Pacify Him ❲ 1.1 ❳

217 40 9
                                    

Chaehyun melangkah dengan perlahan. Satu demi satu anak tangga menuju garden rooftop sekolah ia pijaki. Sejenak langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu bercat biru pudar, namun beberapa detik setelahnya Chaehyun membuka pintu itu. Di sisi ujung pembatas rooftop punggung tegap dan lebar menyapanya telak.

"Ck, kau tau bukan aku tidak suka membuang-buang waktu."

Ya, benar. Itu kekasihnya, Jay. Pria itu berucap bahkan tanpa berniat untuk membalikkan tubuh, helaan nafas pendek juga menyusul setelahnya.

"Maaf, tadi ada yang harus aku kerjakan sebelum menemui mu."

Chaehyun menjawab pertanyaan kekasihnya dengan senyuman simpul, kemudian dia kembali melangkahkan kaki ke arah pria yang 7 bulan belakangan ini menjalin kasih dengannya.

"Sebaiknya kita akhiri saja hubungan yang tidak berguna ini. Ternyata kau pandai berakting. Jadi sikap manis mu selama ini juga termasuk salah satu tipu daya? Cih, hampir saja aku termakan umpan mu."

Jay menaikkan salah satu alisnya, mengucapkan tudingannya dengan sedikit nada mengejek. Sebenarnya tidak sedikit, menurut Chaehyun itu sangat kentara sekali.

"Aku... hanya mengikuti permainan yang kau dan teman-teman mu buat. Dan aku cukup terhib-."

Chaehyun membalas perkataan pria itu dengan tenang. Dia menyandarkan punggungnya ke pembatas rooftop. Melirik kearah Jay yang ternyata wajahnya tampak merah dan masam.

"What a bitch! You are batshit crazy."

Jay murka dengan ucapan Chaehyun yang sangat tidak terduga. Dia merasa di permainkan oleh gadis cantik itu. Jadi selama ini siapa yang mempermainkan siapa?
Jay melangkahkan kakinya keluar dan turun dari rooftop. Meninggalkan Chaehyun seorang diri bahkan tanpa melihat wajah mantan kekasihnya. Dentuman keras dari pintu rooftop bahkan membuat gadis itu terperanjat.

Dadanya terasa sesak, Chaehyun memukul-mukul dadanya pelan. Nafasnya sedikit tercekat, perlahan tubuhnya merosot ke bawah. Matanya memanas, buliran air mata kini menghiasi wajahnya. Chaehyun tau, dia juga salah. Dia ingin sekali saja membalas perlakuan seseorang yang semena-mena terhadapnya. Tetapi kenapa ini menjadi begitu menyakitkan baginya? Harusnya disini Jay yang patut di salahkan. Permainan brengsek yang lelaki itu dan teman-temannya mainkan membuat Chaehyun bertindak sedemikian rupa. Kebohongan yang dia buat justru membuatnya semakin terpuruk.

***

Satu bulan berlalu dengan begitu cepat. Jay kini sudah memiliki kekasih baru. Sedangkan Chaehyun kembali ke rutinitas monotonnya di sekolah. Satu sekolah bahkan terheran dengan sikap keduanya, terkadang mereka terlihat saling menghindar dan tidak memperdulikan satu sama lain. Padahal sebelumnya Jay dan Chaehyun digadang-gadang menjadi pasangan terfavorit di sekolah mereka.

Di belakang kelas tampak sepasang muda-mudi sedang saling memangut bibir. Mereka terlihat asik dengan kegiatan tidak senonoh itu dan mengabaikan gadis di barisan kursi terdepan yang sedang fokus pada buku bacaannya.

"Noona! Chaehyun noona! Pangeran William tersayang mu datang!!"

Lelaki berhidung bangir berlari rusuh memasuki kelas Chaehyun sembari tersenyum lebar, jangan lupakan dengan kedua tangannya yang sibuk memeluk berbagai jenis snack dan minum ringan. Lelaki itu menaruh semua bawaannya ke atas meja Chaehyun.

"Apa ini? Apa kau jin lampu? Bagaimana bisa kau tau aku sedang kelaparan?"

Chaehyun menghentikan kegiatan membacanya. Menaruh buku favoritnya ke dalam laci dan membuka salah satu bungkus roti peanuts butter kesukaannya.

"Tentu saja tau. Ini kan jam istirahat. Waktu lapar-laparnya hahaha. Aaaa~ aku juga mau!"

Lelaki itu tertawa menanggapi pertanyaan Chaehyun. Dia juga membuka mulutnya lebar-lebar seperti anak kuda Nil yang minta disuapi.

"Dasar bayi besar. Kapan kau akan menjadi lebih dewasa hm? Baiklah, kali ini eomma akan menyuapi mu."

Chaehyun menyuapkan potongan roti yang baru di bukanya ke lelaki itu sambil terkekeh geli. Yang disuapi pun memakannya dengan penuh semangat.

*BRAAK

Saat sedang serunya bergurau sebagai ibu dan anak yang saling menyuapkan makanan, bunyi tendangan meja menginterupsi kegiatan mereka.

"Berisik! Mengganggu kesenangan saja. Ayo kita pindah sayang."

Jay yang dari awal menyimak keduanya merasa tidak fokus melakukan kegiatan tidak senonohnya di belakang. Dan dengan wajah masam menarik sang kekasih untuk berjalan keluar dari kelas. Sedangkan lelaki yang bersama Chaehyun samar-samar menyunggingkan senyum miringnya.

"Jake... kau seharusnya tidak perlu melakukan hal seperti tadi lagi."

Chaehyun menundukkan kepalanya, kunyahan nya melambat. Senyum dan tawanya perlahan memudar.

"Bagaimana bisa aku tidak bertindak saat melihat si brengsek itu seenaknya seperti tadi?! Kau juga! Bagaimana bisa kau menyu- ehem maksud ku, ya begitu! Apa jadinya jika aku tidak memberitahu rencana busuk si brengsek itu padamu?! Kau bisa saja jat... Hahh! sudahlah, jangan di pikiran lagi."

Jake, berusaha tidak tersulut amarah saat menceramahi sahabatnya yang diam-diam bulol kepada sang mantan yang tidak tau diri itu. Jake sedikit meminggirkan snack yang ada di meja dan duduk di atasnya. Tangannya mengusak lembut rambut Chaehyun dan beralih menakup kedua belah pipi bulat sahabatnya, membuat wajah mereka saling berhadapan. Jake menghela nafas saat melihat Chaehyun yang hanya terdiam dan muram.

"Mau berciuman juga?"

Entah setan dari mana yang merasuki Jake, kata-kata tersebut terlontar begitu saja dari mulutnya. Sedangkan Chaehyun terlihat sedikit tertegun dengan ucapan Jake.

"Apa? Apa kau gila..."

Chaehyun kikuk, dia baru menyadari jaraknya dengan Jake hanya tersisa beberapa sentimeter saja. Alih-alih membalas tatapan lelaki itu, Chaehyun lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kemudian Jake hanya tersenyum menanggapi ucapan Chaehyun dan melepaskan takupan tangannya dari pipi sang sahabat.

"Bercanda, hahaha. Hari ini aku ada ekstrakurikuler sepak bola. Jadi hari ini tidak apa kan kalau kau pulang sendirian? Jangan merindukan ku. Setelah selesai aku akan menelpon mu."

Jake kembali mengusak rambut Chaehyun namun kali ini hingga rambut sahabat nya tampak berantakan. Beberapa detik setelahnya Jake bergegas lari keluar kelas sebelum Chaehyun menjambak rambutnya karena telah merusak tatanan rambut gadis manis itu.

"YAAAK! JAKE!!!"

Chaehyun murka sembari merapikan rambut dengan jemari lentiknya, sesekali dia mendengus kemudian memilih untuk kembali memakan rotinya.
Sedangkan sedari tadi seseorang yang menguping pembicaraan mereka mengepalkan tangan dengan kuat, rahangnya mengeras.

"Keparat! Tunggu saja pembalasan ku."

Umpatnya sebelum meninggalkan tempat tersebut. Hentakan sepatunya bahkan menggema di sepanjang koridor.

Bersambung...


Udah lama enggak jumpa~
Maaf yah kalau page ini rada gaje dan enggak nyambung sama judul ehe 😅 





La chance de ChaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang