Chapter 3 - Kenapa Kamu Harus Mempersulit?

750 133 8
                                    

Ada lima panggilan tidak terjawab dari nomor yang sama, apalagi kalau bukan ada hal yang sangat penting. Kei mengambil handuk tebal yang diberikan Panji, angin bertiup cukup kencang dengan langit yang menggelap.

"Kei, pindah ke dalam."

Kei mengangguk dan langsung bangkit. Kapal milik Seahorse ini berukuran besar dengan panjang empat belas meter dan bisa menampung dua puluh orang. Kapal yang didesain dengan sangat efisien, mempunyai anjungan yang lumayan lebar dengan satu ruang beratap selain dua ruang terbuka di bagian depan dan belakang. Sangat berbeda jauh dengan kapal milik mereka yang hanya diving boat sederhana.

Secangkir teh hangat disodorkan kepadanya, Kei tersenyum dan langsung menghirup sampai habis. Dia memang kedinginan, mereka menyelam cukup lama dan begitu naik ke kapal, angin kencang langsung menyambut.

"Besok teman-temanku datang, mau ikut menyelam?"

"Aku harus menyiapkan banyak bahan untuk pelatihan KKP."

Panji mengangguk. Kei selalu akan sangat serius bila itu menyangkut pekerjaan.

"Tapi aku pasti akan datang untuk makan malam." Keduanya tertawa.

Kalau membahas tentang Panji dan teman-temannya, maka kita akan membahas kemewahan. Panji adalah putra seorang konglomerat pemilik salah satu hotel mewah di Bali. Untuknya pekerjaan ini hanyalah sebagai penyaluran hobi saja, tetapi jangan pernah meragukan kemanpuannya. Dia secara tidak langsung sudah menjadi mentor mereka.

Sosok yang sangat sederhana dengan tutur kata sopan dan menghargai siapa pun. Kalau saja dia tidak mengenakan pakaian dan segala sesuatu yang berbau branded, mungkin tidak ada yang pernah bisa mengetahui siapa dia sebenarnya. Orang tuanya pernah berkunjung dengan kapal pesiar mewah dan mengundang mereka untuk makan malam di atas kapal yang dimasak oleh seorang chef profesional. Luar biasa!

***

Begitu sampai di pondok dan membersihkan diri, Kei beristirahat sejenak sambil duduk di teras kamar dengan pemandangan ke laut lepas. Cuaca cepat berubah-ubah, langit kembali biru dengan suhu hangat.

Kei kembali memeriksa telepon, lima kali panggilan tidak terjawab dari nomor tidak dikenal, lumayan mengusik. Dia akan menelepon balik untuk memuaskan rasa penasaran.

"Selamat siang. Maaf, tadi pagi ada menelepon ke nomor ini? Saya Keiora," selidiknya langsung. Jeda sekian detik, hanya terdengar suara tarikan napas. "Halo?"

"Aku Reza, tunggu sebentar." Reza yang sedang makan siang dengan rekan bisnis, langsung bangkit dan mencari tempat yang agak sepi.

"Apa aku mengganggu? Atau hubungi aku saat kamu tidak sibuk."

"It's okay, kita bicara sekarang saja!"

Kei terdiam mendengar nada tegasnya. Mengapa dia merasakan sedikit berdebar-debar?

"Aku ingin memutuskan pertunangan. Aku harap itu tidak masalah untuk kamu."

Walaupun sudah mempunyai firasat bahwa Reza meminta nomornya untuk itu, tapi Kei tetap saja tidak tahu harus menjawab apa. "Apa tidak sebaiknya kita bertemu dulu?"

"Tidak perlu! Aku sudah memutuskan sejak lama."

Bukankah itu terdengar sangat egois? "Keputusan kamu sepihak, ini tidak adil untukku. Aku sudah berkorban banyak demi menjaga pertunangan ini. Setidaknya, beri aku kesempatan untuk bertemu kamu dan kita bicarakan baik-baik. Pertunangan kita dilakukan secara resmi, tidak pantas diputuskan melalui telepon."

"Keputusanku sudah final! Kamu setuju atau tidak, bukan lagi urusanku."

Kei merasa sangat tidak dihargai. "Oke, baik! Aku hanya akan menganggap pertunangan ini putus kalau keluarga kamu membatalkan ke keluargaku."

To Win Your Heart (Ebook di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang