6. Laskara Arlandra Bimantara

227 75 118
                                    

Prayoga menyeret kasar tangan Aska memasuki rumah mewah milik nya, hingga membuat pemuda itu sedikit kualahan untuk mengimbangi langkah kaki Prayoga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prayoga menyeret kasar tangan Aska memasuki rumah mewah milik nya, hingga membuat pemuda itu sedikit kualahan untuk mengimbangi langkah kaki Prayoga.

"Papah mau apa'in Aska pah?"

Terhitung sudah kesekian kalinya kalimat itu keluar dari bibir Aska, namun prayoga masih tetap tidak menggubris pertanyaan dari putra sulung nya itu. Dia justru semakin kencang mencengkram pergelangan tangan Aska.

Hingga beberapa saat kemudian Prayoga menghentikan langkah nya tepat di depan kamar Aska. Aska mengerutkan alisnya merasa bingung. Entah apa yang akan dilakukan prayoga terhadap dirinya setelah ini.

"Pah--"

"Masuk!" Ucap nya dingin.

Aska hanya diam tanpa berniat untuk beranjak sedikit pun dari tempat nya saat ini. Dan itu, berhasil memancing kemarahan Prayoga.

"MASUK ASKA!"

Aska menggelengkan kepala nya pelan, "kenapa Aska harus masuk?" Aska berucap dengan nada dingin dan senantiasa menampilkan raut wajah datar nya.

"TURUTI PERINTAH PAPAH!"

"Enggak! Aska mau liat kondisi Gara pah!"

"PAPAH BILANG MASUK!"

Bruak!

Prayoga mendorong kasar tubuh Aska membuat tubuh pemuda itu terdorong masuk kedalam kamar nya. Kemudian Prayoga pun ikut berjalan masuk kedalam kamar Aska setelah dia menutup rapat pintu kamar putra sulung nya itu.

Plak!

Wajah Aska sedikit memaling kearah samping ketika Prayoga tiba-tiba saja menampar nya. Di detik berikutnya, Aska langsung mengelap kasar bercak darah yang keluar dari sudut bibir nya.

"Dimana tanggung jawab kamu sebagai seorang kakak ASKA! KAMU LIAT SEKARANG! GARA CELAKA DAN ITU SEMUA KARENA KESALAHAN KAMU!"

"Kenapa papah malah nyalahin Aska pah? Ini bukan salah Aska--"

"MASIH BISA NGELAK KAMU!  JELAS-JELAS INI SALAH KAMU YANG NGGAK BECUS JAGA GARA!"

"Pah Aska nggak ta--"

"Oh ya jelas kamu nggak tau. Tadi pagi kamu nggak jagain Gara kan? Kamu malah asik main dan bolos sama temen-teman kamu yang berandalan itu! IYA!"

Aska menyipitkan matanya merasa tidak percaya. Bolos? Bagaimana bisa Prayoga menuduh nya seperti itu!

"Aska nggak pernah bolos sekolah pah!" Aska menekan di setiap kalimat yang dia ucapkan.

Prayoga mengeraskan rahang nya, "Artan yang sudah memberitahu papah, jadi dia tidak mungkin berbohong!"

Sekali lagi Aska dibuat menatap kearah Prayoga tidak percaya. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenar nya ada di dalam fikiran Prayoga. Sampai-sampai dia lebih percaya kepada orang lain ketimbang anak kandung nya sendiri.

"Artan bohong! Dia itu munafik! Semua yang udah dia aduin ke papah itu semua nya nggak bener pah! Dia penipu!"

Plakk!

"Jaga ucapan kamu Aska!"

"TAPI ITU KENYATAAN NYA!"

"BERENGSEK! DASAR ANAK TIDAK BERGUNA! HARUSNYA TADI KAMU SAJA YANG CELAKA BUKAN GARA!

Buaghh!

Shhhhhhh-

Aska meringis pelan ketika tiba-tiba saja Prayoga memukul bagian perut nya sangat keras. Bahkan hingga membuat tubuh pemuda itu jatuh tersungkur ke lantai.

Aska mendongak kan kepala nya menatap nanar kearah Prayoga. Sedangkan Prayoga sendiri? laki-laki paruh baya itu seketika langsung menatap kedua tangan nya sendiri merasa tidak percaya. Apakah dia sudah kelewatan? Fikirnya.

"A-aska... maafin papah, papah tidak bermaksud memukul kam-"

Aska tertawa hambar. Apakah dia tidak salah mendengar? Prayoga meminta maaf kepada dirinya?

"Nggak papa, Pah. Udah biasa" katanya dengan nada yang terdengar sangat lirih.

Setelah mengatakan itu Aska langsung membuang penglihatan nya kearah lain. Untuk saat ini dia tidak mau menatap wajah Prayoga lebih lama lagi. Dia sakit, sungguh sikap Prayoga benar-benar menyakiti perasaan nya.

Sedangkan Prayoga, laki-laki paruh baya itu membuang nafasnya sedikit kasar. Dia juga terlihat menatap lelah wajah Aska.

"Lagian ini juga salah kamu Aska, coba aja kamu mau nurut dan nggak ngebantah ucapan papah. Mungkin papah nggak bakalan mukul kamu kayak tadi"

Aska hanya diam tanpa mau membalas ucapan Prayoga sedikit pun.

"Mulai sekarang papah nggak mau lagi denger laporan dari siapa pun kalo kamu itu bolos. Turuti perintah papah! Kamu harus belajar yang rajin biar bisa bikin papah kamu ini bangga!" Katanya sembari menekan disetiap kalimat yang dia ucapkan.

"Tapi Aska nggak bolos pah... Aska nggak pernah bolos!" Bantah nya.

"Sudah berkali-kali papah bilang, kalo papah nggak suka pembohong Aska!"

"Aska nggak bohong pah, Artan yang bohong!"

Prayoga mendecak kan lidah nya kesal ketika dia mendengar balasan dari Aska. "Ck! Sudahlah tidak berguna papah berbicara sama kamu! Dasar anak yang tidak tau diri!"

"Papah akan mengurung kamu di sini sebagai hukuman! Jadi jangan pernah kamu mencoba untuk kabur Aska, karena papah tidak akan segan-segan memberikan hukuman yang jauh lebih berat lagi dari ini!" Ancam nya, yang tidak dihiraukan oleh Aska.

Prayoga langsung melangkah pergi begitu saja setelah dia mengunci pintu kamar Aska dari luar.

Sedangkan Aska? Pemuda itu duduk di sudut kamar dengan kedua lutut yang dia tekuk. Sembari sesekali meringis merasakan sakit karena pukulan Prayoga tadi. Netra matanya yang berwarna hitam pekat terlihat menatap kosong keluar jendela kamar nya yang masih terbuka.

"BERENGSEK! DASAR ANAK TIDAK BERGUNA! HARUS NYA TADI KAMU SAJA YANG CELAKA BUKAN GARA!"

Aska pemuda itu menyenderkan kepala nya dengan kedua mata yang nampak berkaca-kaca. Sakit! Kalimat yang diucapkan oleh papah nya prayoga beberapa saat yang lalu benar-benar sangat menyakitkan untuk nya.

Aska mengambil nafas panjang, berusaha menetralisirkan rasa sesak di relung hatinya.

"Gar..."

"Keadaan lo gimana sekarang?" Gumam nya pelan, dengan mata yang terus menatap lurus kearah depan.

"Maafin gue-- maafin kakak lo yang nggak berguna ini. Harusnya, tadi gue yang celaka bukan lo Gar! Maafin gue-- maafin gue Gara..."

Aska terisak pelan ketika wajah Gara kembali terlintas dibenak nya. Dia benar-benar sangat mengkhawatirkan keadaan adik kecil nya itu.

Sedetik kemudian-- Aska memejamkan matanya sejenak, ketika bekas pukulan Prayoga dibagian perutnya kini terasa semakin menyakitkan.

"Shhhhttt... sa-kit pah"

♡TBC♡

Gak jelas banget ya?
Btw jangan lupa vote sama komen ya
See you

Laskara [On-going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang