5. Bos galak

512 130 24
                                    

......
Flashback On.

"Aruuum, kopi saya."

"Aruuum, jemput Shehzel sekarang. Jangan bengong!"

"Aruuum, dasi saya! Kamu itu sudah hampir seminggu tapi masib lelet. Saya benci orang lambat."

"Aruuum file saya!"

"Aruuum cepat, kalau perlu lari sekarang juga."

"Bawa semuanya!"

"Pak El, serius?" Arum bertanya.

"Iya. Itu cuma tumpukan buku yang harus kamu rapikan nantinya di perpustakaan ruangan saya di rumah."

Arum mencibikkan bibirnya dan menatap punggung El yang masuk ke dalam kamar tanpa menoleh padanya.

Flashback Off.

Seperti itulah gambaran panggilan dan perintah El selama lima hari Arum bekerja menjadi asisten dadakan seorang El, dan Arum harus menjadi tahan banting setiap kali El  memanggilnya dan menyuruhnya ini dan itu, seperti sekarang lelaki itu menatap Arum dengan kesal sambil berlipat tangan di depan dada dengan baju piama sutra.

"Ya ampun Shehzel, bapakmu ganteng banget." Arum berkata dalam hatinya.

"Ini bukan weekend Arum dan kamu pulang jam 10.10 malam." Arum menganga mendengar ucapan El.

"Pak, saya telat sepuluh menit doang. Enggak mungkin 'kan saya terbang kayak Iron Man buat sampai sebelum jam sepuluh. Pak saya ini Arumi Haania bukan Tony Stark."

El berdecak. "Saya benci di jawab."

"Entar kalau saya enggak menjawab, pak El marah." Arum mengerucutkan bibirnya sambil menunduk takut.

"Ya jawabnya biasa saja, enggak perlu bawa-bawa Iron Man."

"Ya 'kan, ibaratnya gitu." Arum mengulum bibirnya yang keceplosan menjawab lagi. El menghela napasnya dan melangkah mendekati Arum, tangan lelaki itu terulur menepuk pelan pencak kepala Arum, membuat gadis itu mendongak dan menatap sang bos dengan tatapan polos dan bingungnya.
Tidak sampai semenit Arum merasakan keningnya di sentil cukup keras.

"Aw, sakit pak." Arum memegang keningnya.

"Hukuman buat kamu. Awas kalau kamu telat lagi." El menjawab.

"Saya akan dapat hukuman lebih dari di sentil gitu?" Arum membulatkan matanya.

"Bisa jadi." El menjawab dengan tatapan datarnya.

"Itu sih namanya kekerasan terhadap pegawai, bisa di laporkan." El tersenyum miring mendengar balasan Arum.

"Memangnya kamu pikir saya ini siapa? Lagi pula harusnya kamu bersyukur karena saya hukum sentilan kecil begitu."

"Tapi sakit pak!"

"Lebih baik di hukum sakit dari pada hukuman enak 'kan?" Ucapan El membuat Arum mengerutkan keningnya bingung.

"Emang ada hukuman yang bikin enak?" El menghela napasnya mendengar pertanyaan Arum. Pantas saja Arum kena tikung, El rasa Arum memang cuma menang tampang tapi polos mengarah ke lemot.

"Cepat bikin teh hangat buat saya!" El berbalik pergi sambil berkata pelan. "Kalau saya yang hukum nanti Shehzel punya adik."

***

Arum merebahkan kepalanya di meja kantor setelah selesai makan siang bersama Emma dan Risa. Sebelum Laras datang, Arum bisa bersantai sebentar sambil melihat akun sosmed Arin.

"Ngapain Rum?" Risa bertanya.

"Stalking mantan." Arum menjawab pelan.

"Hidup sad girl yang malang, mau gue kenalin sama temannya cowok gue enggak?" Risa mengusap puncak kepala Arum.

Calon Suami ArumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang