Figo menghisap dalam-dalam nikotin yang terapit di jari kekarnya dalam keadaan tubuh yang masih telanjang. Lelaki itu lalu menghembuskan asap membuat kamar bernuansa manly ini hampir kehilangan udara.
"Go, gak mau lagi?" tawar Geya saat melihat lelaki itu mulai mengenakan celana jeans-nya.
Figo menatap Geya sekilas, lalu meraih salah satu kredit card yang ada di nakas. "Gua kasih lo kebebasan, belanja apapun untuk hari ini dan besok."
Mendengar keuntungan yang keluar dari mulut manis Figo membuat Geya dengan cepat menerima kartu itu. "Yakin aku boleh belanja apapun?" tanyanya manja. Wanita itu membelai lembut kulit leher putih milik Figo, berharap lelaki itu mengiyakan pertanyaannya.
"Karena lo berhasil buat gue seneng. Habisin duit gue kalo bisa. Bingung juga mau dibuat apa," jawabnya acuh. Geya memekik senang, lalu dengan penuh semangat ia memeluk bahu kekar Figo erat.
"Sekalian ajak Seyla."
Geya melepas pelukannya. "Ngapain aku bawa Seyla?"
"Dia butuh hiburan, maybe." Figo meremas dada Geya karena gemas dengan buah dada wanita itu yang tampak menggiurkan.
"Ihh! Masa aku harus ajak Sey sih," rengeknya.
"Kenapa emang?" tanya Figo dengan tangan yang masih sibuk dengan buah dada Geya.
"Dia rese. Aku gak suka kalo acara belanja aku terganggu."
Figo mengambil kembali kartu di tangan Geya. "Oke, gak jadi belanja."
"Ihhhh!!! Iya iya, aku ajak Seyla sekalian." wanita itu mengulurkan tangan meminta kartu itu kembali.
"Yang baik sama Seyla, siapa tau dia nanti jadi adek ipar lo," ucap Figo dengan nada bercanda.
"Jangan jadi buaya dadakan deh Go," jawab Geya seraya memejamkan mata menikmati lidah Figo yang mulai memainkan putingnya.
"Lo cewek baik Geya. Kenapa masih mau jual tubuh lo sana sini?"
Geya tersenyum kecut. Figo memang sebatas tuan di hidupnya, tapi pria itu lah sebenarnya yang menjadi sandaran gadis itu.
"Gak ada uang, artinya mati."
Figo berdecak sebal. "Selain uang, apa alasan lo?"
"Gue gak punya siapa-siapa lagi, Go. Lagian kenapa sih tumben banget nanyain masalah pribadi?"
"Pengen tau aja kenapa lo masuk terlalu dalam di dunia malam. Geya yang gua tau dulu cewek sok jual mahal, bahkan sama gue pun lo sombong."
Geya mengelus lembut rambut hitam pekat Figo. "Dua tahun yang lalu, ayah gue meninggal saat tau anaknya dilecehin bosnya sendiri. Ayah emang punya riwayat penyakit jantung stadium akhir."
"Ini salah gue yang gak bisa jaga diri. Harusnya malam itu gue gak keukeh nganterin ayah makan malam. Saat itu ayah lembur, cuma ada beberapa karyawan yang ada di sana. Dan, berawal dari gue yang salah masuk ruangan dengan baju yang lumayan minim, tua brengsek itu berani sentuh tubuh gue Go."
Figo menatap Geya yang tampak rapuh. Ia tau gadis itu menahan diri untuk tidak menangis. Sehina apapun Geya, ia tahu wanita ini sudah melalui hidup yang keras. "Butuh pelukan?"
Geya mengangguk lalu memeluk tubuh atletis Figo. "Mama gue meninggal karena ngelahirin gue. So, gue gak punya siapa-siapa di sini. Biaya sekolah mahal banget, mau putus sekolah pun gue gak bisa. Gue takut semakin kecewain ayah."
"Dan lo datang. Ngasih gue tawaran yang brilian. Jadilah gue jalang kaya gini." Wanita itu menyengir lebar. "Lagian saat itu gue mikirnya, gua udah kotor, sekalian aja nyebur ke lumpur biar gak nanggung."
Figo mengangguk, mengelus pinggang Geya lembut. "Gue tau lo gimana, lo adek kelas gue. Bahkan lo jadi kesayangan guru karena pinter. Masih gak nyangka cewek sejudes Lo bisa jadi perek gue sekarang."
Figo tertawa pelan saat merasakan basah di dadanya. Geya tetaplah seorang wanita, sekuat apa pun dinding yang ia bangun, tetap saja hatinya selembut kapas.
Saat Figo kelas tiga SMA, Geya menjadi siswi baru kelas sepuluh. Wajahnya yang ayu membuat Figo menyadari jika ada wanita cantik selain bundanya dan Seyla. Lelaki itu mencoba selalu mendekati Geya, tapi tidak tau kenapa gadis itu sangat sulit didekati. Itu yang membuat Figo semakin tertarik dengan Geya.
"Jadi milik gue, dan lo gak perlu lagi jadi perek."
Geya mendongak. "Maksudnya?"
"Jadi perek gue satu satunya. Hanya gua."
"Terus gimana sama pelacur lo yang lain?" Figo kembali tertawa.
"Lo pikir gue semurah itu? Cuma lo dan Seyla yang bisa bikin gue puas. Tubuh lo buat gue horny tiap saat Ge," bisiknya pelan.
Tentu saja Geya terkejut. "Gila lo! Gue pelacur lo Figo! Lo apa-apaan nganggep gue sepenting itu!"
"Nyatanya memang kayak gitu. Lo tau gue tertarik sama lo dari dulu."
"So, jadi milik gue?"
Geya mengerjap kaget. “G-gue pelacur Lo Figo. Lo yakin mau main perasaan sama cewe rusak kayak gue?”
“Gue udah pake Lo dari dua tahun yang lalu. Jadi kenapa harus gak yakin?”
Geya menggeleng. “Kalo seyla tau, gue yakin dia bakal bunuh gue.”
Figo tertawa pelan. “Emang dia pernah peduli sama pelacur-pelacur gua? Tanpa penolakan. Lo milik gue sekarang.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Sey
Lãng mạnTentang Figo yang bersikap tegas, keras, dan dominan pada si bandel Seyla. Lalu dipertemukan dengan Sean, pria bringas yang terobsesi dengan Seyla. *** Start : 11 April 2022 End : ✔️Cerita murni pemikiran author, tanpa plagiat dari cerita manapun. ✔...