2015, Seoul.
"Loh? kedainya tutup?"
Bahunya lantas merosot lesu. Padahal sebelumnya, langkahnya begitu riang sedari keluar rumah menuju kedai Tteokbokki favoritnya sejak ia merantau ke Seoul ini.
Joohyun berbalik arah dengan wajah yang cemberut. Kesempatan seperti ini tidak datang setiap hari untuknya, jadi rasanya kecewa sekali. Huft...
Dengan kedua tangan yang masuk kedalam saku depan hoodienya, Joohyun berjalan pelan sembari menatap langit yang sudah mulai meredup. Matanya kemudian mengarah pada orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Bagaimana yang lain menghabiskan akhir pekan mereka dengan teman, kekasih, dan keluarga. Pakaian yang modis dan tidak menyakiti mata jika dilihat.
Joohyun menatap dirinya yang hanya memakai hoodie kusam serta celana bahan murahan yang sangat nampak. Tersenyum miris, lantas menarik kupluk hoodie untuk menutupi bagian kepalanya. Yah, setidaknya bisa sedikit menutupi pandangan ekor matanya—sekalian menguatkan diri.
Otaknya sedang berpikir keras mau diapakan jatah uang bebasnya hari ini. Namun jika ia pikirkan lagi, lebih baik membeli sesuatu yang lebih murah dari seporsi Tteokbokki. Lalu sisa uangnya, bisa ia tabung lagi untuk pekan depan.
Finalnya, Joohyun membeli beberapa es lilin dengan berbagai macam rasa di toserba. Lumayan untuk di emut sepanjang perjalanan pulang. Angin sore rasanya semakin kencang menerpa kulit. Walau dingin, namun menyegarkan.
Huh... sensasi yang menenangkan bagi Joohyun.
Sekarang, dirinya dihadapkan dengan pemandangan anak-anak SMA yang terlihat berkerumun melewati gerbang. Ada yang memasang wajah lelah, bercanda ria, dan terlihat masa bodoh dengan earphone di telinga.
Cukup berbeda jika dibandingkan dengan masa ia sekolah dulu. Namun jika di ingat lagi, rasanya ia baru saja lulus kemarin. Waktu memang cepat berlalu ternyata, dan ia masih begini-begini saja.
Saat langkahnya berlalu, melewati halaman samping pagar sekolah yang lebih cocok di bilang taman. Joohyun melihat seorang gadis yang menangis tersedu menundukkan kepala di kursi umum.
Tanpa pikir panjang, Joohyun pun memilih mendekat dan langsung duduk di samping gadis itu dengan es lilin yang masih ia emut.
Joohyun tau gadis itu sadar akan keberadaannya, karena isakan itu tidak terdengar lagi. Palingan muka ia terima ketika mencoba melihat wajah sembab itu. Mungkin dia malu, pikir Joohyun.
"Mau es lilin?"
Gadis itu menoleh pelan pada es potong merah muda yang Joohyun sodorkan. Menatap bergantian sosok si penawar serta barang yang di tawarkan, namun tetap menerimanya dengan gerakan pelan.
"Terima kasih."
Joohyun tersenyum lebar karena bisa berbagi, "Sama-sama."
Mereka mulai memakan es lilin itu dalam diam selama beberapa saat. Joohyun melirik gadis berseragam tersebut melalui ekor matanya. Syukurlah, ia bisa membuat gadis itu berhenti menangis walau dirinya tak tahu menahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Trust
Fanfiction"Losing all trust just because of a misunderstanding." Start ; [02 Januari 2022] End ; -