan menangis.
"Aku tidak..."
"Kau jahat rangga, kau jahaaat...!"
Potongnya lagi, kini dia menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Aku menariknya kedalam pelukanku,
"Lepaskan aku, lepaskan aku rangga..!" Dia terus memberontak, tapi aku makin mempererat pelukanku, akhirnya dia tak memberontak lagi dan menangis dengan terisak.
"Dengarkan aku dulu!" kataku dan tak ada jawaban.
"Aku tidak menghisap darahmu, aku hanya menghisap racun yg di keluarkan oleh vampir yg menghisap darahmu waktu itu. Supaya kau tidak berubah seperti kami, kau mengertikan ?, kau percayakan? "
Sambungku panjang lebar.
Dia tidak menjawab dan masih terisak di dalam pelukanku.
"Sssstt, jangan menangis lagi, aku janji tidak akan pernah menghisap darahmu" aku mencoba menghiburnya.
Tiba tiba dia membalas pelukanku.
Dan mempereratnya.
Akhirnya dia berhenti menangis.

Aku melepaskan pelukanku, dia menundukkan wajahnya. Aku menarik dagunya supaya dia melihat kearahku.
"Apa masih sakit?" tanyaku.
"Tidak terlalu" jawabnya dan melepaskan tanganku pada dagunya.
"Sebaiknya kamu pulang sekarang, aku sudah tidak apa apa!" balasnya lagi.
"Kamu yakin?" tanyaku meyakinkannya.
Dia hanya mengangguk. Aku melihatnya dan dia tidak melihatku.
"Aku pulang, kau hati hati dirumah" ucapku dan langsung pergi.

Tiana's POV

Aku menyuruhnya pulang, dan dia pamit padaku, aku melihat punggungnya yang menghilang di balik pintu kamarku.

Aku beranjak dari kasurku dan langsung mandi.
Setelah mandi aku sarapan seperti biasa.
Aku menelpon tukang servis mobil, untuk membuat mobilku yang mogok.

Malampun tiba, aku masuk kekamar untuk belajar pelajaran besok.
Setelah belajar aku mulai tidur dan mematikan lampu kamarku membiarkan lampu malam hidup.

~~~

Keesokan paginya,
Aku siap untuk pergi ke sekolah, mobil aku juga udah selesai.
Sesampainya di sekolah, aku langsung masuk kelas.

'Gak seru kalau tidak ada riena, biasanya dia kekelasku, sekarang dia ada di luar negri untuk beberapa bulan' batinku
Riena pergi keluar negeri karena papanya ada tugas di sana.

Bel pun berbunyi, siswa masuk berbondong bondong.
Aku tidak melihat rangga.
'Kemana dia?' batinku.
"Kau mencariku?" tanya rangga tiba tiba dan membuatku terkejut.
"Eh, emm ti tidak kok! Siapa coba yang nyari kamu!" jawabku ketus.
"Emm." jawabnya dengan gumaman.

Pelajaranpun dimulai dengan lancar, dan tak terasa sudah bel istirahat.
Siswa siswi berbondong bondong keluar dari kelasnya menuju ke kantin.
Seperti biasa, aku hanya dikelas. Membaca buku pelajara.
"Kau tidak ke kantin?" tanya rangga.
"Tidak!" jawabku ketus.
Aku melihat rangga yg sedari tadi menggangguku, aku menghela napas berat 'sejak kapan dia jadi pengganggu?' batinku.
"Aku juga tidak tahu, aku seperti ini karena melihat kamu!"
Jawabnya membaca pikiranku.
"Bisa gak, tidak usah membaca pikiranku hah?" jawabku.
"Tidak!" jawabnya singkat.
Aku langsung berdiri dan ninggalin dia di kelas.

Aku pergi ke kantin, dan duduk paling pojok.
Aku melanjutkan mambacaku.
Lalu tak lama kemudian. Terdengar suara bel yg menandakan pelajaran kedua akan dimulai.

Aku langsung pergi ke kelas.
Pelajaranpun dimulai!
'Aku mulai males duduk disampingnya!' batinku
"Mau gimana lagi?" jawab rangga membaca pikiranku.
Aku menahan amarahku.

Pelajaran pun selesai.
Aku membereskan buku bukuku dan langsung pergi.

Sewaktu aku sampai di tempat parkir, aku merasakan ada tangan yg menarikku, ternyata itu rangga.
"Rangga?"
"Sini kuncinya?" minta rangga
"Untuk apa?" tanyaku bingung.
"Udah siniin aja!" pintanya lagi.
Aku memberikannya dengan ragu.
"Masuk!" kata rangga padaku.
Aku langsung menurut.

Rangga menyetir dalam diam.
"Kita mau kemana? Ini kan bukan jalan kerumahku?" tanyaku dan tidak dijawab.

Kami sampai di suatu tempat yg tak pernah aku kunjungi.
Aku turun dan melihat pemandangan yg sangat indah.
"Kita dimana? Ini sangat menakjubkan," kataku kagum.
"Aku mau nunjukin sesuatu" balasnya serius.
"Nunjukin apa ?" kataku bingung.
Dia menunjukkan kemampuan yg dimilikinya, aku terkejut saat melihatnya memecahkan batu yang sangat besar.
Tetapi tangannya tidak mengeluarkan darah sedikitpun.

Setelah itu, rangga mengantarku pulang.

Sampai dirumah, rangga langsung pulang.
Setelah rangga pulang, aku langsung masuk kamar dan membersihkan diri.

Setelah selesai, aku mengambil laptopku dan membuka akun facebookku, tpi tidak ada yg dapat menarik perhatianku.
Aku mengambil handphone dan menghubungi riena, tapi tidak tersambung.
'Oh my god, aku seperti didalam penjara sekarang, aku bosan dirumah, apa aku jalan jalan aja ya?' batinku.

Aku langsung menuju ke garasi untuk menyalakan mobil dan langsung pergi. Aku mengunjungi cafe, Dan memesan teh hangat. Aku berada di cafe ini kira kira 2 jam,
Lalu aku pulang.
Aku menyetir dalam kebosananku, dan tiba-tiba

Bruk...

Aku langsung berhenti dan langsung turun..
"Apa yg aku tabrak tadi?" tanyaku heran,
'Perasaan tadi aku menabrak sesuatu, ah lupain aja, toh aku tidak menemukan siapa siapa' batinku.
Baru beberapa langkah aku berjalan, ada yg menarikku, aku berhenti dan terkejut saat melihat seseorang yg menghisap darahku waktu itu tengah tersenyum.
"Kita bertemu lagi gadis kecil" katanya dengam seringainya.
"A-a-apa yg k-kau inginkan?"
Tanyaku terbata,
"Aku hanya ingin darahmu, bolehkah aku meminumnya sedikit?" tanyanya dengan senyum liciknya.
Aku menelan ludahku dengan susah payah.
'Ya ampun, apa tidak ada orang disini?, siapa saja tolong aku!' batinku.
Jalanan itu sangat sepi, di samping jalanan tidak ada rumah penduduk, hanya ada hutan yg lebat dan mengerikan.
Dia mendekatiku, aku mundur sampai menabrak sebuah pohon, dia semakin mendekat dan dia memegang pundakku dan mencengkram pundakku sangat kuat.
Dia mengeluarkan taringnya dan matanya yg tdi hitam menjadi semerah darah.
Dia mendekati leherku.
Taringnya menancap di leherku.
"Ranggaaaaaaaa" jeritku.
'Kenapa aku memanggil namanya' batinku.
Dan tiba tiba semua menjadi gelap dan aku tak sadarkan diri.

Rangga's POV

Aku mancari hewan yg bisa ku mangsa, sudah 3 hewan yg ku mangsa, aku sudah kenyang sekarang.

"Ranggaaaaaa" teriak seseorang.
Aku mendengar seseorang memanggilku,
"Itu seperti suara.....!" aku terkejut dan langsung berlari sekuat tenaga.
Lalu aku menemukan tiana sedang di mangsa dan yang mangsa lelaki waktu itu.
Aku berlari menghampirinya. Dan meninjunya di bagian perut. Dia terlempar dan menghantam pohon yg besar, aku mendengar suara tulangnya yg patah akibat pukulanku.
Aku mendekatinya.
"Sekali lagi kau menyentuh gadis ini, ku pastikan kau tidak bernyawa lagi"
Ancamku.
Dia langsung lari dengan tulang punggungnya yg patah.
Aku melihat tiana yg tergeletak di jalan,
"Tiana? Bangun?" aku khawatir dan langsung mengangkatnya dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Aku membawanya pulang.
Setelah sampai, aku mengambil kunci rumahnya di saku celana tiana, aku membuka pintu rumahnya, dan aku pargi ke mobilnya untuk mengangkat tiana dan langsung ku bawa masuk kekamarnya dan membaringkannya di atas tempat tidurnya.

Aku langsung mengganti pakaiannya dengan baju piyamanya.
Setelah itu aku menghisap racunnya sampai habis.
Aku melihatnya sudah sangat pucat karena kekurangan darah.
Hari sudah malam.
Seperti biasa, aku tidur di sofa kamarnya dan menunggunya hingga sadar.

-------------------------------------------------------------

Maaf ya sedikit diulang kata-katanya.
Tolong di vote dan di coment ya.
Terimakasih udah baca ceritaku sampai sejauh ini. ☺☺☺☺

My Destiny (Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang