Pemimpin (H-2)

7 2 1
                                    

***

"Ya Ampun, Ren, lecek banget, sih, lo," ujar Indira-sahabat Maureen di kantor, ketika gadis cantik itu baru saja mengempaskan tubuh di atas kursi ternyamannya selama ini.

"Berisik lo. Gue abis dapet pemandangan terindah selama hidup gue," balas Maureen dengan wajah menengadah, dan bertopang pada sandaran kursi kerjanya.

Gadis itu masih terus tersenyum meski penampilannya terbilang buruk setelah menaiki angkot. Rambut yang biasa tersisir rapi kini terlihat sedikit berantakan.

"Halu lo. Mana ada di Jakarta pemandangan indah? Palingan yang lo lihat patung pancoran yang berubah jadi gatot kaca. Ngaku, deh," cecar Indira dengan pandangan selidik.

"Yeee, patung pancoran juga indah kali. Tapi bukan itu maksud gue," kilah Maureen. "Asal lo tahu, ya. Gue tadi ketemu pangeran Yunani di trotoar pas mau berangkat," lanjutnya sambil terus berkhayal.

Jelas hal itu dirasa aneh oleh Indira. "Kalo lo ketemu pangeran di trotoar, itu berarti yang lo temuin pangeran kodok, bukan pangeran Yunani, Maureen, si tukang halu."

"Ih, nggak percaya, ya udah." Maureen bersungut, lalu mulai bersiap-siap untuk bekerja.

"Eeh, tapi lo udah tahu gosip hari ini apa belum?" Tiba-tiba Indira kembali mengusik Maureen, yang hampir berhasil menyingkirkan khayalannya sementara waktu.

"Apaan?" tanya Maureen ketus.

"Denger-denger, posisi Pak Guntur sebagai CEO mau digantiin putra semata wayangnya, loh. Dan denger-denger juga, putranya itu guaaaanteeeng banget."

Maureen hanya mencebik mendengar penuturan sang sahabat.

"Serius, Ren. Gue bisa jamin lo pasti langsung mencopot label jomlo sejati lo itu kalau ketemu dia."

"Halah, kayak lo udah pernah ketemu orangnya aja, sih, Ra. Yakin banget, lo."

"Yeee, seriusan gue. Kegantengannya itu udah menyebar ke seantero gedung ini tahu. Heeem, seandainya aja dia suka ma gue, terus nembak, pasti saat itu juga langsung gue iyain tanpa mikir."

Seketika itu juga kini Maureen yang mendorong pelan kening Indira dengan jari telunjuknya, untuk menyadarkan gadis itu.

"Lo sendiri jadi tukang halu, ngehek," balas Maureen. "Pokoknya, buat gue yang paling ganteng se-jagat raya ini adalah cuma pangeran Yunani gue. Nggak mau ada yang laen," lanjutkan dengan yakin.

Indira hanya mencebik saja mendengar keyakinan sahabat sekaligus teman bertengkarnya ini. Karena jam kerja terus bergulir, kedua sahabat itu pun mengakhiri acara berhalu ria mereka dan segera menjalankan kewajiban sebagai karyawan teladan.

Ketika jam makan siang usai, para karyawan kembali ke ruang kerja divisi masing-masing. Namun baru beberapa menit mereka duduk, seorang manajer memanggil seluruh karyawan agar berkumpul di lobi kantor. Mereka diminta berjajar di sana, untuk menyambut kedatangan CEO baru mereka.

"Duuuh, ngapain, sih, pakek acara disuruh baris kayak anak SD mau masuk kelas gini? Males tahu gue," sungut Maureen sambil berbisik di telinga Indira.

"Udah, lo tenang-tenang aja. Bentar lagi kita akan lihat, seganteng apa bos baru kita itu." Indira yang memang menunggu-nunggu saat itu tiba pun begitu bersemangat.

Cukup lama mereka harus berdiri di posisi mereka, 30 menit yang melelahkan bagi semua karyawan lelaki dan tentu saja juga buat Maureen. Namun berbeda dengan para karyawan wanita lainnya, yang memang penasaran dengan penampilan bos baru mereka. Hingga tidak lama kemudian, beberapa orang manajer meminta mereka untuk bersiap-siap. Karena mobil yang ditumpangi bos baru mereka itu sudah memasuki pintu gerbang gedung.

Mumpung Berkhayal Masih GratisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang