Chapter 6 - Kamu Memang Tidak Mengenali Aku?

791 66 7
                                    

Kei kembali masuk ke gedung Bhadrika, kali ini dengan kepercayaan diri yang menurun drastis. Banyak sekali pertanyaan berseliweran di benak. Apakah Grandma adalah person in charge untuk LSM mereka? Karena kepergian Beliau kah, makanya terjadi pergantian dengan orang baru? Lantas apakah Reza adalah person in charge yang baru itu? Apa Reza sengaja mempersulit mereka karena dia adalah bagian dari Sahabat Samudra?

Pintu lift terbuka, Kei langsung melihat sebuah ukiran besar di dinding bertuliskan Strategic Planning & Business Development. Seorang resepsionis tersenyum ramah mengiringi langkahnya yang mendekat.

"Selamat malam, Mbak. Maaf, mau bertemu dengan siapa ya?"

Kei tersenyum mendapatkan keramahan yang kontras dengan orang-orang yang dihadapinya di ruang rapat tadi. "Aku Keiora Agniasari. Sudah mempunyai janji temu dengan Pak Reza di ruang direktur."

"Langsung masuk saja ke ruang paling ujung, ada tulisannya Ruang Direktur. Nanti Mbak tunggu sebentar, mungkin Pak Reza sedang salat."

"Terima kasih."

Kei melihat ke sekeliling, ruangan yang sangat luas dengan meja kerja berbentuk kluster. Masih banyak karyawan yang hilir mudik dan berdiskusi. Dia menjumpai wajah-wajah yang sangat ramah kepada orang asing.

Ruang direktur berbatas dinding kaca. Kei bisa melihat ke bagian dalam dengan sangat jelas dan tidak tampak seorang pun di sana. Resepsionis tadi menyuruhnya untuk langsung masuk saja, kan? Itu artinya Reza yang memerintahkan.

Papan nama meja bertuliskan Reza Embara, itulah yang pertama sekali menjadi fokusnya. Akhirnya sebentar lagi, mereka bisa berjumpa walaupun dengan tujuan untuk berpisah.

Suara pintu yang terbuka, membuat Kei segera berbalik. Ada tiga pria yang tadi juga hadir di ruang rapat. Kei merasa agak berdebar dan mencoba menebak. Tatapannya terfokus kepada pria yang berdiri di tengah. Pria yang tadi menatapnya dengan arogan dan tidak pernah tersenyum. Apakah dia Reza?

"Mbak Keiora yang tadi, kan?" tanya pria yang berdiri di sebelah kiri yang tadi sempat menggoda.

Kei langsung mengangguk, dia tidak mungkin Reza. Tebakannya sepertinya benar, pria ramah itu menatap ke pria yang berdiri di tengah seolah meminta penjelasan arti keberadaannya di ruang ini.

"Kalian keluar dulu, nanti kita diskusi lagi." Keduanya langsung keluar dengan penuh tanda tanya. "Duduk, Keiora," ucap Reza setelah bawahannya keluar. Dia mengambil remote untuk mengatur keburaman kaca dinding sehingga menghalangi pandangan ke dalam ruangan.

Kei menahan senyum sambil menatap Reza yang melangkah menuju kursi kerja. Kali ini debaran dadanya sudah berangsur normal. Mama benar, sosok Reza memang mirip dengan mantan pacar-pacarnya. Mempunyai dada bidang, postur tubuh ideal, lebih tinggi darinya, memiliki struktur wajah yang tajam dan tegas serta berkulit bersih.

Keduanya saling menatap dalam diam. Suasana terasa canggung sekali, Kei juga tidak tahu harus memulai berbicara apa. Bukankah ini cara perkenalan yang agak aneh? Seharusnya mereka saling menjabat tangan sambil memperkenalkan diri. Dulu mereka juga belum sempat berkenalan secara resmi.

"Kamu memang tidak mengenali aku?" Akhirnya Reza bertanya juga, Kei langsung mengangguk.

Di ruang rapat tadi, jelas sekali Keiora tidak mengenalinya dan itu rasanya sesuatu yang tidak mungkin. Dia berpikir mungkin Keiora hanya berpura-pura bersikap seolah tidak mengenal. Wajah di depannya tampak sangat jujur dan seperti tidak terpengaruh dengan perkataan kasar saat dia menelepon.

"Aku juga ingin menanyakan hal yang sama."

"Aku baru tahu kalau kamu akan datang kemari setelah membaca ini." Reza menunjuk ke lembaran biodata dengan fotonya. "Aku juga tidak mengenal kamu tapi aku masih mengingat nama lengkap kamu." Reza merasa kemarahan kepada Keiora, berkurang banyak. Mengapa dia bisa tidak seemosi saat berbicara di telepon?

To Win Your Heart (Ebook di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang