(6)

0 0 0
                                    

Pagi ini Alkina berangkat sekolah seperti biasanya. bersama dengan Tara tentu saja. tapi cuaca hari ini sedikit berbeda, biasanya langitnya cerah tanpa awan hitam. tapi sekarang sedang hujan deras, bahkan sempat ada petir tadi.

Alkina suka hujan. sangat suka. tapi Alkina benci hujan di pagi hari.

hujan di pagi hari itu menyusahkan.

pagi hari yang dingin harus bertambah dingin. belum lagi susah menggunakan sepatu saat hujan. sepatunya pasti akan basah nanti. lalu yang paling penting. kelasnya akan berubah menjadi tempat laundry dadakan.

entah itu sepatu, kaos kaki, jaket, bahkan seragam. pasti ada saja yang digantung.

belum lagi pakaian mereka mendadak berbeda satu kelas.

ada yang bawahnya basah sehingga harus ganti. mending jika bergantinya menggunakan seragam olahraga atau apalah itu.

lah ini. gantinya menggunakan sarung. kadang bawahan mukena.

lalu debat antara menyalakan kipas angin atau tidak.

dan hujan di pagi hari itu rawan mati listrik. dan berpotensi awet hingga siang bahkan hingga sore.

dari rumah hingga sampai ke sekolah, Alkina terus berdoa supaya kelasnya tidak membuatnya sakit kepala.

tapi harapannya sirna saat dia membuka pintu kelasnya.

kelasnya benar benar seperti tempat laundry. dan lagi, siapa yang memiliki ide untuk membawa kayu dan dijadikan tempat jemuran dadakan?

astaga.

dari depan pintu, Alkina bisa melihat dengan jelas ketua kelasnya yang sedang menepuk jidatnya dan hampir melempari kursi ke anak kelasnya.

begitu masuk kedalam, Alkina menuju kearah si ketua dan menepuk bahunya.

"sabar ya bi. mereka emang agak agak otaknya" ucap Alkina dengan nada sedih sambil memberikan selembar tisu pada si ketua atau kita sebut dia Abian.

"kin. pindah kelas boleh gak sih? gue udah gak kuat lagi disini"

"lo jangan ngadi ngadi ya bi. aku wakil nya loh ini. jangan jadikan aku ketua kelas disini. botak aku ntar"

mereka berdua meratapi nasib masing masing sebagai ketua dan wakil nya yang sedang stress karena anak kelas nya agak agak bikin stress semua.

masalah seperti ini sebenarnya sudah biasa terjadi. minggu lalu karena hujan juga kelas mereka kebanjiran. bukan karena hujannya terlalu deras, tapi airnya sengaja dituangkan. agar tidak kotor katanya.

saat itu, Abian benar benar sudah melemparkan kursi.

"oh ya bi. tau gak katanya ada anak baru"

"iya, tadi udah dikasih tau. masuknya senin kan?"

"betul sekali bapak ketua"

mereka berbincang sembari menunggu jam pertama dimulai, bicara hal random saja, setidaknya pikiran mereka tentang kelas ini bisa sedikit dilupakan.

kelas ini terlalu astaghfirullah untuk mereka berdua yang sedikit MasyaAllah.

tapi karena hujan yang tidak kunjung berhenti. tentu saja ada hambatan, dan guru yang mengajar jam. pertama tidak bisa hadir karena terjebak hujan.

mereka bahagia? tentu saja.

manusia macam apa yang tidak bahagia karena jam kosong?.

"kin. suruh ketemu guru piket. ambil tugas"

"loh? ketuanya kan kamu bi. kok aku?"

"tugas wakil kan mengantikan ketua, nah kebetulan gue gabisa. jadi lo aja"

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang