Happy reading!!!!!
Setelah insiden tadi malam, Karina masih setia duduk sambil memeluk kedua lututnya. Apalagi saat tahu kalau ternyata pemuda itu punya kemampuan yang diluar nalar semacam sihir.
Ini sudah pukul 8 pagi. Dalam jadwal kesehariannya, Karina sudah bersenang-senang dengan pekerjaannya yang ada di restoran.
Perutnya sudah demo minta diisi. Tapi Karina takut kalau bertemu pemuda yang kurang ajar itu. Seenak jidat memeluk dirinya tanpa izin.
Persetan dengan orang aneh itu. Ini kan rumahnya. Untuk apa dia menjadi pecundang seperti ini.
Gadis itu segera keluar kamar. Menghembuskan nepas lega kala tidak ada pertanda kalau sipemuda aneh itu belum keluar dari kamarnya.
Ia melesat menuju dapur. Membuka pintu kulkas. Menepuk pipinya pelan. Menyadari dirinya yang umurnya semakin banyak, tidak bisa mengingat dengan baik.
Karina belum belanja bulanan.
Hanya ada beberapa bungkus ramen dan bubur instan didalamnya. Baiklah ia akan masak dua menu untuk pagi ini.
Semangkuk ramen untuk dirinya dan semangkuk bubur untuk sipemuda asing.
Sarapan ramen dipagi hari bukan pilihan yang bagus sebenarnya. Tapi keadaan yang memaksa menjadi seperti ini. Ditambah lagi ada penghuni baru dirumahnya. Sepertinya Karina perlu berdiskusi, agar bocah itu tidak berbuat hal yang aneh padanya.
Karina menyesal sempat mengagumi kesempurnaan yang dimiliki bocah yang tidak punya urat malu itu.
"Memasak apa, nona penyelamat?",
Hampir saja Karina membuang ramyeon yang baru saja matang kedalam wastafel. Gadis itu hanya menoleh sekilas tanpa berniat menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir pemuda ini.
Lawan bicaranya yang memahami situasi ini, hanya diam mengekor Karina yang sibuk menyiapkan sarapannya.
"Lihatlah, aku mengenakan baju yang sudah kau belikan. Terima kasih banyak",
Lihatlah tingkahnya yang sok imut itu. Karina hampir terkecoh. Ia hanya balas menggumam pelan.
Karina akui kalau dia terlihat keren meski masih menggunakan baju yang sama dengan kemarin malam, kemeja dengan motif kotak hitam dipadu celana training warna putih. Wajahnya juga terlihat lebih segar, meski sedikit pucat.
Gadis itu menyodorkan semangkuk bubur yang baru saja matang kearah pemuda ini tanpa mengatakan apapun.
Segera mengecek ponsel, barangkali ada pesan yang masuk. Ingatkan Karina untuk mencuil sedikit uang tabungannya di bank nanti. Ia tidak menerima gaji hampir seminggu karena harus terus mengawasi bocah menyebalkan ini.
Netranya berpindah pada sosok yang duduk manis tepat didepannya. Masih mengaduk bubur tanpa ada niatan untuk membuka mulut. Seakan tidak mau kalau makanan halus itu masuk kedalam perutnya.
"Segera makan buburnya sebelum dingin",
Karina mulai angkat suara, nada bicaranya sedikit ketus."Bisa tidak kita bertukar menu sarapannya?",
Karina memutar bola matanya malas. Terlalu malas menanggapi karena insiden kemarin malam.
Raut wajah pemuda itu menunjukan kalau dia sanagt ingin makan ramyeon yang ada ditangan Karina.
"Kau baru saja siuman. Tidak boleh makan yang aneh-aneh", Karina tidak menyangka kalau pemuda ini keras kepala.
Bibir kemerahannya mengerucut sebal. Segera menyendok bubur ayam, lalu memasukkan kedalam mulutnya dengan jengah. Marah karena permintaannya tidak dituruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Border Carnival
FantasyYoo Karina, sigadis cantik yang terjebak dengan lelaki asing karena permintaan aneh salah satu konglomerat dari Prancis. Dan karena itu, dia jadi terseret bersama masa kelam yang pernah dialami oleh lelaki asing dengan pesona yang meluluhlantakkan h...