Part 3

61 5 0
                                    

Tiana's POV

Setelah aku mengganti pakaianku, aku ke dapur untuk membereskan barang barang belanjaanku, aku meletakkannya satu persatu di tempat yg disediakan mama biasanya.

Malam menunjukkan pukul 22:45 WIB

aku berjalan menuju kekamarku dan melihat rangga masih belum sadarkan diri, aku menghampirinya dan mengompresnya lagi. Aku memegang lehernya yg masih panas.
'Knpa panasnya belum turun' batinku.

Aku khawatir dengannya, dan aku tidak bisa tidur karenanya. Aku berjalan mondar mandir di samping kasur yg terdapat rangga yg masih terbaring lemah..
Setelah waktu menunjukkan sudah larut malam, aku pun merasa kantuk saat duduk di kursi dekat kasur yg sengaja aku letakkan di situ biar aku bisa leluasa mengompres rangga,
Dan tanpa kusadari aku tidur di pinggir kasur sambil terduduk.

Rangga's POV

Aku bencoba membuka mataku dan membelak-belakkan mataku beberapa kali supaya aku dapat melihat jelas,
Aku melihat kesamping terdapat wanita yg tengah tertidur sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya. Aku memindahkan rambut yg menghalangi muka mungilnya itu dengan hati hati, aku tersentak kaget saat melihat wajah yg aku kenal.
'Tiana ?, knpa aku disini? Apa dia yg membawaku kesini?' batinku.
Aku mencoba bangun tpi seluruh badanku terasa tak bertenaga.
'Aku merasa haus, bagaimana ini?' batinku bingung.
Aku gelisah diatas tempat tidur yg aku sendiri tidak tau tempat tidur siapa, yg pasti ini bukan kamarku.

Lalu pandanganku jatuh pada tiana yg sedang tertidur, 'gak. Aku gk boleh minum darahnya, nanti aku bisa ketahuan?...' batinku lagi.
Aku mencoba menahan dahagaku yg luar biasa.
Mataku mulai memerah dan taringku mulai keluar.
Aku menahannya terus, tanpa aku sadari Tiana sudah berdiri ketakutan dan menjauhiku,

Tiana's POV

Aku merasa kasur bergoyang sangat kencang dan aku terbangun.
Aku terkejut saat melihat rangga yg berubah seperti vampir, aku langsung berdiri dan mundur beberapa langkah dengan sangat bergetar. Aku mencoba menenangkan diriku dan mencoba mendekati tubuh rangga secara perlahan.
"Rangga..? Apa kau baik....baik sa-ja ?" tanyaku dengan terbata bata.
" tenangkan dirimu rangga" aku mencoba menenangkan rangga.
Aku menyentuh tangannya untuk menenangkannya, dan langsung ditepis olehnya.
Lalu aku melihatnya sudah agak tenang, matanya yg tadinya merah darah berubah menjadi biru laut yg menenangkan. Dan taringnya mulai tak terlihat lg.
Aku mendekatinya dan duduk di kursi yg aku duduki tadi.
"Apa kau takut melihatku ?"
Tanya rangga tanpa melihatku.
"Eh.... Em.. A-aku tidak ta-takut" jawabku dengan terbata.
" apa kau tau aku itu sebenarnya apa ? " tanyanya lagi dan sekarang dia melihat kearahku.
Aku mengangguk ragu.
Lalu rangga mencoba duduk dan menopang tubuhnya di kepala kasurku.
"Apa kau tidak takut melihatku seperti itu? Dan apa kau takut aku menghisap habis darahmu ?"
Tanya rangga yg membuatku ngeri melihatnya. Aku terdiam tak menjawab.

"Apa kau sudah mendingan ?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Em! Hanya sedikit pusing" balasnya dengan memegang kepalanya.
"Mau aku ambilkan air hangat ?" tawarku dan di jawab dengan anggukan.
Aku langsung keluar dan mengambil segelas air hangat.

Rangga's POV

Aku melihat punggung mungilnya yg pergi mengambil air untukku.
Baru kali ini aku tertarik pada wanita apalagi wanita manusia,
'Apa dia tidak takut padaku?' pikirku.
Aku melihat pintu dibuka dan muncullah tiana dengan membawa air hangat.
Dia berjalan kearahku dan memberikan gelas berisi air hangat padaku, dia juga membantuku untuk minum.
Waktu masih menunjukkan larut malam ..
Dan aku di bantu tiana untuk membaringkan tubuhku di kasur.
" kamu tidur dimana ?" tanyaku pada tiana,
" aku tidur disofa, kamu istirahatlah," balasnya dan tersenyum.
Aku mengucapkan terimakasih padanya.
Dan akupun terlelap.

Author's POV

Tiana mulai berjalan menuju sofa dan membaringkan tubuhnya ke sofa.
Sebelum tidur ia melihat wajah tampan milik rangga yg sedang tertidur.
'Sejak kapan aku tertarik pada pria?,
Apalagi pria yg baru saja aku kenal?'
Batin tiana dan langsung terlelap.
-------------------------------------------------------------
Author's POV

Tiana terbangun dari tidurnya dan melihat rangga masih terlelap.

Tiana tidak kesekolah hari ini, dan dia sudah meminta izin pada guru lwat handphonenya.
Tiana langsung kekamar mandi dan langsung mandi.

Setelah selesai semua, Tiana kedapur untuk sarapan pagi..
Lalu tiana memasak bubur untuk rangga. Setelah selesai, tiana mengambil nampan dan meletakkan semangkok bubur, segelas air, dan obat penurun demam.
Dan langsung di bawa ke kamarnya.

Tiana's POV

Aku membuka pintu dengan sikuku. Dan masuk sambil membawa nampan.
"Kamu sudah bangun ?"
Tanyaku pada rangga yg di jawab dengan anggukan.
"Kamu tidak ke sekolah ?" tanya rangga padaku.
"Tidak, aku bertanggung jawab disini, tidak mungkin aku ninggalin orang yg sedang sakit dirumahku sendirian, lagi pula aku sudah meminta izin kok." jawabku dengan panjang lebar.
Dan di jawab dengan senyum tulus dari rangga yg baru pertama kali aku lihat.
Aku pun tersenyum.
"Ini aku bawain bubur untuk kamu" tawarku pada rangga.
Lalu aku meletakkan nampan diatas meja dekat kasur dan membantunya duduk.
"Terimakasih" kata rangga dan ku jawab dengan anggukan,
Lalu aku menyentuh kening rangga,
'Masih panas' batinku.
"Apakah sepanas itu ?" tanyanya.
"Loh, kok kamu tau apa yang.. Ah lupain aja" kataku dengan gantung, lalu rangga terkekeh kecil.
"Aku suapin ya?" tawarku dengan malu malu.
Dan dijawab dengan anggukan ragu oleh rangga.
Aku menyuapinya hingga habis dan membantunya minum obat supaya cepat sembuh,
Setelah selesai aku membereskan mangkok bekas tadi dan membereskannya di dapur.
Lalu aku menuju ruang tv dan menyalakan tv, mencari siaran siaran bagus, dan tidak ada yg bagus. Lalu aku mendecih dan melihat seseorang tengah memperhatikanku dari samping. Dia emang rangga.
" kamu knpa keluar?" tanyaku pada rangga, dan aku menyuruhnya duduk di sofa.
"Aku bosan di kamarmu terus tanpa berbuat apa apa!"jawabnya.
"Oh em." gumamku tak jelas.

Aku langsung berpaling melihat layar televisi kembali.
Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara televisi yg menyala.

"Terimakasih buat semuanya" kata rangga tanpa melihat kearahku.
Aku melihat kearahnya dan mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu udah baikan?" tanyaku pada rangga.
" iya lumayan." jawabnya dengan nada lemah.
"Emm.... A-aku boleh tanya sesuatu?"
Tanyaku gugup.
"Em?" gumamnya.
"A-apa k-kamu..." belum selesai aku tanya sudah dipotong oleh rangga.
" iya, aku memang keturunan vampir..! Kamu takut denganku ?" tanya rangga
"Aku tidak takut, cuma aku baru kli ini melihat vampir, bukannya vampir itu tidak ada ya ?" cerocosku panjang lebar.
"Aku tidak tahu vampir itu dari mana asalnya, yang aku tahu, aku dan keluargaku sudah menjadi vampir sejak.." jelas rangga terpotong.
"Sejak..?" tanyaku lagi.
-------------------------------------------------------------

Terimakasih sudah membaca ceritaku sejauh ini,
Jangan lupa di vote dan commentnya kalau kurang bagu.
Sekali lagi terimakasih...

My Destiny (Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang