Sekitar pukul 07 pagi. Di sebuah stasiun kereta api, Dilara memesan tiket di sebuah loket. Ia dalam keadaan menggemblok tas biru dan memakai baju, jaket dan celana panjang.
Tepatnya saat ini ia sedang kabur dari rumah dan berniat pergi entah kemana. Bodoh sekali rasanya. Memesan tiket untuk pergi ke bogor akan tetapi tidak tahu tempat tujuannya kemana.
Ia tidak tahu akan kemana.
Tapi entah kenapa ya.. perkataan di quotes saat itu benar-benar membuat Dilara termotivasi untuk melakukan ini...
Dilara duduk di kursi paling depan. Bisa dilihat banyak orang sudah mengisi kursi yang kosong, tampaknya mereka sedang berniat berangkat kerja saat itu. Ditambah ini merupakan hari kerja dan jam masuk kerja juga.
Sebuah kursi kosong disebelahnya bahkan segera terisi. Dilara menengok ke arahnya, ternyata seorang pria tua yang wangi bajunya sangat menusuk tajam.
Kursi semakin penuh hingga menyebabkan beberapa orang yang kesiangan diharuskan berdiri di celah sebelah kursi.
Dilara segera memakai headsetnya dan setel musik.
"Setiap orang yang berada disini pasti memiliki tujuan... lalu kemana kedua kakiku akan melangkah?" batin Dilara.
Tiba-tiba pria tua disebelah Dilara berdiri lalu berganti ke kursi lain saat dilihatnya ada kursi kosong di ujung sana, Dilara melihat seorang lelaki sepantarannya memeluk ransel hitam berdiri didepan barisan kursinya.
Mungkin lelaki ini tidak menyadari kalau kursi disebelahnya sudah kosong. Dilara pun segera mencolek tangan lelaki itu. "Mas, kursinya kosong." ucap Dilara.
Lelaki itu langsung tersadar dan segera duduk disebelah Dilara. "Makasih ya." ucap lelaki tampan itu ramah. Gadis cantik berlesung pipit itu balik tersenyum.
Dilara kembali mendengar headset yang melantunkan lagu Eternal lovenya Michael learns. Lagu kesukaannya.
Dia juga... pasti memiliki tujuan.
Dilara terus menscroll fanpage Walter. Halamannya banyak sekali kata-kata yang sangat memotivasi, Dilara merasa sedikit lebih baik sesaat melihatnya.
Lelaki disamping Dilara diam-diam
melihat sekilas nama Walter disana. Lelaki itu langsung berkata."Itu kan... kamu juga suka baca fanpage itu?!" tanya lelaki disebelahnya yang kerap disapa Daniel itu. Dilara yang tersadar langsung menoleh ke sampingnya, ternyata benar. Lelaki yang duduk disampingnya sedang mengajaknya bicara.
Dilara pun segera melepas sebelah headsetnya. "Ya?" tanyanya.
"Kamu juga suka baca fanpage itu?" tanya Daniel terlihat antusias.
"Iya bener. Suka banget." ucap Dilara ikut antusias.
"Wah, enggak nyangka. Ternyata ketemu fans Walterism juga disini haha." tawa Daniel.
Entah kenapa suasana diantara mereka yang tadinya canggung kini berubah secara drastis.
"Walterism? Apa itu?" tanya Dilara.
"Itu, nama penggemar fanpage Walter." ucap Daniel.
"Serius?! Wah keren-keren. Memang kamu juga penggemar fanpage Walter?" tanya Dilara.
"Hmm, m-mungkin." ucap Daniel agak ragu dan gugup mengatakannya meski itu semua ditutup dengan senyuman manisnya.
"Kamu kenapa memangnya bisa suka fanpage itu?" tanya Daniel penasaran.
"Oh itu, karena kata-katanya seperti mengena di hati. Kata-katanya begitu berkesan dan enggak jarang yang dia tulis seperti yang sedang aku alami." ucap Dilara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Daniel
Teen Fiction"Kemana kamu akan pergi?" "Entahlah." "Setiap orang pergi memiliki tujuan, sedangkan kamu tidak memiliki tujuan." "Ya, aku tahu itu." "Sekali lagi, kemana kamu akan pergi?" "Tidak ada. Mungkin aku akan berhenti di tempat yang asing, tidak menemuka...