Ini bukan kali pertamanya Rose ditinggal sendiri di rumah oleh Mama dan kembarannya. Setiap kali ada acara atau kegiatan rutin mereka yaitu belanja di mall, pasti Rose tidak pernah diajak. Dara tidak pernah menawarkan Rose karena kasih sayang wanita itu hanya untuk Lisa, putri yang bisa membanggakannya.
Setelah memutuskan untuk keluar dari les musik, hidup Rose menjadi kosong. Paman Jin, selaku pemilik kelas musik itu terkejut saat Rose tiba-tiba keluar dari tempatnya. Dia bahkan tak percaya bahwa orang seperti Rose mau meninggalkan kelas musik yang sudah seperti bagian hidupnya. Rose memang suka dengan musik sedari kecil, bahkan ia berani bertaruh kalau dirinya lebih tertarik pada seni daripada obat atau alat-alat rumah sakit.
Sebenarnya sejak awal ia hanya membayangkan hidupnya dipenuhi dengan seni dan musik. Tapi karena doktrin dan didikan keras dari Dara, Rose terpaksa membagi kecintaannya pada musik dengan pelajaran yang tidak ia suka.
Merasa bosan di rumah. Rose memutuskan untuk pergi keluar.
Setelah turun dari taksi, Rose langsung melangkahkan kakinya ke pusat kota. Di sana ia mendapati beberapa orang yang menari dan menyanyi. Sebut saja tempat ini sebagai ladang seni di mana Rose sering diam-diam menghabiskan waktunya ke sini jika Dara dan Lisa tidak ada di rumah.
"Rose!"
Wajah Rose berbinar ketika menemukan orang yang ia cari sedang berdiri di kerumunan manusia. Ia lekas menghampiri orang tersebut dan mendekapnya setibanya di sana.
"Lo kenapa keluar les sih? Kelas jadi nggak seru karena nggak ada lo, benar kan Alice?" ujar Joan pada Alice yang masih memeluk Rose.
Alice mengangguk setelah dekapan mereka terlepas, "sumpah gak lucu banget Rose, lo tiba-tiba keluar."
Rose hanya bisa tersenyum menanggapi keluhan dari dua temannya. Ia bertemu dengan Alice dan Joan di tempat les paman Seokjin. Mereka menjadi dekat dan memutuskan untuk berteman.
"Mau fokus belajar, gue nggak mau ngecewain mama."
Joan menghela nafas perlahan, lalu menyisir rambut hitam Rose dengan lembut. "Semoga lo bisa mencapai impian lo itu ya, gue sama Alice akan selalu ngedukung lo dari belakang."
Alice mengangguk menyetujui ucapan Joan, "pokoknya kalo lo butuh tempat curhat, bisa langsung panggil kita kok Rose. Gue bakalan selalu ada buat lo," timpal Alice seraya memeluk Rose ke sekian kalinya.
Joan berdecak dan langsung menarik Alice dari Rose, "lo bisa ngebunuh dia kalo dipeluk seerat itu, udah lah ayo kita tampil."
Tidak mau menunggu lama lagi, Rose langsung mengambil gitar, Joan dan Alice juga melakukan hal yang sama. Mereka sudah siap di tempat masing-masing. Joan yang siap dengan keyboardnya dan Alice yang siap dengan biolanya.
Seutas senyum tercetak di wajah cantik Rose begitu melihat beberapa orang yang berkerumunan di depan mereka. Ada perasaan bahagia saat Rose mendengar namanya disebutkan. Rasanya seperti mimpi.
Rose mulai memetik gitar, bersiap menyanyikan lagu dari Paramore - The Only Exception.
Pandangan para penonton terkunci pada sosok Rose yang bernyanyi seakan mereka sedang dihadapkan dengan penyanyi terkenal. Ada yang bersorak kagum dan ada yang merekam penampilan Rose. Sebegitu candunya suara Rose bagi para pendengar.
Malam itu Rose sangat bahagia, tidak perlu pergi ke mall atau datang ke restoran mewah cukup berkumpul di sini sambil menikmati musik adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.
You are the only exception.
Saat Rose tiba di bagian tersebut, matanya tidak sengaja menatap seseorang yang berdiri tak jauh di depannya. Orang yang sama yang membantunya empat hari yang lalu. Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter
FanfictionPilih kasih. Itulah yang Rose rasakan saat ia berada di rumah. Mama nya yang terus menyimpan kebencian padanya tapi tidak pada kembarannya. Ia di doktrin untuk menjadi anak yang bisa membanggakan dengan selalu meraih nilai tertinggi. Tapi, tidak per...