10. Bertemu Raskha

535 111 25
                                    

Mohon maklum, typo bertebaran.
Makasiiiih sudah nungguin. Selamat hari raya idul adha bagi yang merayakan. 🥰🥰.

......

Arum tidak bisa tidur semalaman dan syukurnya El sudah berangkat lebih dulu karena ada meeting di luar kota sekaligus memeriksa pembangunan resort baru perusahaan di Jogjakarta. Shehzel bahkan menatap Arum dengan tatapan bingung. "Mama kayak panda."

"Iya, nona enggak bisa tidur?" Ita ikut bertanya.

"Makasih mbak. Saya baik-baik aja kok, tadi malam bergadang karena ada pekerjaan." Arum menjawab lalu menghela napas. Iya, Arum punya pekerjaan yang sangat padat tadi malam. Menunggu pak bos pulang, meminta izin mau pergi bersama temannya dan berujung main kecup-kecupan di meja pantri dapur dan di pergoki Shehzel, kemudian ia tidak bisa tidur karena pikirannya sibuk memikirkan Elrumi Dreamasta yang tampan tapi sayangnya duda itu. Arum akui ia memang sangat menyukai Shehzel, tetapi untuk menjadi ibu sambung dan menikah dengan cepat setelah hatinya hancur rasanya cukup sulit. Bukan berarti Arum tidak mau menerima El, tetapi Arum masih bingung.

"Aduh." Arum mengacak rambutnya. "Mbak Ita, tolong aku!"

Ita yang tadinya mengambil susu untuk Shehzel langsung berlari ke arah Arum. "Nona Arum kenapa? Ada yang sakit?"

Shehzel yang mendengar Arum sakit langsung turun dari tempat duduknya dan mendatangi Arum. "Semua pasti gara-gara papah. Ayo kita ke rumah sakit!"

"Shehzel." Arum merengek lalu mengela napas "Sudahlah! Mending kamu sarapan lagi."

"Enggak, kita harus ke rumah sakit sekarang. Mbak Ita, suruh pak supir siapin mobil. Mama ku pasti sakit karena papah mau makan Mama tadi malam 'kan!" Ucapan Shehzel membuat Ita terdiam lalu berdiri tegak dan berdehem kecil. Sedangkan Arum menatap anak berusia enam tahun itu dengan pandangan tidak percaya.

"Ijab qobul nona sama Pak El, kapan kalau boleh saya tahu?" Ita sebenarnya cukup ragu menanyakan tentang pernikahan tetapi beberapa hari terakhir ini, majikannya bahkan memerintahkannya agar menjaga Arum dan melarang Arum melakukan pekerjaan rumah. "Gini loh, kalian 'kan belum sah jadi kalau bisa nanti saja bikin adik buat Shehzel."

"Mbak Ita ngomong apa sih? Saya enggak pernah sentuh-sentuhan sama pak El. Tadi malam saya hampir jatuh terpeleset, pak El nolongin saya cuma adegannya kurang pas pas Shehzel lihat." Arum menjelaskan. Berbeda dengan Shehzel yang terdiam sambil berpikir.

"Adik? Bayi gitu?" Shehzel bertanya. "Mama sama Papah bisa bikin buat aku?"

"Pakai tepung sama telur, nanti aku buat untuk kamu." Arum menjelaskan.

"Tapi kalau ada adik, aku punya teman bermain di rumah?" Senyum Shehzel membuat Arum dan Ita saling bertukar pandang. "Aku mau lima adik, Mama buatin aku adik. Hore..."

"Shehzel, dengar Mama dulu ya! Bikin adik itu prosesnya panjang banget, lama banget." Arum menjelaskan.

"Iya, nanti Mamanya Shehzel di bagi sama adik, memangnya Shehzel mau?" Ita menambahkan.

"Enggak masalah. Nanti adiknya ku sayang dan ku bawa main. Kata Mama bikinnya pakai tepung dan telur, aku akan minta papah membeli tepung dan telur buat Mama." Shehzel langsung mengambil ponsel Arum dan menyuruh Arum membukanya. Arum menghela napas dan membuka kunci layarnya.

"Nona." Ita berbisik.

"Biarin, biar bapaknya pusing sama anaknya sendiri." Arum membalas.

**

Arum menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat hari ini, karena tadi siang ia mendapat telepon dari Arin. Arum ingin menolak permintaan maaf Arin dan permintaan kakanya itu, tetapi mendengar Neneknya yang mencarinya, membuat Arum terpaksa datang di acara pertemuan keluarga besarnya dan juga keluarga besar Haya. Setelah drama dengan akhir menyedihkan di rumah sakit minggu lalu, Arum malas bertemu keluarganya dan juga Haya.

Calon Suami ArumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang