pertama

409 15 4
                                    

Kedua anak muda tampak meringiis memegangi luka-lukanya yang terus berdarah. Kecelakaan tunggal yang terjadi karena kelelainan sendiri itu menyebabkan luka yang cukup banyak dan mengeluarkan darah.

"Azka? Bisa cepat ngga! Kasihan ini Abang mahen darahnya banyak bangat!" Teriak Reno pada sang adek Yang sedang terhubung lewat telpon.

Dia tidak peduli dirinya sendiri sedang berdarah, ia hanya peduli pada saudara kembar yang terkapar tak berdaya karena mabuk darah. Wajahnya pucat semua.

"Abang Ren aku lagi on the way pake taxi, sabar ya"

"Cepatan! Ini juga sepi bangat daerahnya, ngga ada gitu manusia yang lewat!" Teriak kesal Reno.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti disebelah mereka. Reno harus berterima kasih pada Tuhan karena pada akhirnya ada juga kendaraan yang lewat.

Seragamnya dipenuhi dengan darahnya dan darah saudaranya.

Dari mobil itu keluarlah seorang wanita cantik yang dengan sigap membuka pintu belakang mobilnya.

"Ayo bawah dia masuk" ujar Wanita itu sambil membantu Mahen untuk berdiri pada Reno yang masih terpaku.

"Hei anak kecil, jangan bengong kasihan temanmu ini!" Ucap wanita itu sedikit membentak membuat Reno tersadar dari lamunannya lalu membantu wanita itu memapah Mahen kedalam mobil.

Mobil itu melaju menuju tempat yang tidak diketahui oleh Reno. Pemuda itu sedikit khawatir jangan sampai ini orang suruhan musuh ayahnya. Bisa mati mereka.

"Nama saya Airin Putri Sari, panggil aja Airin. Saya dokter. Kalau ke rumah sakit jauh jadi kita langsung kerumah saya saja. Saya bukan orang jahat, tenang aja" ucap Airin memperkenalkan diri karena sepertinya anak kecil dibelakangnya mulai berspekulasi tidak jelas tentangnya.

"Trima kasih sebelumnya Kak- eh Mbak- eh Bu dokter" ujar Reno kaku.

"Panggil aja ibu" Airin terkekeh melihat wajah kebingungan Reno yang menurutnya menggemaskan.

Mobil berhenti disebuah rumah minimalis nan rapi yang diyakini sebagai rumah Dokter cantik itu.

"Ayo masuk! Kalian berdua perlu diobati" Airin membukakan pintu mobil untuk Reno lalu membantu memapah Mahen yang kelihatan lemas dengan bibir yang mulai memucat kedalam rumah.

Harus Reno akui Dokter ini sangat cantik jika dilihat dari dekat. Reno jadi penasaran berapa usianya.
.

.

.

"Minum tehnya selagi panas!" Tegur Airin yang melihat Reno terlalu sibuk mengutak-atik handphone-nya.

Keduanya sudah diobati. Mahen tertidur sesudah menghabiskan semangkuk bubur dan sepotong semangka sedangkan Reno masih fokus dengan handphonenya.

"Iya Bu pasti Reno habiskan, tapi.."

"Tapi?" Airin mendekat lalu duduk di sebelah Reno.

"Adek Reno mau ke sini juga, boleh kan Bu?" Ucap Reno takut-takut. Habisnya Azka terus menghubunginya sejak tadi.

"Boleh dong" jawab Airin gemas dengan Reno.

"Yes, makasih Bu" Reno berlari kecil kebawah untuk membukakan pintu bagi adeknya.

Airin tidak keberatan toh hanya ia sendiri dirumah ini. Ia juga tidak mungkin menyuruh Reno atau Mahen pulang. Melihat kondisi Mahen yang lemas saja membuat Airin tidak sanggup mengusir mereka dari rumahnya.

Reno dan Mahen juga sedang berganti pakaian menggunakan kaus oversize milik Airin Karena seragam SMA mereka yang sudah dipenuhi darah itu tidak mungkin terus mereka gunakan.

Duda Anak TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang