Chapter 2 - Ada Orang Ketiga!

978 144 12
                                    

Dua minggu keluar dari Pulau Bontosua karena harus memberikan pelatihan kepada beberapa kelompok nelayan di Lampung, membuat Kei sangat kangen akan panorama bawah laut. Begitu sampai di pondok, dia langsung berganti pakaian dan bersiap untuk menyelam.

Empat tahun yang lalu, Kei bersama dua sahabatnya mendirikan LSM Sahabat Samudra yang bergerak di bidang konservasi biota laut. Proyek pertama mereka di Lombok lumayan sukses yang membuat mereka mendapat penawaran kerjasama dari Seahorse, sebuah LSM internasional untuk pendampingan pada proyek penanaman karang di Pulau Bontosua.

Hampir tiga tahun Kei menetap di pulau ini. Mereka juga menjalankan program sendiri yang mencakup pembinaan nelayan di beberapa pulau dalam jajaran Kepulauan Spermonde. Pekerjaan yang sangat menyenangkan, menyalurkan hobi, berbagi ilmu serta mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi tempat-tempat baru.

Selain itu, Kei juga berprofesi sebagai freelance trainer untuk pemberdayaan nelayan. Dia sering diundang memberikan pelatihan oleh pemerintah, perusahaan swasta dan LSM. Sebuah pendapatan tambahan untuk LSM mereka yang masih merangkak menuju kepada kestabilan pendanaan untuk proyek selanjutnya. Mereka memang mempunyai donor setia tetapi mereka tetap harus mandiri untuk mewujudkan banyak mimpi.

Yudi menatap Kei yang baru turun dari diving boat. Wajahnya tampak lebih berseri-seri dibanding saat baru tiba tadi.

"Apaan?" tanya Kei langsung ke tujuan. Kalau Yudi sudah mau menunggunya di pinggir pantai, itu artinya dia memerlukan bantuan.

Yudi hanya tersenyum lebar sambil memberikan sebotol air mineral. "Minggu depan kita ke Jakarta ya?"

"Pergi lagi?"

"Ke Bhadrika. Kita akan menawarkan proposal untuk pendanaan tahun depan. Aku sangat membutuhkan kamu saat presentasi nanti."

"Biasanya kamu bisa sendiri." Kei tidak pernah terlibat dengan donor. Dia adalah orang lapangan sejati.

"Kali ini aku, sedikit tidak percaya diri."

Kejujurannya membuat Kei melongo. Sejak kapan Yudi mengalami krisis kepercayaan diri?

"Pak Ketua, anda sangat menarik saat jujur mengakui kelemahan. Jangan sering-sering seperti ini, aku bisa pingsan." Kei tertawa keras sambil melangkah masuk ke perkarangan pondok yang didesain seperti bungalo, meninggalkan Yudi yang agak-agak sebal.

***

Aroma yang begitu harum langsung menyambut Kei saat masuk ke dapur. Dia melihat Melanie sedang membolak-balikkan sesuatu di atas grill pan. Hm, rupanya lobster, pantas saja aromanya kemana-mana.

"Kangen!" Kei memeluk Melan dari belakang.

"Yang bener? Kalau kangen, kenapa begitu nyampe langsung nyebur? Seharusnya lu peluk and cium-cium gue dulu." Keduanya tertawa.

"Sori. Makan enak kita malam ini?"

"Ini lobster kiriman dari Pak Dahlan. Katanya dia rindu udah lama banget kagak ketemu Miss Kekei."

Kei terbahak. Pak Dahlan adalah salah satu nelayan binaan mereka. Beliau tinggal di pulau berbeda dan memerlukan sekitar tiga puluh menit untuk bisa sampai ke sini. Hal-hal seperti ini yang sering kali membuatnya tak pernah lelah dalam berbagi ilmu.

Begitu malam menjelang, ruang makan langsung ramai. Selain Kei, Melan dan Yudi, ada lima staf lainnya yang tinggal di pondok. Kebersamaan yang sudah berjalan hampir empat tahun, membuat hubungan mereka sangat dekat.

"Kak, Mas Panji tanyai kakak terus tuh..." Semua tertawa. Panji adalah perwakilan dari Seahorse.

"Kemarin dia juga memprotes aku karena mengizinkan kamu mengambil pekerjaan sampingan begitu lama."

To Win Your Heart (Ebook di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang