2. THAT WOMAN.

241 41 2
                                    


Entah apa yang menyebabkan Karina seperti ini. Ia hanya melamun didepan laptop tanpa berniat untuk menyentuh keyboard agar sebaris makalah yang sedang digarapnya segera selesai.

Ia menghembuskan napas pelan. Menaruh kepalanya diatas meja belajar. Target spesialnya,harus lulus kuliah di tahun ini. Agaknya sulit. Lagipula kedua orangtuanya tidak menyuruh untuk segera lulus. Malah memberi waktu renggang pada putri semata wayangnya agar santai saja,karena Karina juga bekerja paruh waktu.

Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar rumah. Memilih menghirup udara segar. Berhadapan dengan komputer selama 3 jam membuat otaknya panas bukan main.

Beberapa tetangga samping rumahnya juga beraktivitas diluar. Karina melempar senyum sekaligus sapaan kecilnya.

Ponsel disaku jeansnya bergetar pelan. Ia segera mengeceknya. Ternyata hanya pesan spam dari operator. Ia kira bos restoran tempatnya bekerja menyuruhnya untuk kerja lembur dadakan.

"Mengagetkan orang saja",

Baru saja ia hendak memasukkan kembali ponselnya, nada dering mulai terdengar kembali.

'Panjang umur wahai bosku yang sangat baik hati tiada tara.'

"Karina, sekarang pergilah ke restoran. Ada orderan 500 box dari pihak museum yang sekarang sedang viral itu. Mereka mendapat kunjungan penting dari pihak pendiri."

Apa mungkin Border carnival itu. Rasa kesal pada bosnya menghilang seketika. Ia menarik kedua sudut bibirnya.

"Tentu saja. Aku akan segera kesana",

"Maaf. Sudah mengganggu waktu liburmu, Karina ssi",

"Tidak masalah. Asal aku dapat gajiku lebih banyak dalam satu hari itu",

*********

Ini yang kedua kalinya Karina menginjakkan kaki di museum Border Carnival. Ia memotong Apple tartin tart sebagai penutup hidangan makan malam untuk para tamu kehormatan.

Untuk apa mereka memesan di restoran tempatnya bekerja? Padahal jaraknya sangat jauh. Memakan waktu 6 jam dari sini. Gadis itu melihat begitu banyak restoran kelas mewah yang ada didekat museum itu.

"Itu karena salah satu tamu kehormatan pernah mengunjungi restoran pak Gye. Dan dia memberi masukan yang baik tentang itu",kata salah satu pegawai yang lebih senior daripada Karina.

Anggap saja ini adalah sebuah keberuntungan. Bisa jadi ia mendapat beberapa lembar euro sebagai bonus karena sudah lembur malam ini. Dirinya harus berusaha sebaik mungkin.

"Karina, bisa kau antarkan makanan penutup ke meja tamu?",

"Tentu sunbaenim",

Rasa gugup mulai melandanya. Karena harus mengantarkan makanan kepada tamu utama malam ini. Karina mendengar mereka sedang berbincang-bincang. Entahlah, dia sendiri juga tidak paham bahasa apa yang sedang digunakannya saat ini. Dari aksennya mungkin terdengar seperti bahasa Prancis.

"Terimakasih sudah menyajikan untuk kami,nona",kata seorang wanita dengan aksen bahasa Korea yang lumayan lancar.

Setahu Karina, tidak ada pihak dari negaranya yang hadir dalam jamuan makan malam yang super mewah ini.

"Ah.. tentu saja. Selamat menikmati hidangan penutup kami, nyonya", Karina mengulas senyum terbaiknya. Kedua matanya menangkap presensi seorang wanita berusia sekitar pertengahan limapuluh tahun duduk dengan anggun tepat berada disampingnya.

Surainya yang berwarna kecoklatan digelung rapi, hiasan rambut, sarung tangan brokat, juga gaun warna putih tulang menempel sempurna ditubuhnya yang proposional. Teramat cantik untuk ukuran wanita yang berumur setengah abad tersebut.
Pasti harganya ratusan juta won. Karina bisa menebaknya dengan mudah.

Border CarnivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang