5.The Past

1K 160 6
                                    

Hari disaat hujan panas itu adalah saat dimana aku melihat nya lagi, gadis berhanfu jingga itu terlihat berdiri dengan tidak sabar di depan gerbang menuju hutan. Dia sedang menunggu seseorang diantara rombongan kstaria yang menjalani tes untuk bergabung.

Dayang nya sudah berkali-kali memintanya untuk berteduh di dalam tenda. Jiao Yishen masih bersikukuh untuk tetap tinggal, dia keras kepala karena telah berjanji untuk menjadi orang pertama menyambut nya ketika kembali.

"Paman Ryuji benar-benar sakit, bagiamana bisa dia membuat tes nya di dalam hutan ini." Gerutu Jiao yang terus melihat kearah hutan yang gelap dan menakutkan.

Ketika satu persatu peserta mulai bermunculan, Jiao masih belum menemukan seseorang yang dicarinya. Dia mulai gelisah lalu pada saat yang sama laki-laki itu muncul diantara pepohonan.

"Jiaxu!" Panggil Jiao sambil berlari menghampiri laki-laki itu, senyuman manis Jiao surut saat melihat tubuh penuh luka dan bercak dari Jiaxu.

"Jiaxu kau baik-baik saja kan?" Jiao mengangkat payung nya lebih tinggi untuk memayungi Jiaxu. Perbedaan tinggi badan mereka membuat nya harus sedikit berjinjit.

 Perbedaan tinggi badan mereka membuat nya harus sedikit berjinjit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku gagal mendapatkan bendera nya." Ucap Jiaxu, memang untuk tes kali ini bendera-bendera itu diikat pada rusa dan hewan-hewan lain yang selanjutnya akan dilepaskan di dalam hutan. Untuk itu para peserta harus mendapatkan nya.

"Bagaimana bisa aku putra seorang Jendral besar gagal dalam tes seperti ini Jiao."

Jiao melepaskan payung nya dan langsung memeluk Jiaxu, laki-laki menyandarkan kepala nya di bahu Jiao. "Tidak apa-apa untuk gagal sesekali, kau itu sudah terlalu hebat Jiaxu. Ada banyak kesempatan lain."

Tubuh mereka mulai basah oleh hujan panas. Jiao menepuk punggung sahabat nya, cukup lama hingga Jiao menyeret mereka untuk berteduh disuatu tempat. Mereka menemukan sebuah kuil yang kosong dan tak terurus.

Mereka tidak kembali ke perkemahan karena Jiao cukup sadar dengan suasana hati sahabat nya saat ini.

Mereka duduk di teras kuil, Jiao mengurai gulungan rambutnya yang basah agar lebih cepat kering. "Jadi, apa telah terjadi sehingga kau mendapatkan luka-luka itu?" Jiao menunjuk luka di lengan bawah serta wajah Jiaxu.

"Saat aku berhasil mendapatkan rusa, entah dari mana datang seekor beruang liar."

"Maksudmu kau bertarung dengan ayahku?" Jiao terkejut berbeda dengan Jiaxu yang heran tetapi langsung tertawa kecil begitu menyadari sesuatu.

"Bukan itu maksudku, aku benar-benar bertarung dengan beruang. Aku harus membunuhnya agar tidak memasuki perkemahan." Jelas Jiaxu mengacak rambut Jiao hingga gadis itu memprotes nya.

"Untuk apa? Banyak kasim yang ditempatkan di perkemahan untuk berjaga. Lalu bagaimana kau bisa kehilangan bendera nya."

"Karena aku tahu kau pasti tengah menunggu dengan keras kepala di depan gerbang." Sahut Jiaxu santai, "Dan bendera nya telah direbut saat aku sibuk dengan beruang itu, hei sebentar lagi musim dingin kau ingin bulu nya dijadikan mantel?"

Jiao yang tengah menyobek jubah nya untuk membungkus luka-luka Jiaxu langsung memerah mata nya. "Jadi kau kehilangan kesempatan karena menghawatirkan aku?"

"Lalu katakan padaku siapa yang merebut benderamu? Itu tindakan yang licik, biar kujadikan dia makanan Momo."

Jiao melepaskan balutan kain asal yang dibuat oleh Jiaxu gadis itu meringis sambil menahan tangis.

"Aku yang terluka kenapa malah kau yang menangis?"

"Aku tahu harga diri laki-laki setinggi langit jadi aku menggantikan-mu untuk menangis."

"Tidak juga, jika hari ini kau yang terluka maka pasti aku yang menangis."

Jiao mengusap wajah nya asal, dia tidak percaya dengan kata-kata sahabat nya. "Aku tidak percaya, kau nyaris tidak pernah tersenyum apa lagi menangisiku."

Mereka terdiam sejenak, Jiao sendiri masih sibuk membersihkan luka di wajah Jiaxu. Hujan bertambah deras, Jiao meringkukkan tubuh nya dari hawa dingin. Pakaian nya basah membuat nya membuat nya menggigil.

Jiaxu melirik kearahnya, dia menghela napas perlahan menarik kepala Jiao untuk bersandar didadanya. Wajah dingin nya menempel pada leher hangat Jiaxu.

"Kau hangat." Gumam Jiao dengan suara bergetar.

"Sudah diam saja." Jiaxu mengeratkan pelukannya disekeliling tubuh Jiao untuk menghalau angin.

"Suatu hari jika aku tiba-tiba pergi, kau pasti akan merasa terbebaskan."

"Kau pikir mau kemana?"

"Entahlah, kupikir kakak Jiazhen mulai muak dengan tingkah lakuku."

"Aku akan mencarimu, ke seluruh negeri ini jika itu perlu."

Tak ada yang tahu dengan keberadaan dewa yang mendengarkan janji dari dua anak manusia. Dewa keberuntungan sekali lagi berusaha menguji ikatan mereka.

Mereka kembali ke perkemahan setelah hujan reda dengan Jiaxu yang menggendong Jiao yang tertidur di pundak nya. Semua orang ternyata mencari keberadaan mereka, padahal Jiaxu sudah berusaha menjelaskan bahwa mereka berteduh di kuil tetapi Ayah nya malah berkata bahwa tidak pernah ada kuil disekitar sini.

Jiao menderita demam karena kehujanan sehingga dia tidak mengetahui jika Jiaxu mendapatkan hukuman. setelah itu Jiao tidak pernah melihat Jiaxu lagi karena sahabat nya dikirim ke barak di daerah selatan.

Hati-hari dimana Jiao kehilangan teman bermain sedangkan kedua kakak laki-laki nya terlalu sibuk dengan pengajaran untuk menjadi Raja.

"Paman, kapan Jiaxu akan pulang?" Tanya Jiao pada Jendral Ryuji yang kini tengah mengantar nya kembali ke kediamannya.

"Ah, Jiaxu akan kembali beberapa bulan lagi. Saat kembali dia bisa menjadi pengawal yang layak untuk tuan Putri."

"Oh, lalu dimana Ibu dan Ayah?"

"Keduanya sedang pergi ke kekaisaran selama beberapa hari. Jika Putri ingin bermain saya bisa menemani." Kata Jenderal Ryuji yang mengetahui seberapa kesepian nya Jiao di istana.

"Haha paman kan sudah tua. Aku baik-baik saja, jangan khawatir." Jiao melambaikan tangan nya saat ia memasuki kediaman nya.

Begitu gerbang di tutup, desiran angin langsung berhembus melewati nya. Jiao melihat bangunan megah dihadapannya dan langsung merasakan kekosongan.

Para Putri yang datang berkunjung semuanya membosankan dan bermuka dua. Mereka datang dengan harapan akan bisa melihat kedua kakak laki-laki nya, seandainya mereka tahu jika Jiao juga berharap bisa melihat nya tanpa harus membuat ulah.

"Membosankan sekali. Semua orang diluar sana menginginkan hidup sebagai seorang putri tanpa tahu harga yang harus dibayar." Jiao bersandar pada pohon persik yang berbunga lebat, Pao-pao menghampiri nya menghibur Jiao dengan sengaja menimpa tuan nya.

"Pao-pao dimana Momo?" Jiao menyingkirkan bulu-bulu putih dihadapannya agar dapat melihat bayi singa peliharaan nya. Mahluk itu tengah melompat-lompat kesana kemari mengejar daun yang berguguran.

"Kenapa suratku tidak pernah dibalas ya?" Beberapa kali Jiao mengirimkan surat pada Jiaxu tapi tidak ada satupun yang dibalas. "Tidak apa-apa, mungkin dia sibuk."

Return Of The PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang