Prolog

155 30 1
                                    

"Apa yang telah kau lakukan?"

Anak itu menggeleng kuat. "B-bukan ... Bukan aku Bun!"

"Lalu siapa?"

Anak itu menggigit bibirnya gugup. Dia tak bisa memberitahukan kebenaran kepada Bunda nya, sebab Bunda nya tak akan percaya. Setelah berfikir cukup lama, dia pun menggeleng pelan.

Sang Bunda menatap tajam anak nya, lalu menghembuskan nafas kasar. "Kamu Bunda hukum! Masuk kamarmu! Jangan keluar sampai Bunda suruh!"

Anak itu ingin membantah, tapi saat melihat tatapan Sang Bunda dia mengurungkan niatnya. Mengangguk pelan, lalu berjalan dengan lesu ke kamarnya.

Sang Bunda menghela nafas lelah saat melihat anaknya berjalan menuju kamarnya, kedua bola matanya menatap hewan peliharaan yang sudah tak bernyawa. Keningnya mengernyit jijik saat melihat Anak Anjing itu, kepala yang sudah terlepas dari posisinya dan kedua mata keluar dari tempatnya, jangan lupakan organ dalam yang berceceran entah kemana-mana.

Padahal yang meminta di belikan Anak Anjing itu adalah anak nya, kenapa malah di bunuh?

Menghela nafas sekali lagi, dia akan menyuruh orang untuk membersihkan kekacauan ini.

"Bunda?"

Kedua bola matanya menatap anak Bungsu nya, lalu tersenyum tipis.

Dia memiliki dua anak, kembar. Yang satu Tampan dan yang satu Cantik.

Jangan Percaya! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang