Figo menatap tajam ke arah gadis mungil di hadapannya. Ia menatap penampilan gadis itu dengan helaan napas yang terdengar lelah. “Mau sampai kapan lo jadi brandal kaya gini?”
Seyla, gadis itu mendongak. Tatapannya terlihat datar. “Bukan urusan kak Igo,” jawabnya ketus.
“Pulang.” Suara Figo tidak terdengar keras, bahkan seperti berbisik, namun Seyla menyadari nada penekanan di dalamnya. Seyla berusaha mengumpulkan kembali nyalinya yang sempat mengecil.
“Kalau kak Igo kesini cuma marah-marah, mending pergi.” Figo tertawa, ternyata gadis kecilnya ini semakin berani. “Kalau gitu, pergi dari rumah. Nanti gue suruh bibi buat siapin semua baju lo.”
“Rumah itu punya Seyla!”
Figo tersenyum tipis. “Ikut pulang, atau gaperlu pulang selamanya.” Mendengar itu membuat Seyla ketar ketir. Apalagi saat melihat wajah Figo yang terlihat menahan emosi.
“Lo cantik.” Figo berjalan mendekat, melepas jaket Jeansnya lalu menyampirkan pada bahu sempit gadis itu. “Gue bisa aja jual lo di salah satu pelanggan gue kalau lo gak bisa diatur.”
Tangan besar itu menghapus air mata di pipi tembam Seyla. “Pulang sekarang, dan sesali yang lo lakuin hari ini, lo pasti tau kalau gue gak pernah main-main.”
Tanpa banyak bicara lagi, Seyla mengangguk lalu memeluk lengan kekar Figo. Ia selalu kalah jika dihadapkan oleh lelaki ini. “Seyla pulang,” cicitnya.
“Pilihan bagus.” Figo segera menarik tangan mungil Seyla menuju mobil Tesla hitam yang terparkir tak jauh dari club.
Ya, beberapa jam lalu Seyla sempat meminta ijin pada Figo untuk menghadiri pesta ulang tahun teman seorganisasinya. Tentu saja Figo tidak mengijinkan, dan dengan bandelnya, gadis bernama lengkap Ratu Seyla Zubair itu tetap menghadirinya dan membuat Figo repot-repot datang ke tempat ini.
🎭🎭
“Baju lo bagus. Mau simulasi jadi perek?” tanya Figo tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.Seyla mendengus. “Bisa gak sih kak Igo kalau ngomong sama Seyla itu lembut dikit?”
“Gimana mau lembut kalau lo bandel gini? Sampai berbusa nih mulut gua tetep aja kagak mempan.”
“Mana aurat lo kemana mana. Lo emang pengen banget jadi pelacur ya? Pengen gua daftarin nama lo di daftar pelacur malam ini? Hah?!”
“Kayak kak Igo yang paling bener aja,” gumam Seyla sebal.
“Ulang!” Seyla menyengir lebar, “Kedengeran ya?”
“Bangsat,” umpat lelaki itu.
Mobil mewah milik Figo terparkir di antara mobil mewah lainnya. “Langsung masuk kamar,” perintah Figo seraya keluar.
Seyla kembali mendengus. “Nyuruh gua jadi anak baik, tapi dia sendiri jadi wadahnya pelacur.” Dengan malas, gadis itu keluar dari mobil. Ia berjalan memasuki rumah mewah miliknya tanpa menghiraukan beberapa pria tua yang menggodanya, toh tak ada yang berani menyentuh gadis itu.
Saat memasuki rumah, ia dapat melihat di sofa, beberapa pelacur sudah siap dengan penampilan yang cocok dengan profesinya.
“Darimana lo Sey?” tanya salah satu dari wanita itu.
Seyla memutar bola matanya malas. “Gak usah kepo lo jalang,” cibirnya.
“Kali aja lo beneran mau dijual sama tuan Figo. Kan sama sama jalang kita jadinya.” wanita itu tertawa saat Seyla menatapnya sinis.
Seyla berjalan ke arah sofa, duduk di antara mereka. “Capek dikurung terus,” keluh gadis itu seraya menutup kedua matanya lelah.
Fera, wanita yang sedari tadi berbicara dengan Seyla tersenyum tipis. “Gak bersyukur.”
“Masih mending Lo mau apa tinggal minta, mau ini itu langsung ada. Lah kita, muasin om om dulu baru bisa beli,” lanjut Selly, salah satu pelacur di sana.
“Itumah lo nya aja yang gatel,” dengus Seyla merasa tak terima karena tidak dibela.
“Kalo disuruh milih nih ya, gue mending jadi lo lo pada, bebas kemanapun yang kalian mau.”
“Bego, bukan masalah gatel atau engga. Dunia gue lebih kejam dari dunia lo.”
“Alay anjing! Lo semua mana tau sekejam apa dunia gue, sok tau!” setelah mengatakan itu, Seyla segera menaiki tangga saat suara menggelegar Figo mulai terdengar.
“Sok paling tersakiti itu anak,” ucap Fera menghujat.
🎭🎭
“Tuli? Udah gua bilang langsung masuk kamar!” teriakan itu membuat Seyla menatap Figo jengah.
“Orang Sey langsung jalan kesini.”
“Lo ngobrol sama pelacur, mau jadi pelacur juga? Sini gua ajarin!” Figo menarik kasar tangan Seyla membuat gadis itu sedikit terhuyung ke depan.
Seyla menghela nafas lelah. “Bisa gak sih ngomongnya gak usah teriak?”
“Sey capek,” lirih gadis itu, matanya sudah berkaca-kaca. Dengan pelan ia melepaskan tangannya dari genggaman Figo, gadis itu berjalan ke arah kamar dan menutup pintu dengan kencang.
Figo menatap pintu kamar Seyla datar, ia membuka pintu itu, dan masuk ke dalam. “Sey,” panggilnya pada gadis yang saat ini mengganti bajunya.
Seyla sudah tidak malu lagi biarpun ia disuruh telanjang di depan Figo. Karena sejatinya gadis itu sudah berkali-kali disuruh telanjang bulat oleh Figo.
“Nangis?”
“Buta?” ketus Seyla balik.
Figo tersenyum geli. Melihat Seyla seperti ini sangat menggemaskan. Mata dan hidungnya yang memerah membuat Figo gemas sendiri.
“Galak banget sih, cantiknya kak Igo,” goda Figo seraya mencolek dagu Seyla.
Seyla terlihat tampak menahan tangis, membuat Figo menarik gadis itu dalam dekapannya. Benar saja, setelah berada di dalam pelukan Figo, Seyla menangis kencang. Tau sekali lelaki itu dengan tabiat Seyla yang akan menangis jika terlalu kesal.
Figo tersenyum tipis dengan tangan yang mengelus kepala belakang gadis itu lembut. “Cengeng banget sih,” ucapnya.
“Biarin!” pekik Seyla dengan suara bergetar.
“Makanya jangan bandel kalau dibilang. Gue juga capek kali teriak-teriak. Sekali sekali inisiatif kek biar gue gak capek bentak lo mulu.”
Seyla menduselkan wajahnya pada dada bidang Figo. “Seyla ini adek kak Igo, bukan tawanan.”
Figo tersenyum kecut mendengar pernyataan yang entah mulai kapan ia benci itu. Ia mengangguk-angguk sebagai jawaban. “Iya, lo adek gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Sey
RomanceTentang Figo yang bersikap tegas, keras, dan dominan pada si bandel Seyla. Lalu dipertemukan dengan Sean, pria bringas yang terobsesi dengan Seyla. *** Start : 11 April 2022 End : ✔️Cerita murni pemikiran author, tanpa plagiat dari cerita manapun. ✔...