BAB 8

7 3 0
                                    

Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.

[Umar bin Khattab]



Alya kembali ke kursi tunggu, ketika baru duduk, Alya langsung di panggil. Untuk sekali lagi dia harus menghela nafas sabar.

'"Mari, silahkan masuk."

Alya mengangguk kecil dan tersenyum, lantas segera masuk. Disana ada pria yang akan mewawancarainya, tidak ada ekspresi wajah selain menatap datar.

Kenapa semua lelaki disini tidak ada yang mau memberikan senyuman? Atau ucapkan selamat pagi kek, lah ini kayak CEO semua!!. teriak batin Alya yang dibuat pusing oleh semua orang.

"Silahkan duduk dan tolong kemarikan berkas anda."

Alya memberikan berkasnya dengan sedikit gemetar, seperti menghadapi sidang saja gugupnya bukan main.

"Baiklah, anda diterima. Mulai hari ini anda bekerja sebagai sekretaris pribadi tuan Davino."

Mendengar ucapan dari pria yang bernama Leon itu, Alya bangkit dengan semangat dan tersenyum bahagia.

"Silahkan anda keruang CEO, lalu berikan kertas ini. Jika sudah di setujui oleh beliau, anda langsung masuk ke ruangan pribadi anda dan ini kuncinya."

Alya menerima dengan senang hati, "Baik, pak. Kalau begitu saya permisi, assalammu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Menaiki lift sampai kelantai 46 lagi, untuk mendapatkan persetujuan, lalu menyapa tuan Davino dan bekerja dengan teliti tanpa harus banyak kecerobohan.

Sampai di depan pintu ruangan CEO. Alya kembali merasakan gugup.

Tok

Tok

Tok

"Masuk!."

Ceklek

"Ada apa?."

To the point tanpa melihat siapa yang masuk ke ruangannya.

"Maaf pak bila mengganggu, saya ingin meminta persetujuan dari anda."

Ketika mengenal suara yang masuk ketelinganya, dia mendongak. Ternyata perempuan lembut itu lagi yang datang, tapi ada maksud tertentu.

"Kemarikan berkas mu."

Alya mendekati dengan gugup, bahkan dia sudah mandi keringat dingin. Beberapa menit sudah termakan habis, pinggangnya saja sudah seperti ornamen kerangka tulang.

"Baik, anda diterima dan silahkan keruangan milik anda."

"Terima kasih pak! Emm,,, sebelum itu saya mau bertanya pak, dimana yah ruangan pak Davino?."

Dengan polos Alya bertanya bahkan wajahnya saja seperti anak kecil yang bertanya harga permen.

Pria itu tersenyum tipis bahkan setipis tipisnya sampai Alya yang tidak menyadari senyuman itu.

"Anda tidak melihat nona? Papan nama di depan pintu? Dan lihat di meja saya ini, terdapat ada nama coba dibaca."

Alya dengan kepolosannya mengikuti arahan pria yang duduk di kursi kebanggaannya. "Tuan. Davino Azzario Milior., ouh nama bapak Davino yah."

"Hm, jadi orang yang anda cari bernama?."

"Davino."

"Tepat orangnya ada di depan anda."

Alya melihat orang yang didepannya, dia baru sadar bahwa tuan. Davino itu sang CEO. Dia jadi canggung bahkan matanya melihat sekitar untuk menghindari tatapan tajam yang mempesona menggetarkan jantung.

"Maaf tuan, saya tidak tau." Pandangan Alya bertemu dengan lantai, dia menundukkan kepalanya dengan lirih.

"Hm."

Tidak ada lagi pembicaraan, Divano sibuk dengan komputer didepannya, sedangkan Alya bingung harus bagaimana cara menyikapinya.

Divano yang merasakan masih ada orang di sekitarnya, lantas melihat Alya yang bergerak gelisah dan juga bingung.

"Anda bisa masuk ke ruangan anda sendiri."

Perkataan Divano membuat lamunan  Alya buyar, setelah diinstruksi oleh Divano, Alya segera keluar dari ruangan CEO tampan berwujud kutub utara.


♧♧♧

Alya memasuki ruangannya yang terbilang sangat luas dan besar, bahkan banyak lemari-lemari di sekelilingnya tidak lupa juga ada kulkas sebagai fasilitasnya.

"Masyaallah, disini juga ada kulkas?? Ini kantor apa hotel??."

فَبِاَ يِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Hari ini Alya mengagumi semua yang dia datangi, dimulai dari gerbang masuk, tempat resepsionis, lantai 2-ke lantai 46, dan yang terakhir ruangannya sendiri.

"Alya inget! Harus selalu bersyukur!."

Dia mengingatkan dirinya sendiri, supaya Alya tau nikmat rasa syukur itu lebih terasa dari pada di beri kemewahan tapi dihambur-hamburkan.

Hari yang luar biasa dan pengalaman yang luar biasa untuk Alya hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini. Di dalam hati dia berdoa supaya selalu betah apa yang dia miliki sekarang.

Hari semakin malam, Alya yang sudah melakukan pekerjaannya hari ini yang berat telah selesai, tidak lupa mengucapkan rasa syukurnya kepada Allah.

Jika kamu terjatuh karena manusia
maka bangkitlah karena Allah


Setelah selesai membereskan semuanya, Alya mematikan lampu ruangannya, dan langsung keluar tidak lupa mengunci ruangan tersebut,

Disaat melewati ruangan boss nya, Alya ragu untuk mengeceknya, tapi jika tidak di cek bukankah tidak sopan?? Baru bekerja sudah kena marah.

Dengan setengah-setengah keberanian, Alya membuka pintu itu, disaat tidak ada sahutan dari dalam.

"Assalammu'alaikum."

Matanya menyusuri tempat yang begitu sunyi dan sepi, Alya jadi bingung untuk memasukinya atau tidak. Tapi dia kuatkan lagi mentalnya untuk masuk melihat keadaan di dalam.

Banyak berkas-berkas yang berserakan, Alya mengumpulkannya satu-satu bahkan Alya menyusunnya dengan rapi, melihat isi-isi pada berkas dia simpulkan bahwa berkas yang dia genggam ada berkas investasi beserta kerja sama antar perusahaan.

Alya duduk disofa yang lembut itu, dan memulai melihat-lihat isi lembaran dengan teliti.

Waktu berlalu begitu cepat, Alya pun bahkan sudah menyelesaikan semuanya tapi tidak semua Alya yang kerjakan, jika ada yang membuatnya bingung dia letakkan ditempat yang berbeda.

Sekarang pukul 21.00 malam, Alya melihat Davino yang tertidur nyenyak, niat hati ingin membangunkam tapi dia takut.

Dari pada kena amarah dari seorang CEO tampan tapi kejam, Alya menyusuri lemari-lemari. Siapa tau ada selimut di dalam sini.

Alya yang sudah kelelahan mencari, dia pun kembali ke ruangannya mengambil selimut kesayangannya disana.

"Baiklah, semua sudah selesai sekarang Alya pulang yah pak. Assalammu'alaikum."







Yeay!! Udah selesai nih!! Jangan lupa untuk Always votenya!
Semangat yang lagi puasa!! Yg lagi berhalangan sabar yah!!

MENCARI TITIK TEMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang