Baru Mengenal Cinta

115 5 20
                                    

Sebelum mulai mari kita lihat sama-sama denah lantai dua rumah bapak Jeffry dan ketiga kecebongnya!!

Sebelum mulai mari kita lihat sama-sama denah lantai dua rumah bapak Jeffry dan ketiga kecebongnya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Reno terbangun kala petir mulai menyambar ditengah hujan yang deras malam itu. Malam sudah sangat larut. Anak itu buru-buru keluar dari kamarnya. Tujuannya sekarang adalah kamar sang ayah.

Namun saat sudah didepan kamar, ia berpapasan dengan Mahen yang sepertinya baru saja dari arah  kamar sang ayah.

"Darimana bang?" Tanya Reno memastikan.

"Kamar daddy," jawab Mahen singkat. Wajahnya nampak seperti orang keheranan.

Jeno mengerti. Mereka selalu berwaspada kala ada hujan petir bahkan pada saat tengah malam. Itu karena untuk memastikan daddynya baik-baik saja.

Kala hujan dan petir datang, mereka selalu mendapati Daddynya yang menangis di pojok kamar sambil memeluk badannya sendiri dengan gemetar. Wajahnya pucat dan kadang sampai pria itu tidak tidur sampai pagi. Dan pada saat itu terjadi Mahen, Reno dan Azka hanya mampu memeluk dan menenangkan Daddy mereka.

"gimana keadaannya? udah baikan? apa masih gemetaran?" Tanya Reno berturut-turut sambil mendekati kamar sang ayah. Mahen buru-buru menahannya dan menggeleng.

"Daddy tidur pulas, Ren." Ujar Mahen. Ia baru mendapati ayahnya tidur sepulas itu saat hujan untuk pertama kali seumur hidupnya.

"Maksudnya bang?"

"Daddy tidur lelap. Aku khawatir tapi aku juga bersyukur" ujar Mahen.

Reno yang tak percaya melenggang masuk ke kamar ayahnya. Membuka pintu perlahan lalu mendapati ayahnya tidur dengan tenang didalam bad cover  berwarna biru tua. Wajah lelaki itu tampak tenang. Reno menghela nafas lega lalu keluar dari kamar sang ayah.

Diluar sudah ada Azka yang sepertinya baru terbangun.

"Bang ... Azka ... Daddy udah sembuh" Reno tiba-tiba duduk selonjoran dilantai. Kakinya seolah tak bisa menopang lagi badannya itu. Air matanya jatuh.

Mahen menepuk pundak kembarannya itu. Ia juga sangat kaget dengan kejadian ini. Tadi ia sempat menghitung Pill obat tidur sang ayah. Namun pill itu masih sama jumlahnya seperti tempo hari.

Azka mengulurkan tangannya membantu Reno berdiri.

"Bang ... Jangan nangis nanti Daddy kebangun" tegur pelan sang bungsu.

Jeno menghapus air matanya. Mahen meminta adik-adiknya untuk masuk kembali kedalam kamar. Besok mereka harus sekolah tepat waktu karena besok Mahen dan Reno akan mengikuti  Ujian Nasional. Azka mengantar Reno sampai kedepan pintu kamar. Ia khawatir dengan kakaknya itu yang walaupun kelihatan paling ceria dan melawan dengan ayahnya, namun sebenarnya Reno lah yang paling penyayang. Kalau Mahen itu bijaksana.
Belum paham maksud Azka?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duda Anak TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang